The Av

2.1K 123 12
                                    

[Ava]

Gue memandang cermin takjup. Asu, gue cantik banget.

Tapi merahnya timpang. Kanannya kok kurang tebel? Gue buru-buru meraih kotak make up dan mencari blush on yang baru gue beli kemarin. Sembari bersiul pelan, gue menorehkannya ke pipi.

Setelah ketebalannya sedikit bertambah, gue berhenti dan kembali menatap cermin. Sempurna.

Tinggal pakai dress vintage yang baru gue beli dari toko online kemarin plus wig hitam sebahu. Ok, gue jatuh cinta sama diri gue sendiri.

Setelah mengagumi hasil sapuan make up gue di cermin bedak, gue gantian berkaca di cermin yang agak besar. Hampir setengah badan. Gue pasang senyum kecil sembari memutar tubuh perlahan.

Ckck, gue puas sama dandanan gue kali ini. Matching.

Gue yang sebelumnya gak pernah mendokumentasikan apapun, kali ini tertarik untuk sekedar foto close-up.

Satu kali jepret. Udah, selesai.

Gak ada hujan gak ada angin, tiba-tiba muncul notif Whatsapp baru.

Ketua kelas
Jangan lupa laporan obser terakhir dikumpulin besok pagi, guys.

Gue auto melotot. Njeng, gue lupa! Gue buru-buru melihat jam. 21:53. Cik, asu, babik. Gue harus segera ngerjain atau nyinyiran dosen judes terpaksa gue kantongin besok pagi.

Dengan jurus sakti Bandung Bondowoso, gue begadang semalaman dan mengerjakan laporan obser seolah benda itu 1000 candi yang mesti gue bangun untuk dipersembahkan pada Roro Jonggrang. Bedanya, gak ada dosen gue yang namanya Roro Jonggang. Adanya cuma Roro Jogging

###

Setelah begadang semalaman, paginya gue otomatis jadi mayat hidup. Rasanya kayak beban hidup seluruh manusia di bumi disematkan di pundak gue. Berat banget. Gue susah fokus sama materi yang disampaikan dosen---sementara frekuensi menguap gue…gak usah ditanya lah pokoknya.

Emang bener sih gak kena nyinyiran dosen kiler, tapi mata gue seolah meronta-ronta minta rebahan sepanjang jam mata kuliah berlangsung. Begitu jamnya habis, tanpa babibu gue lari ke pintu---bahkan sebelum dosennya keluar---terus buru-buru menuju ke parkiran.

Begitu di parkiran, gue merogoh saku kemudian menstarter motor. Baru aja mau menarik gas, tiba-tiba gue tersadar dari jaman jahiliyah yang menguasai gue sejak beberap menit yang lalu. Ngomong-ngomong, hp gue mana?

Lagi-lagi gue merogoh semua saku di tubuh gue tanpa terkecuali. Kosong. Njeng, Bangsat. Di mana pula hp gue bersemayam sekarang?

Gue memusatkan pikiran, mencari hp gue diantara serpihan-serpihan memori yang bejibun. Gak ketemu, sialan. Ini nih efek otak isinya tugas mulu gak ada refreshing-nya. Kagok disuruh mikir sederhana. Jiah, gue tahu gue pinter. Makanya mikirnya tinggi mulu. Mikir tiang listrik, tower, pohon kelapa, dkk.

Karena lama gak tercerahkan, gue pun menapaktilasi jejak sepatu gue sendiri. Dengan setengah hati gue mematikan motor dan berjalan kembali dengan alur mundur. Parkiran-tangga parkiran-taman-teras gedung-pintu utama-tangga-tangga lagi-tangga teruus-pintu-kelas.

Gue terpaksa berhenti setelah melewati pintu kelas, ada manusia lain di bangku gue ternyata. Si Dito, teman sekelas gue.

Dia menoleh sekilas ke arah pintu yang baru gue lewati. Gue balas mengamati dia, juga hp gue yang lagi dia pegang. Jangan-jangan dia berniat nilep hp gue sebelum gue datang?

"Hp lu?" tanyanya.

Eh dasar setan, gue main tuduh sembarangan aja. Padahal dia sadar itu hp gue. Syukur deh.

A CrossdresserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang