Heart Beat
PART : 01•••
Hancur.
Bagaimana cara mendeskripsikan hal itu dengan tepat?
Relatif. Hancur, punya banyak makna. Setiap individu memandangnya dari jarak yang berbeda. Beberapa orang mungkin mudah terluka. Berhati lembut, sensitif dan perasa. Beberapa orang lainnya, memiliki mental bagai baja. Keras, tak banyak peduli, dan sudah lupa apa itu rasa sakit.
Namun bagi Zeyu, inilah hancur yang sebenarnya.
"Suji, aku—"
Gadis itu melewatinya begitu saja. Tak berbalik, menoleh, atau bahkan sekedar melirik. Seolah kehadiran Zeyu tak kasat mata.
Dan otaknya, dipaksa bekerja. Zeyu berusaha mengingat apa yang terakhir dia lakukan pada Lee Suji, hingga pacarnya tersebut berlaku demikian sampai saat ini. Tepatnya 16 Maret, yang terhitung sudah dua bulan dari hari ini.
Kala itu, semuanya masih seindah mentari pagi. Zeyu mengajak Suji kencan untuk yang kesekian kali.
Namun berbeda, 16 Maret adalah hari jadian mereka. Itu terasa sangat istimewa. Keduanya berangkat jam 10 pagi. Diawali dengan nonton bioskop, makan siang bersama, dua jam di Lotte world, makan malam, lalu dia mengantar Suji pulang.
Di depan gerbang rumahnya, dia memberi kecupan singkat di bibir gadis itu. Mereka saling melempar senyum, dan Zeyu pulang.
Sudah. Just like that.
Namun yang membuat lelaki itu heran setengah mati, kenapa keesokan hari Suji seolah tak menganggap keberadaannya?
Dari awal mereka bertemu, Zeyu hafal. Lee Suji bukan gadis yang ramah. Pelit berucap, raut datar setiap saat, dan tak peduli dengan sesuatu yang tidak menguntungkan. Terkesan—angkuh.
Tapi pada detik dimana Zeyu mendapatkan hati puteri salju itu, kutub utara telah mencair.
Suji masih dingin, pengecualian padanya. Suji tak banyak bicara, namun jadi cerewet ketika disamping Zeyu. Suji tak banyak berekspresi, namun untuk lelaki itu, senyumnya mengembang setiap saat.
Seingat Zeyu begitu.
Yah, itu sampai dua bulan lalu. Kini, segala berjalan lebih buruk dari awal mereka bertemu. Perempuan surai hitam legam itu bahkan kini terlihat enggan barang hanya sekedar meliriknya. Tak lagi pernah bercakap pada Zeyu, meninggalkannya saat butuh waktu bicara, dan pesan-pesan yang Zeyu kirim via KakaoTalk tak lagi pernah dibaca. Suji memblokir nomornya.
Dan hal yang benar-benar membuatnya paham apa itu hancur, adalah ketika kemarin dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, Suji pulang bersama salah satu kakak kelas mereka.
Jevin Hwang, kehadirannya diminati para gadis di sekolah. Dia dan Suji dikabarkan dekat belakangan ini. Sebagian bergosip tentang seberapa cocok mereka. Jevin si tampan kaya raya, Suji yang pintar, cantik dan berbakat. Mereka terlalu sempurna untuk disandingkan berdua. Sebagian lagi berbisik-bisik tentang ada konflik apa antara Zeyu dan Suji hingga mereka yang dulu selalu terlihat romantis bersama, kini nampak bagai dua orang yang tak mengenal.
Zeyu lelah.
Dia terus berlari mengejar, kesakitan, namun Suji tak pernah meliriknya seolah tuli. Dan sekali lagi Zeyu bertanya, kenapa? Apa dan kenapa? Kenapa mereka jadi sejauh ini?
Tidak, Zeyu tak pernah marah. Hanya ingin tahu;
"Katakan apa salahku Suji, agar aku bisa memperbaiki semua ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Beat [end•]
RomanceZeyu tidak pernah marah. Yang ingin dia tahu hanya satu hal. "Apa yang kuperbuat? Kenapa kau mengacuhkanku sedemikian?" ♡ ××× Ps; saya tidak mengambil keuntungan apapun dari pembuatan cerita ini. Pss; bahasa baku dan teratur. Psss; tidak menerima pl...