Pada dasarnya manusia memang tidak pernah puas bukan? Selalu ingin menjadi pusat perhatian. Selalu merasa dirinya paling hebat. Selalu merasa bahwa dia adalah korban paling menderita.
Hey! Mau sampai kapan kau berpikir seperti itu? Sampai semua orang meninggalkanmu? Bahkan orang yang menyayangimu?
Coba tarik napas dalam-dalam lalu hembuskan. Pikirkan seberapa besar ego yang kamu punya?
Sangat besar? Atau sampai di sini kau tidak merasa kalau memiliki keegoisan yang tinggi?
Kalau begitu coba pikirkan berapa orang yang telah pergi dari kehidupanmu. Jangan berpikir pada kalimat "people come and go" jangan. Berpikirlah alasan mereka pergi. Apa memang karena jarak? Karena intensitas kalian bertukar sapa? Atau karena pernah ada perseturuan di antara kalian?
Jadi siapa yang kuat untuk bertahan?
Mari kita mulai dari kisah pria anak pengusaha ternama. Jeno Lee.
Lee Jeno, pria berpostur tubuh ideal dan paras yang tampan. merupakan pria dambaan para penggemarnya. Memiliki kehidupan yang diinginkan oleh siapa saja. Banyak orang yang iri pada dirinya. Bahkan tak segan-segan mereka sering melemparkan cacian pada pria Lee ini. Apa Jeno peduli?
Jawabannya tidak. Atau mungkin, Ya.
--
Lagi-lagi Jeno harus menelan kekecewaan. Hari yang harusnya menjadi hari paling spesial kini berubah menjadi neraka baginya. Kalian tahu? Bukannya senyuman yang ia dapatkan pagi ini tapi tamparan keras di pipi tirusnya.
"Sudah puas kau membuatku malu?!" Tuan Lee memejamkan matanya dan mengacak rambutnya kasar, "sudah kukatakan padamu. patuhi setiap aturan yang ada. Kau memang anakku, tapi jika di sekolah kau tetap murid biasa Lee Jeno!"
Jeno menggangguk paham, "bukankah menjadi hal biasa bagi seorang murid untuk melakukan kesalahan? Jeno sama seperti mereka. Jadi apa yang harus dipermasalahkan?"
"Kau harus menjadi cerminan bagi mereka Jeno! Bersikap sopanlah pada yang lebih tua. Ramahlah pada sesama dan di bawahmu. Kau harus ingat Lee Jeno. Semua gerak-gerik kita diawasi. Jangan sampai kejadian dulu terulang kembali. Kau tidak ingin bernasib sama seperti kakakmu, kan?"
Jeno sedikit terkejut kemudian suara kekehan geli keluar dari mulutnya. Menggelengkan kepalanya pelan dan pergi begitu saja. Meninggalkan pria paruh baya yang berusaha mengontrol amarahnya. "Satu langkah lagi kau pergi, kupastikan kau kucoret dari kartu keluarga!"
"Apa aku peduli?"
Menjadi seorang anak pengusaha terkenal bukanlah hal yang menyenangkan. Setiap gerak-gerik ada yang mengawasi. Bukan hanya suruhan ayahnya, namun orang yang tidak menyukai ayahnya. Dan ini berlaku bagi Jeno, salah saja dia mengambil langkah ayahnya yang menjadi sasaran.
Kala itu, saat jeno masih kecil ia benar-benar patuh terhadap aturan. Jeno menjadi anak kebanggaan ayah dan ibunya. Semua atensi berpusat padanya. Ia senang tapi sedih secara bersamaan. Jina kakaknya tidak mendapatkan itu semua. Jeno benci akan tradisi keluarganya. Ia benci ketika mengingat itu semua. Karena tradisi sialan itu ia harus kehilangan saudarinya. Ia harus kehilangan orang yang benar-benar selalu ada untuknya. Ia harus kehilangan orang yang selalu senang mendengar keluh kesahnya. Ia kehilangan kakaknya.
--
"Kak, putih atau pink?" Jeno mengusap-usap dagunya perlahan.
"Putih. Kau harus membeli dua oke! Untukku satu." Jeno mengangguk pelan. Sudah pasti Jeno akan membeli dua boneka dengan kriteria yang sama. Jeno memeluk kedua boneku itu dan pergi ke kasir dengan cepat. Meninggalkan lawan bicara.
"Jen, mau langsung ke tempatnya atau gimana?" Caca, si lawan bicara memulai percakapan saat mereka berdua keluar dari toko boneka. Hari ini adalah hari yang paling Caca tunggu. Ia akan mengunjungi tempat sahabatnya.
"Langsung aja yuk. Aku kangen sama dia." Caca mengangguk cepat. Caca menarik napas dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
Bagi Lee Jeno, Caca adalah kakak keduanya. Semenjak dirinya berteman baik dengan Heechan ia menjadi sangat dekat dengan Caca. Entah kenapa semua sifat dinginnya akan luntur ketika bersama Caca. Jaemin yang notabennya sangat menyukai Caca sangat cemburu ketika Caca berduaan dengan Jeno. Begitupun Heechan. Ketika kakaknya itu sudah bersama Jeno dunia hanya milik mereka berdua.
Dulu, Jaemin pernah memastikan bagaimana persaan mereka berdua. Jaemin tercengang tapi ia tetap berjuang. Jaemin akan menunggu hingga Kak Caca melihatnya. Itu prinsip yang Jaemin pegang sampai sekarang. Memang bucin sahabat kita ini.
"Hi Kak! Apa kabar? Di sana pasti nyaman ya? Kakak kangen ngga sama Nono? Nono kangen banget sama Kakak. Kapan ya Nono bisa bareng-bareng lagi sama Kakak? Eh iya kak! Hari ini Nono dateng sama Kak Caca lagi hehehehehe. Kak Caca mirip banget sama kakak! Bener dehhhh. Kalian berdua kakak terbaik buat Nono."
Jeno mengusap air matanya, "Kak, tunggu Nono ya."
---
haloo! selamat datang di part pertama. jangan lupa vote dan comment yaaa!! see youu
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Story [NCT]
FanfictionKisah tentang persahabatan 4 pria. Jeno, Jaemin, Renjun dan Heechan. Based on "Now I'm not afraid of tomorrow, because I'm not alone anymore."