Hidup itu seperti kupu-kupu yang bermetamorfosis, yang berasal dari ulat menjijikkan berakhir dengan adanya sayap-sayap yang indah. Seperti itu juga hidup, semakin berusaha dengan baik hasilnya akan memuaskan.
-Zilyn Putri-
____________________________________"Gw tertarik sama lo, sampai kapan lo bertahan buat nolak gw", kekehnya.
Harley mengingat masa SMPnya, Zizi dikejar anjing sementara Harley menyuruh Zizi manjat ke pohon didepannya dengan bantuannya. Tak disangka anjingnya sudah mendekat membuat Harley terlonjak kaget lalu
" Hahahahahhaha ", anehnya pas digigit anjing malah tertawa ngakak-ngakak
Kebayang gak sih kalo digigit anjing rasanya gimana gitukan eh ini malah ketawa-ketawa kagak jelas. 'Nah ini jadi kenapa'pikir zizi.
" Woy Har, kamu kenapa? Kan itu sakit, kok malah ketawa", tanya Zizi dengan lugunya.
"Geli", Harley masih dengan tertawa terpingkal-pingkal.
Zizi turun dan memeriksa anjing itu
" Innalillahi ini giginya mana? Hahahah, wah-wah ternyata yang gigit anjing ompong", Zizi tertawa hingga ia memegangi perutnya hingga terbatuk-batuk.
Seakan tahu malu, anjingnya segera lari menjauh dari mereka berdua.
"Hei", panggilan itu membuyarkan lamunannya.
" Lo udah balik aja dari Amrik, mana oleh-olehnya", cengir sepupunya dengan suara cempreng, siapa lagi kalo bukan Tiara sahabatnya Zilyn Putri ,anaknya papa keylan dan mama Marsha, cucunya Opa dan Oma
Tiara dan Harley ini sepupuan tapi karena ayahnya Harley ada bisnis di Amerika Serikat untuk beberapa tahun mereka sementara pindah kesana dan pada saat itu Harley masih SMP, jadi mereka pisah untuk beberapa tahun.
-Harley
"Sahabat lo nggak berubah ya, demen banget jadi jomlo akut", senyumnya mengembang kala mengingat ia sedang menyatakan perasaan tetapi langsung ditolak dengan gadis manis itu.
" Iya, gw aja sampek heran", cengir Tiara
"Banyak yang ngejar dia sih, tapi ditoleh aja nggak. SAKITNYA TUH DISINI", ungkap Icha yang entah dari kapan sudah didepan Harley.
Icha menyindirnya, ia menyukai Harley semenjak masuk sekolah SMP walaupun ia tidak dekat sekali, tapi ia merasakan laki-laki yang sekarang didepannya adalah pria baik-baik.
Mereka bertiga melewati koridor sekolah, tak luput dari pujian siswi yang melihat senyumnya siswa itu.
" Lesungnya pinjam boleh"
"Atutu senyumnya manis pisan"
"Seandainya kamu milik aku"
"Halu pisan ih"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girls
Non-FictionKeluarga adalah segalanya. Namun tidak dengan seorang gadis ini ia hancur sehancur hancurnya, rahasia yang membuat ia enggan membuka hati untuk pria manapun. Akankah itu bertahan lama? Bagaimana jika ada yang membuka gembok hatinya?