xviii

4 0 0
                                    

Semua seperti mimpi. Tak bisa kunalar lebih dalam lagi. Yang ada hanya ego yang semakin menginginkan pertemuan itu lekas terjadi.
Kami sudah janjian pukul empat sore hari.
Kala itu, senja semakin kabur dan hujan tak henti-hentinya menepis senja agar segera pergi. Tapi, semesta masih berpihak kepada kami.

Detik demi detik, menit demi menit masih kulewati dengan penuh tanda tanya. Pertemuan yang selama ini hanya ada di dalam angan, kini terwujud di depan mata dan sedang berjalan. Pertemuan yang entah sebagai penebus luka lama atau pembuka bagi luka baru. Berjalan lama tanpanya sudah lama kucoba, tapi tetap saja. Bayang-bayangnya tak pernah jauh dari bayanganku. Ia seakan terus mendekat, walau sekuat jiwa raga sudah ku curahkan untuk lari meninggalkan ia dan seluruh kenangan bersamanya.
Apa aku terlalu memaksa agar dirinya selalu melangkah bersamaku?
Apa aku terlalu nekad untuk melawan takdir dari-Mu?
Apa aku terlalu keras kepala karena masih belum mampu melepasnya jauh dariku?

Sesaat inginku hentikan jam yang terus berdetak. Membiarkan mataku dan matamu mencari satu sama lain hingga pada akhirnya saling menemukan tatapan yang sama.
Membiarkan kau untuk terus bercerita tentang perjalanan dan pelajaran hidup yang kutau sama sekali tak mudah untuk kau lewati, hingga pada akhirnya kau berhasil meskipun harus terluka.
Membiarkan diriku sebagai pendengar yang baik saat itu, hingga pada akhirnya kau lontarkan jika satu per satu ada yang meninggalkanmu.

Inginku menjedakan waktu kala itu. Mencoba untuk mencari kata yang tepat, bahwa hingga saat ini aku masih belum benar-benar meninggalkanmu sejauh ini.
Tapi ternyata, aku juga masih belum benar-benar siap untuk mendengar jawaban lanjut darimu.
Ku hela napas, tekadku hanya berhenti di persimpangan. Belum berani kulanjutkan. Haha. Sungguh penakut sekali. Perihal kesiapan saja aku masih dibayang-bayangi. Hanya karena aku tak mau pertemuan ini lekas berakhir dan kita kembali menjauhkan diri.

Selamat datang kembali luka, sekarang sudah siap untuk yang kedua kalinya?
Ternyata perencanaan kita kembali pada ketetapan.
Yang semuanya masih ganjil, hingga ada salah satu yang berani menggenapkan.
Ingatan seketika kembali pulih, tentang apa yang sudah hilang.
Aku ingin menjadi awan yang selalu menjagamu, bukan sebagai senja yang hanya sesaat datang menyapamu.

PENANTIAN SENDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang