The Empress Paradox

615 6 3
                                    

            HIDUP ITU unik. Terkadang kita mendapatkan kegembiraan di dalamnya. Namun dalam sekejap dapat berubah menjadi mimpi buruk yang tidak pernah terbayangkan. Bagaikan sebuah lompatan paradoks yang terjadi berulang kali.



"Jangan....jangan deket-deket gua Ci"

Aku tidak menghiraukan seruannya itu, sambil kembali menguatkan tekad untuk melanjutkan niatku.

"Ci, pliss jangaann! Gu-gua serius Ci! Stop!" Serunya lebih keras ketika aku nekat kembali melangkahkan kakiku.

"T-tapi elo...a-apa yang bisa gua bantu, Ren?" Aku bingung bagaimana harus membantu pria di hadapanku ini. Aku tidak sampai hati melihatnya terus tersiksa seperti itu. Setelah apa yang telah ia perbuat untukku.

Entah sampai berapa lama lagi efek obat perangsang itu mereda. Aku bisa menduga apa yang mereka rencanakan. Mereka ingin Rendy lepas kendali dan memperkosaku, atau aku yang harus membantu melepaskan hasratnya.

Hatiku semakin terasa sakit tanpa sadar, saat aku melihatnya terus tersiksa batin, berusaha keras menahan efek obat laknat itu agar ia tidak lepas kendali dan melakukan perbuatan hina kepadaku. Ia bahkan dengan keras tidak membiarkan diriku mendekatinya walau hanya selangkah.

Aku yang sebelumnya memandang remeh serta memiliki niat buruk dengan memanfaatkan perasaannya kepadaku, untuk membantuku menyelesaikan satu mata kuliah sulit di kampus, sekarang berubah menjadi rasa kagum dan hormat.

Selama ini aku belum pernah menemui ataupun berteman dengan seseorang yang rela berkorban sebesar yang telah dilakukan Rendy kepadaku saat ini. Tidak juga dengan kedua sahabatku, Nina dan Eni.

Tumpukan perasaan yang semakin kuat yang membuatku tergerak untuk berusaha menolongnya keluar dari siksaan batin yang sedang ia rasakan . "Ren? Rendy? Apa yang bisa gua bantu? Gua mau bantu lo Ren." Ujarku kembali memohon.

"Jangan Ci. Gua takut bakalan nyakitin lo Ci, kalo lo deket-deket. Plis Ci, gua gak mau nyakitin lo. Gua sayang ama lo."

That's it. Akhirnya kalimat itu terucapkan–aku yakin tanpa ia sadari– dari mulutnya. Pergulatan batin dalam waktu lama, sepertinya membuat Rendy tidak menyadari apa yang telah ia katakan. Namun bagiku, kalimat itu menjadi awal sebuah palu hakim yang telah memberikan ketetapan yang nyata.

Dengan tanda itu meyakinkanku dalam menetapkan sebuah pilihan. Pilihan yang aku pahami merupakan jebakan yang diharapkan oleh pria mesum keparat itu, dan aku juga menyadari bahwa saat ini ia pasti sedang memperhatikan kami melalui CCTV. Hanya saja, aku tidak bisa membiarkan Rendy menderita lebih lama lagi.

Lagipula karena aku lah ia bisa sampai ikut terlibat dan ikut mengalami penyiksaan baik psikis maupun fisik di tempat biadab ini.

Setelah menghembuskan nafas panjang, aku lalu berjalan perlahan memutarinya. Berusaha agar Rendy tidak menyadari gerakanku. Ketika aku telah berada cukup dekat darinya, tanpa ragu-ragu aku mulai melepaskan blouse-ku. Jantungku berdegup kencang, menyadari aku telah membuka baju dihadapan Rendy, serta pria mesum itu dan entah siapa lagi yang turut menyaksikan kami ini.

Aku melanjutkan dengan membuka kaitan mini skirt-ku. Menurunkan resletingnya dan membiarkan mini skirt itu terjatuh begitu saja ke lantai. Degup jantungku semakin cepat hingga rasanya hampir meledak. Bulu kudukku langsung berdiri entah karena hawa dingin atau karena derasnya adrenalin yang mengaliri sekujur tubuhku.

The Empress ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang