8.

899 44 1
                                    

Epilog..




*


Berita di sekolah tentang pembunuhan pada siswa/siswi populer masih terus menyebar. Apalagi saat para saksi mata yang melihat jelas jasad korban. Mereka mengatakan bahwa para korban kehilangan organ tubuhnya.

"Serem banget ya? Udah dibunuh, tapi diambil organ tubuhnya juga." celetuk salah satu siswi disana.

"Heem, mudah-mudahan kita gak kena ya Mel?" ujar gadis disebelahnya.

Gadis yang dipanggil "Mel" tadi menganggukkan kepala. Menyetujui ucapan kawannya. "Eh bego, lo gak usah sebut nama gue kali." sentaknya saat sadar, kawannya menyebut namanya.

Gadis itu terlihat ketakutan, ia memang salah. Dan memohon maaf berkali-kali pada Melisa.

Pemuda yang terdiam sedari tadi di pojok kelas tiba-tiba menutup bukunya. Bibirnya mengulas senyum miring sebelum meninggalkan kelas.

"Tapi-tapi Mel! Kok aku gak liat Rania ya?" pertanyaan gadis itu, kawan Melisa membuat seisi kelas memperhatikan gadis itu.

Semua murid disana memikirkan hal yang sama. Mereka sudah tak melihat Rania selama satu pekan. Padahal sebelumnya, gadis cantik itu tak pernah membolos.

Melisa melirik Adrian yang mematung dipintu kelas. "Ad, dia deket sama lo kan? Pasti lo tau dimana Rania sekarang? Kenapa dia ga masuk ke sekolah?" pertanyaan beruntun dari Melisa berhasil membuat Adrian terusik.

Pemuda itu membalikkan tubuhnya, menghadap pada Melisa. Si ketua kelas.
"Terakhir gue ketemu sama dia itu, seminggu yang lalu." ujarnya pelan. Nadanya juga tenang. "Kata nyokapnya, Rania lagi sakit. Dia lagi di rawat di RS. Gue aja gak boleh jengukin dia."

Melisa menunduk lesu, Adrian pikir gadis itu mempercayai penjelasannya.

"Tapi kok, nyokapnya gak kirim surat keterangan ya?" itulah yang dipikirkan murid lainnya.

"Ya mana gue tau." setelah mengatakan hal tersebut, Adrian keluar dari kelas dengan emosi yang ia pendam.

*

"SIALANN!!" seru pemuda tersebut setelah sampai dirumahnya. "Beraninya jalang itu nanyain keberadaan Rania!"

"SHITT!" umpatnya lagi.

Setelah berganti baju, Adrian berjalan menuju kamar privatnya. Bibir pemuda itu tersenyum tipis melihat sosok yang dicintai olehnya tengah duduk di sofa. "Sayang, aku pulang." ujarnya sambil memeluk tubuh dingin nan pucat Rania.

Tak ada balasan dari gadis itu. Namun Adrian sudah tau, Rania-nya selalu menyambutnya dengan hangat.

Berkat penelitiannya, Adrian berhasil menjadikan Rania sebagai boneka. Gadis itu tampak hidup. Namun mati.

"Aku sayang sama kamu ran, aku cinta sama kamu." ujar pemuda itu lirih.

"Jangan tinggalin aku, Ran."

"Adri, aku selalu berdoa. Agar ada orang lain yang mampu menyadarkan kegilaan kamu!" teriak sosok cantik disamping Adrian yang tengah memeluk tubuh gadisnya.

"Aku sakit Adrian!" rintih sosok itu ketika melihat raganya dalam pelukan Adrian.

"Aku sakit, kamu giniin aku!" tangisnya pecah. Namun Adrian tak bisa mendengarnya.

"APA SALAHKU ADRIAN!" teriak Rania dalam tangisnya.

Seolah menjawab pertanyaan Rania, Adrian berujar.
"Salah kamu, udah hadir dalam hidup aku." bibir pemuda itu mengecup seluruh wajah dingin gadisnya. "Kamu udah ngusik hidup aku, dengan membuatku nyaman dan jatuh cinta ke kamu sayang."

Rania merosot, ia tak percaya dengan apa yang didengarnya. Sahabatnya memang gila!
"Ya Allah... aku ternyata salah mencari sahabat!"



*

semoga suka, saya cuma iseng nulis bagian ini. cuma mau jelasin kejadian setelah rania meninggal.

Kazuma_Hans
1072020

S T A L K E R [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang