Sudah hampir tiga puluh menit kedua tangan gadis itu menopang dagu seperti tengah melamun, menghiraukan tumpukan buku yang persis berada di depannya menunggu perhatian pemiliknya untuk kembali padanya.
"Setengah jam lagi sekolah bubar dan tiga puluh menit lebih lo sia-siain gitu aja. Lo sama sekali enggak baca materi, Yasmin. Lo kenapa?"
Perempuan yang duduk di seberang Yasmin mendadak kehilangan fokus melihat sikap gadis di depannya yang membuatnya suntuk sendiri. Sejak bel istirahat usai, Yasmin membawa diri ke basecamp olimpiade dengan wajah murung. Padahal, sebelumnya gadis itu keluar dengan wajah sumringah karena akan bertemu Daniel, sang pujaan hatinya.
"Daniel lagi?" tebak Asti yang sepertinya sangat tepat. Terbukti dari Yasmin yang sekarang mendongakkan wajah ke arahnya. Sedari tadi gadis itu terus saja menundukkan kepala.
Namun, gelengan dari Yasmin membuat Asti hilang harapan. Kali ini bukan perkara Daniel, lalu apa?
"Gue terlalu cuek ya, As?" tanya gadis itu sembari menghela napas pendek.
Mata Asti menyipit, "Cuek gimana?"
Yasmin memanyunkan bibirnya, apa benar keputusannya untuk membantu Daniel kali ini? Baru pertama kalinya Yasmin sampai berani berbohong pada Asti. Walaupun kebohongan kecil, tapi bisa saja ini akan terus berlanjut.
"Gu-gue ngerasa nggak kenal siapa-siapa selain lo di tim." Yasmin merutuki dirinya yang gelagapan. Memang kalau seseorang tidak pernah melakukan suatu hal dan dia mencoba melakukannya, pasti perkara itu tidak berjalan mulus. Ditambah Asti yang sekarang menatap manik matanya, Yasmin jadi semakin kikuk.
"Yas... Tatapan lo beda. Lo nggak lagi bohong, 'kan?" selidik Asti.
Yasmin memejamkan mata sejenak, "Iya. Daniel minta gue ngelakuin sesuatu!" Sentak Yasmin akhirnya.
"Sesuatu? Dia minta hal aneh lagi sama lo?!" Nada bicara Asti meninggi.
Sudah Yasmin duga, Asti pasti langsung terbawa emosi setelah tahu Daniel menjadi alasan Yasmin mengesampingkan tugasnya untuk belajar seperti tadi.
"Gila ya tuh orang, gak pernah berhenti nyusahin elo!" Omel Asti yang masih berlanjut.
"Tapi kali ini dia nggak minta gue bolos kok." Pembelaan Yasmin yang seperti ini semakin menambah kobaran api di mata Asti.
"Bela aja terus! Sampe lo kehilangan jati diri lo seutuhnya!" sungutnya sedikit membentak.
Yasmin menekuk wajah setelah menerima kata-kata Asti yang kali ini terlalu sensitif untuk bisa ia terima tanpa mengundang kedatangan bulir bening di pelupuk matanya.
"Lo bohong sama nyokap bokap lo, dan kepintaran lo tambah satu dengan lo yang coba bohongi gue barusan. Sekarang lo terlalu pintar, Yas. Tapi, pintar lo itu nggak bermanfaat!"
Yasmin mengangkat wajahnya, air mata sudah mengalir membasahi pipinya. Membuat Asti mengatup rapat mulutnya yang sudah kelepasan.
"Iya gue tahu gue salah. Tapi, gimana pun juga Daniel itu pacar gue, As. Gue harus bisa bantu dia di masa sulitnya," lirih Yasmin membuat Asti menatapnya tidak tega. Gadis berambut pendek sebahu itu meraih telapak tangan Yasmin dan menggenggamnya erat.
"Maaf kalo gue terlalu kasar. Emangnya, Daniel minta lo ngelakuin apa?" tanya Asti dengan nada lembut. Di dalam hati dia tidak berhenti menghujat nama Daniel karena sudah membuat gadis di hadapannya menjadi seseorang yang buruk. Tapi, bagaimanapun juga Yasmin adalah sahabatnya. Sebagai sahabat, dia harus terus membersamai Yasmin di segala duka dan suka gadis itu. Yang terpenting, dia harus selalu siap sedia menerangi jalan Yasmin yang sudah gelap karena cinta.
"Genta ikut mencalonkan diri jadi ketua OSIS dan di satu sisi Daniel juga jadi calon. Jadi gue harus buat hidup Genta bergantung ke gue. Dengan itu Genta bisa ngelakuin apapun yang gue perintahin, termasuk ngundurin diri dari pencalonan," ucap Yasmin pelan. Usai mengatakan itu, Yasmin langsung tertunduk dan tak berani lagi menatap mata Asti. Yasmin bisa merasakan genggaman tangan Asti yang melonggar.
Gadis di hadapan Yasmin kini tidak merespon. Diam dan tetap tenang meski matanya sempat terbelalak setelah mendengar pernyataan Yasmin. Di menit berikutnya Asti memasang raut damai di wajahnya. Bibirnya juga menyunggingkan sebuah senyuman tipis seolah tidak masalah dengan permintaan Daniel pada Yasmin yang dia anggap pacar.
"Terus Daniel rela lo ngehabisin banyak waktu sama Genta? Dia gak bakal cemburu gitu lihat pacarnya dekat sama cowok lain?" pancing Asti dengan memberikan penekanan pada kata 'pacarnya'. Dia tidak boleh gegabah kalau tidak mau Yasmin semakin dalam jatuh ke jurang. Sahabatnya itu benar-benar seperti ditutup matanya, sampai tidak menyadari bahwa dirinya sudah lama disekap di dalam lubang.
"Cemburu, tapi dia tahu kalo hati gue cuma buat dia. Dia percaya gue nggak bakal benar-benar ngehabisin waktu sama Genta seperti gue ngabisin waktu sama dia," jelas Yasmin masih dengan kepala tertunduk.
"Berarti... Lo cuma mau mempermainkan Genta?"
Yasmin tiba-tiba terisak, jadi sedari tadi gadis itu menundukkan kepalanya untuk diam-diam menangis.
Syukurlah hati Yasmin masih berfungsi normal.
"Lo udah nyiapin berapa banyak tabung oksigen?" tanya Asti seraya tersenyum dengan kedua alis yang ia mainkan ke atas-bawah.
Yasmin hanya menunjukkan tampang polosnya. "Buat apa?"
Asti menghela napas pendek, "Genta Aldebara, cowok terpopuler dan terganteng sepanjang SMA Kencana berdiri sampe sekarang. Diakui secara nasional memiliki kadar ketampanan yang overdosis. Selain rupa yang hampir sempurna karena gak ada seorang pun yang sempurna di dunia ini, dia juga punya otak jenius. Bahkan udah dikasih penganugerahan kalau Genta adalah cowok ter-ter di kota Bandung. Lo mau apa kalo harus berhadapan terus sama dia? Nggak takut mati karena kehabisan oksigen?" jelas Asti panjang kali lebar kali tinggi.
Yasmin menggidikkan bahu. Dia akui selama setahun lebih menjadi siswi Kencana, dia hanya pernah melirik Genta sebanyak dua kali. Pertama kalinya saat pengumuman kelas yang ternyata dirinya dan Genta juga masuk ke dalam tim olimpiade. Lalu, kedua kalinya saat dia dan Genta mengikuti perlombaan olimpiade di hari yang sama. Genta di departemen Fisika dan Yasmin di departemen Ekonomi. Mereka lebih sering mendapat sesi hari yang berbeda, mengingat yang satu dalam bidang IPA dan yang satunya bidang IPS.
Jadi, mengenai ketampanan Genta, Yasmin tidak tahu pasti. Karena semenjak Daniel menembaknya, Yasmin tidak pernah memperdulikan laki-laki lain. Bukan tidak mau, tapi Daniel yang memintanya.
"Gue berdoa sama Tuhan semoga lo beneran jatuh cinta sama Genta!"
---
°
°
°
°
°To be continue..
Hope you enjoy it, guys!
Aku boleh minta vote sama komennya gak? Hehe.
YOU ARE READING
The Student Council President is MINE [Hiatus]
RomanceYasmin Aldibara harus berurusan dengan calon ketua OSIS tampan, Genta Ardebara demi mengabulkan keinginan pacarnya, Daniel. Tapi, di tengah jalan sesuatu terjadi. Membuat Yasmin pergi sampai waktu mengantarnya untuk kembali. Dan saat itu tiba, Yasm...