× To My Heart Beat ×

90 12 1
                                    

Lonely
Last Part

•••

Mungkin, umpatan Xinlong di kantin kemarin memang benar.

Yu Zeyu budak cinta bodoh.

Karena setelah semua sikap Suji, seberapa banyak gadis itu mengacuhkannya, sekejam apapun cara Suji berucap tempo hari, Zeyu masih menunggu. Sebab pagi tadi, tepat pada pukul 09.37 hari sabtu, satu pesan masuk di ponsel Zeyu. Hanya tiga kata, dan matanya melebar seketika.

Aku ingin bertemu

Dari Suji. Zeyu tersenyum lebar bagai orang tolol. Secepat kilat, dengan gerakan cahaya, dia beranjak turun dari ranjang dan nyaris terjungkal jika tak bisa menyeimbangkan diri. Zeyu mandi buru-buru, berpenampilan serapi mungkin, lalu segera lari turun dan menaiki mobilnya.

Di sepanjang jalan, Zeyu tidak peduli jika dia terlihat bagai pasien rumah sakit jiwa sebab terus tersenyum tanpa alasan. Hati berbunga-bunga seolah baru saja merasakan cinta pertama.

Begitu sampai di tujuan, Zeyu segera turun dari mobil. Dia berjalan cepat menuju pintu kafe, Suji duduk pada kursi yang terletak disudut. Berjalan mendekat, lelaki itu mendudukkan diri depan Suji.

"Hai." Tersenyum, Zeyu terlihat sangat senang. "Sudah pesan minum? Atau kau mau sarapan? Kudengar, kafe ini menyediakan wafel dengan siraman madu. Bagaimana menurutmu?"

Ditempatnya, Suji mengerutkan alis samar. Perempatan tak kasat mata muncul di keningnya. Zeyu bertingkah seolah tidak ada yang terjadi diantara mereka. Apa lelaki itu tak terluka atas ucapannya kemarin? Apa Zeyu masih merasa baik-baik saja atas semua kelakuannya selama ini?

Tak menjawab, Suji memilih mengangguk.

Zeyu mengangkat tangan, seorang pelayan wanita datang lalu mencatat pesanan mereka. Menunggu pesanan, keduanya ditelan keheningan untuk waktu yang sangat lama.

"Bagaimana kabar kakakmu?" Zeyu bertanya pelan. Berusaha menghancurkan benteng kecanggungan diantara mereka.

"Hm, dia baik."

Hening lagi.

Tak sadar, pesanan mereka akhirnya sampai. Mereka menyantap dengan tenang, tanpa suara.

Zeyu menatap ragu disela kunyahan. Memandang sang pujaan hati baik-baik. Hari ini, tubuh Suji dibalut kemeja putih. Celana jenas pendek menjadi bawahannya, sementara anting salib sedikit panjang menggantung di kedua telinga. Rambut hitam legam terurai indah, dan bibir merah basah merona.

Cantik sekali.

Zeyu sadar, dia jatuh telak pada gadis ini. Terikat dan tak bisa lepas. Semua yang mereka lalui bersama membuatnya ketergantungan, cinta setengah mati.

Meletakkan garpu, Suji menatapnya. Mata mereka bertemu. Sorot Suji terlampau dingin. "Ada yang ingin aku katakan."

Zeyu tersenyum. Mengangguk sekilas, lalu meneguk teh hangat di samping piringnya sebentar.

"Zeyu, aku—" Suji menghela napas. "Aku ingin putus."

Zeyu terdiam.

Tiga kata itu merenggut napasnya dalam sekejap. Hatinya hancur lebur, pecah menyisakan kepingan yang tak dapat dilihat. Zeyu tahu bahwa kata itu akan segera datang, tapi tak menduga kalau rasanya demikian. Ini menyakiti Zeyu lebih dari yang bisa ia terima.

Tersenyum, lelaki itu mendongakkan kepala. Memejam sebentar, dia kembali menatap Suji. Rautnya rapuh. "Kenapa?"

Suara Zeyu begitu lembut, pelan nyaris hancur. "Beritahu aku, kenapa Suji? Jangan diam membisu. Oke, aku minta maaf. Mungkin aku pernah salah dan tidak menyadari. Maafkan aku."

Heart Beat [end•]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang