Ezra berjalan melalui terowongan gelap, di ujung nampak cahaya terang yang menanti semakin cepat dia melangkah karena cahaya itu kian memudar. Ezra berlari tergesa napasnya tak beraturan karena semakin cepat ia mengejar semakin hilang pula cahaya itu. Ia memilih berhenti melangkah, mengatur kembali napasnya sementara keringat terus mengucur dari tubuhnya. Tiba-tiba cahaya itu menghampiri Ezra, semakin dekat, semakin jelas, nampak nyata sosok yang selama ini ia rindukan, sosok yang selama ini menjadi alasan ia harus kuat menerima kenyataan hidup.
Air mata jatuh tanpa permisi dari pelupuk mata Ezra "Akhirnya hari ini tiba."Hai Zra." Ucap Renatta langsung mendekap Ezra.
"Maaf, terlalu lama, sangat lama, aku berjuang sendiri menghadapi hidup yang pahit tanpa kamu, menunggu kelahiran demi kelahiran, kedatangan gadis itu kata orang kematian itu adalah akhir tapi aku bersyukur bisa menemukanmu pada disaat terakhir ini untuk mengawali segalanya lagi."
"Kata siapa kamu sudah mati? tugas kamu belum selesai Zra, ini bukan akhir bagi kita ayo kembali."
"Nggak, aku nggak mau lagi kembali ke dunia yang penuh dengan kejahatan, kemunafikan itu Ren, nggak akan, nggak lagi."
"Tapi aku menunggu kamu disana, kamu harus bisa kembali." Renatta melepaskan pelukannya.
"Nggak Ren, aku nggak mau lagi menunggu ribuan tahun."
"Bangun Zra, kita sudah kembali jumpa."
"Jadi dia beneran kamu?"
Renatta tak bergeming, ia menghilang bak cahaya meninggalkan Ezra dengan sejuta kesedihan.
"Ezra!!" Terdengar suara wanita lainnya seolah mencari keberadaanya.
"Sekar?" Ucap Ezra dalam hati.
"Zra kamu dimana?"
Waktu kembali membawa Ezra ke sore itu saat dimana dia dan Sekar meyaksikan sang surya kembali ke peraduan dengan cantiknya, ia melihat sesuatu yang tak kalah cantik sedang membelakangi dirinya.
"Ternyata memang benar segala hal yang indah tak ada yang abadi ya Zra..," Sekar membalikan badannya menghadap Ezra yang hanya terdiam terpaku.
"Sulit bagi mereka yang terlalu mendalami ari dari cinta untuk melepaskan cintanya walau itu adalah hal terbaik bagi yang dia anggap cinta, karena bagi mereka sekali menyayangi maka tak ada alasan untuk pergi." Ucap Sekar sambil memegang pipi Ezra.
"Mereka bodoh Zra, bagaimana bisa mereka seperti itu, aku ingin mereka sadar, tak selamanya yang indah, yang kita anggap cinta, bisa membawa kita pada bahagia, seperti senja ini, dia selalu punya cara membuat kita terpesona lalu menghilang saat kita baru saja terpanah..."
"Jadi maksud kamu..."
"Iya, tak selamanya cinta itu bisa dibela dan dibenarkan untuk segala tindakan, kadang kala kita harus belajar mengikhlaskan bukan terus bertahan dalam kepedihan."
"Kata-kata itu, kamu siapa sebenarnya?" Tanya Ezra pelan.
"Ternyata kamu masih senaif itu, kamu ingat terakhir kali kita jumpa? Aku bilang kalau aku tak kembali maka aku akan selalu bersamamu walau sudah bukan dengan raga yang sama namun rasaku akan tetap sama, dibalik pegunungan itu aku lenyap, kamu harus merelakannya, dan di depan Senja ini aku hadir kembali Zra."
Seperti ada yang menusuk jantung Ezra, semua mengabur, gelap.
***
Sedari tadi Bumi menunggu ayahnya untuk sadar, setelah menelepon sang bunda dia pergi ke mini market untuk membeli minuman. bara saja Bumi beranjak pergi Jacklin telah sadar dari pingsannya, ia mencoba membuka mata dan mengingat-ingat lagi kejadian yang menimpanya, ia mencoba bangun dari tempat pembaringan dan mengatur kembali pakaiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pinesthi
RomancePinesthi dalam bahasa Jawa berarti "ditakdirkan" ini kisah yang tentunya melegenda tatkala purnama membawa kembali sejuta cerita masa lampau yang terasa sulit untuk dijangkau. Dunia fantasi yang mungkin akan diinginkan atau justru tak diharapkan aka...