Gelap.Dingin.
Ah tidak, aku mati rasa.
Aku tak bisa merasakan apapun. Indra indraku seolah berhenti bekerja.Dimana ini? Apa begini rasanya koma?
Apa aku berada diantara ambang hidup dan mati?Atau aku memang sudah mati?
Benar ternyata kata nenek. Dunia itu kejam.
Terlalu kejam untuk sekedar memberikanmu sebuah dongeng bahagia. Begitu kau mengenal yang namanya perasaan bahagia, Tuhan langsung akan mengambilnya.Tanpa pandang bulu.
Tidak tidak.
Aku tidak berniat menyalahkan Tuhan, maupun takdir.Namun aku berharap dan berharap.
Untuk mendapatkan sesuatu yang dinamakan kesempatan kedua.Kesempatan kedua untuk merasakan indahnya dunia bersama orang yang aku cintai..
Walau aku tau itu sungguh tak mungkin. Namun aku tetap percaya akan kekuatan cinta. Akan kekuatan takdir. Akan kekuatan mimpi.
Apa ini terlalu banyak untuk diminta?
Aku tau, aku sungguh keterlaluan.
Aku tau, dan sadar betul akan hal itu.Menyia nyiakan hidup lalu berakhir meminta untuk kesempatan kedua.
Aku sungguh tak tau diri.Namun jika takdir memang menuliskan sebuah dongeng bahagia untukku bersama dengannya..
Tolong buat itu menjadi sebuah kenyataan.
Walau hanya sebentar, aku sungguh akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini.Aku janji.
"Bae Chunhae"
Apa itu? Apa kini aku mulai berhalusiansi?
"Gadis SMA polos yang meninggal hari ini akibat kecelakaan lalu lintas."
"Selamat datang, kini kau berada diantara perbatasan Surga dan dunia nyata"
Siapa ini?
Aku berusaha mencari sumber suara itu. Namun hasilnya nihil. Aju tak bisa menemukannya. Kegelapan abadi tak berujung seolah membungkusku.
"Selama hidup, kamu tak pernah merasakan kebahagian sesungguhnya. Semua orang yang kau cintai pada akhirnya akan cepat di ambil Tuhan."Aku terdiam.
Memori memori akan masa lalu seolah membanjiri pikiranku. Membuatku kembali teringat, akan aku yang memutuskan untuk tidak mencintai siapapun lagi.
Aku mencintai mama papaku.
Dulu.
Saat papa belum meninggalkan aku dan adikku sendiri bersama mama. Papa meninggal saat aku masih bersekolah dasar dan adikku masih TK. Semenjak kepergiannya, mama menggila.
Pulang dengan kondisi mabuk mabukan, dan berakhir mengumpati kita berdua.
Aku tak tahan, kemudian memutuskan untuk pindah. Aku kemudian dibesarkan penuh cinta oleh nenekku. Di sebuah perumahan sederhana, namun bahagia.
Iya, aku mencintai nenekku. Dia yang mengajariku soal dunia ini.
Namun, Tuhan berkata lain. Nenekku meninggal 5 tahun yang lalu, tepat di hari ulang tahunku.
Lagi lagi, orang yang kucintai diambil dengan cepat.Aku kemudian kembali tinggal bersama mama.
Ia tak berubah sama sekali. Masih pulang larut, dengan kondisi mabuk, dan aku lah korbannya.
Kalian tau? Aku ini manusia biasa. Aku sekolah seperti biasa, makan seperti biasa, tidur seperti biasa.. Aku juga memiliki teman seperti manusia pada umumnya.
Kang Mirae, aku sungguh menyayanginya. Teman baikku satu satunya. Namun entahlah, nampaknya aku tak tau caranya belajar dari kesalahan saat itu.
Aku mencintainya. Dan lagi lagi, Tuhan mengambilnya dariku saat kami baru saja berteman selama 1 Tahun.
Mirae hanya memiliki 1 ginjal. Aku tau itu, namun ia tetap ceria seperti anak pada umumnya. Ia main denganku seperti teman pada umumnya, tidak ada tanda tanda sama sekali bahwa nyawanya akan berakhir sebentar lagi.
Sejak saat itu, aku mulai belajar dari kesalahan kesalahanku. Aku mencintai, itu salahku. Kesalahan terbesarku.
Aku tidak lagi menaruh hati pada orang orang disekitarku.
Tidak, aku tidak membeci mereka, aku hanya tidak mencintai mereka. Kalian mengerti letak perbedaannya kan?
Namun suatu hari, tiba tiba saja orang ini memutuskan untuk menerobos masuk ke dalam hidupku, lalu menghancurkan segalanya.
Lee Jeno.
Satu satunya lelaki yang bisa membuat hatiku luluh, hanya dengan eyesmilenya yang terbentuk setiap kali ia mengobrol denganku. Lagi lagi, aku membuat kesalahan.
Mencintainya.
Ah, bodohnya aku. Namun sekarang, sebagai ganjarannya, nampaknya Tuhan memutuskan untuk mengambil nyawaku. Bukan nyawanya. Syukurlah, aku tak harus hidup dalam perasaan bersalah lagi. Aku sudah muak.
Namun tak dapat kupungkiri, ada sepercik rasa menyesal di hatiku.
"Aku akan memberimu sebuah kesempatan. Kesempatan untuk merasakan kebahagiaan, bersama orang yang kamu cintai"
Walaupun aku tak memiliki rupa lagi saat itu, namun aku merasa jangungku seolah berhenti berdetak. Aku tak tau apa ini hanya halusinasiku semata, namun apakah pada akhirnya Tuhan mendengarkan permohonanku?"Namun ada syaratnya"
Ah, bodohnya aku. Bisa bisanya melupakan tidak ada yang gratis di dunia ini.
"Nanti, saat kamu pada akhirnya merasakan rasanya bahagia bersama orang yang kamu cintai, aku tak akan membiarkannya sampai akhir."
"Setelah menghabiskan waktu lama bersama, aku akan mengambilnya. Alasanmu bahagia, aku akan mengambilnya."
Tidakkah ini yang dinamakan penipuan? Bukannya ini sama saja dengan kehidupanku sebelumnya?
"Oh, tidak tidak, ini tidak sama dengan kehidupanmu sebelumnya. Kamu akan diberi waktu yang cukup lama, Chunhae. Seperti buku dongeng indah dengan akhir yang menggantung, kau tau? Setelah lama bersama, dan hampir mencapai klimaks kebahagian, alasanmu bahagia akan diambil. Jadi entahlah, apa itu bisa di anggap sebagai dongeng bahagia ataupun sedih?"
Jika aku masih memiliki tubuh yang utuh saat ini, air mataku pasti akan sudah jatuh mengalir turun dari mataku.
Sejujurnya, ini bukanlah yang kumau. Namun aku ini juga manusia. Makhluk egois yang mendambakan kebahagiaan meskipun telah tau itu tak abadi untuk selamanya.
Baiklah, aku terima, kesempatan keduaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| ethereal || Lee Jeno
FanfictionAkankah aku merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya? Benar-benar tidak ada yang mutlak di dunia ini, apakah nasibku selalu seburuk ini? Ini adalah ceritaku untuknya, Lee jeno sang penghantar kebahagiaanku, meski hanya sementara...