Menerima dan mencari lagi

47 9 16
                                    

"Nu, makan gih, ngelamun mulu perasaan dari kemarin"Tegur Alisya, sahabatnya.

Inu tak bergeming, matanya tetap fokus pada layar handphonenya yang mati. Sesekali menghembuskan nafas dengas kasar yang kedengarannya seperti sedang kesal terhadap sesuatu.


"Woi! Denger nggak sih?"

Inu terkejut dengan teriakan Alisya dan tidak sengaja handphonenya jatuh dari tangannya. Brakk.. handphonenya terpental, setelah diperiksa oleh Inu ternyata layarnya retak. Muka inu tetap datar, tidak terlalu memperdulikannya, lalu ia beranjak dari kursi kantin di fakultasnya. Hal itu ternyata membuat Alisya kebingungan menatap Inu. Anak ini kenapa lagi ya? Pikir Alisya.

"Sya, aku balik ke kost dulu ya. Dah.. aku duluan"Ia menatap Alisya sebentar dan segera pergi.

Alisya mendapati itu semakin kebingungan. Alisya tidak tahu harus merespon seperti apa dan ia mengikuti Inu ke kostnya secara diam-diam, ia takut terjadi apa-apa.
____________

INU POV

Setelah beberapa kelas selesai sekitar jam setengah tiga sore, aku dan Alisya memutuskan untuk ke kantin fakultas kami yang tidak jauh dari parkiran motor. Alisya yang memesankanku Lontong sayur dan segelas es teh. Aku tidak berminat. Perutku terasa tidak lapar, tidak nafsu makan tepatnya. Pikiranku didominasi oleh pesan Lingga yang disampaikan melalui Almira. Hari ini Lingga ingin bertemu, entah perasaanku senang atau malah sebaliknya. Aku tidak tahu, perasaan ini seperti ada yang mengganjal. Aku hanya menatap layar handphoneku. Ku pandang lekat-lekat, berharap Lingga juga memberiku pesan dan lagi-lagi tidak kudapati. Aku tidak tahu bagaimana ekspresi Alisya ketika melihatku yang tidak seperti biasanya. Setelah beberapa saat, Alisya mengagetkanku. Aku terkejut dan saat itu juga aku berfikir untuk pulang ke kost dan menunggu kedatangan Lingga, ada yang ingin ku tanyakan. Perihal handphone yang jatuh aku tidak menghiraukannya. Aku berpamitan dengan Alisya dan menuju parkiran.

Dua puluh menit sudah waktu yang ku tempuh untuk sampai ke tempatku. Dengan cepat ku parkirkan motorku di sebelah sebuah motor yang aku sangat mengenalinya, ya itu punya Lingga. Ku lihat Lingga sudah duduk manis di kursi taman di depan rumah Ibu kost. Senyumnya tertuju padaku.

"Nu, apa kabar?"

Hah, pertanyaan macam apa itu. Aku tidak pernah baik-baik saja Lingga, tidak. Aku yang selalu diselimuti pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan di ruang kepalaku. Pertanyaan seputar apa arti kepedulianmu, apa arti dari segala kata tersiratmu. Jangan gila, aku bukan cenayang yang tahu segala isi kepalamu, aku butuh penjelasan dari semua itu. Aku sudah terlanjur jatuh pada pusaran itu. Aku takut jika aku tidak bisa kembali lagi. Sedangkan aku tidak sama sekali mendapatimu di pusaran itu. Aku lelah kecewa, sangat lelah.

"Aku baik Ngga, baik sekali."ku tunjukkan senyum setengah masam padanya.

"Maaf ya, aku baru bisa kesini. Sebenarnya aku pulang sedari tiga hari yang lalu."

"Oh..."mendengar jawabanya itu, kurasa itu cukup untuk meresponnya.

Lingga mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya, ia menyodorkan novel itu padaku. Dengan tatapannya yang mampu meluluhkanku, ya aku tersipu. Rasa kesalku ternyata kalah lagi dari perasaan yang tidak jelas ini. Aku sedikit terkejut karena novel itu sudah sejak lama kuinginkan.

"Nu, ini ada oleh-oleh. Sekali lagi aku minta maaf, kalau kamu ngerasa ini nggak ada apa-apanya. Ini memang bukan khas Pontianak, tapi aku ingat waktu kita di halte kamu bilang pengin buku ini, jadi ya aku beliin. Diterima ya."

Novel yang berjudul KATA karyanya Rintik sedu memang luar biasa indah tapi aku masih belum mau kalah dari hadiah yang diberikan Lingga, aku bertemu denganya karena ada maksud yang kubawa.

INI CERITA INUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang