prolog

17 3 0
                                    

Jakarta, 19.30 wib

Gadis berambut hitam itu masuk kedalam rumahnya masih dengan seragam putih abu-abu yang melekat ditubuhnya. Tidak ada yang menyambutnya meski hanya dengan senyum.

Gadis itu bernama Hanna windyra tama, hidupnya telah berubah setelah kehilangan orang yang begitu dia sayangi Andrae tama kakak laki-lakinya yang telah pergi meninggalkannya.

"kakak berangkat dulu ya, hanna adek kakak tersayang jangan sedih ya, kakak ga lama kok perginya".

Kata Terakhir yang begitu membekas, dulu saat ia pulang sekolah andra lah yang menjemputnya, selepas ia kerja. Sosok kakak yang begitu perhatian dan penuh kasih sayang, namun semuanya sirna saat ia mendengar bahwa Andra menghilang saat ia masih di Roma, italia.

Bahkan keluarganya telah mencari kemana-mana namun sosoknya hilang bagai ditelan bumi.

Langkahnya terhenti ketika melihat sosok yang sudah lama sekali tidak pernah dilihatnya. Mata mereka saling menatap seolah-olah sedang berbicara dalam diam.

Tak terasa air mata mengalir dipipinya, kejadian dua tahun silam membuatnya teringat , akan kehilangan sosok yang menyayangi dan memanjakannya bagaikan sosok putri disebuah istana.

Kenangan yang masih terus teringat sampai saat ini yang mungkin tidak bisa ia lupakan.

Hanna mengelap air mata yang mengalir begitu saja dipipinya, lalu menarik nafas dan berjalan seolah tidak ada siapapun disana.

"Hanna!"

Langkahnya tidak berhenti saat ada seseorang yang memanggilnya, ia terus berjalan menaiki tangga seolah tidak mendengar apapun.

Hanna membuka pintu kamarnya lalu membanting pintu agar tertutup kembali, ia merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya, dengan kedua tanggannya menutup muka cantiknya itu.

Menangis hanya itu yang bisa ia lakukan, agar pikirannya kembali tenang, bahkan melihatnya jauh lebih sakit dibandingkan tertusuk ribuan jarum.

Makan malam yang begitu hening tanpa bicara, seakan meja makan menjadi tempat paling menyeramkan.

"Hanna kekamar duluan, ma, pa!". ucapnya saat ia sudah menyelesaikan makannnya.

"duduk, papa mau bicara". Perintah Tama

Hanna kembali duduk dengan menghentakan kakinya, dengan raut wajah kesal.

"Kapan kamu mau merubah, ini sudah dua tahun lebih kamu begini". Tutur tama dengan menatap tajam kearah hanna.

Memang dua tahun belakangan ini, hanna tidak banyak bicara pada kedua orang tuanya, hanya sekedar saja.

Hanna menghela nafas "terus ini salah hanna? Kalau hanna begini, papa mikir ga!".

Roy mencoba untuk tidak berkata keras pada anak perempuan ini "papa udah coba ya buat punya waktu sama keluarga, tapi kamu ga ngehargain papa sama mama!". Kata tama dengan menahan emosinya.

"mama punya waktu ga? Baru hari ini kan mama makan malem bareng". Sindir Hanna.

Farah hanya bisa diam, dia tau memang ia tidak pernah mempunyai waktu luang untuk berkumpul bersama keluarganya.

"kenapa diem semua? Emang benerkan kalian cuman sempetin untuk makan malam hari ini karna ada orang ini kan".
Hanna menunjuk orang disampingnya.

Andrea tama orang selalu hanna salahkan atas kepergian Andra yang hilang begitu saja. Menurut hanna Andre tidak bisa menjaga Andra saat mereka pergi bersama untuk melanjutkan kuliah S2 nya diRoma. Bahkan Andre tidak mengetahui kemana Andra pergi terakhir kali.

Meski itu bukan sepenuhnya kesalahan andre, entah mengapa hanna terlalu membencinya. Sifat antara kedua kakak laki-laki nya itu memang berbanding terbalik.

Andra lah orang yang selalu memperhatikan dan memanjakannya, sedangkan Andre terlalu cuek dan tidak peduli apapun yang dilakukan adik perempuannya itu.

Itulah mengapa saat hanna kehilangan Andra, hanna menyalahkan Andre yang tidak bisa memperhatikan saudaranya yang entah kemana.

Suasana dimeja makan, begitu hening tidak ada yang menjawab pertanyaan yang di ucapkan hanna, begitupun juga dengan Andre, ia hanya bisa menunduk diam. Dia tau adiknya ini begitu kehilangan , bahkan selama ini ia tidak pernah memperhatikannya.

"kemana kalian saat aku butuh, saat seharusnya seorang keluarga memberiku semangat saat aku lomba, tapi apa kalian kemana? Kak Andra orang yang ada selalu saat aku butuh". Katanya dengan suara keras, lalu pergi meninggalkan mereka yang masih diam.

Hanna membanting keras pintu kamarnya, hingga suaranya terdengar sampai ke ruang makan.

"Ini salah Andre ma, pa. Aku sendri aja gak pernah memperhatikannya bahwa aku punya adik perempuan yang butuh kasih sayang saudaranya. Andre nyesel banget!". Ucapnya sambil memegang kepalanya, tak terasa air matanya mengalir.

Bahkan saat ini ia membenci dirinya sendiri.

"Seharusnya kami sebagai orang tua, yang selalu ada buat hanna , anak perempuan kita satu-satunya. Maaf papa ya!". Kata tama dengan mata yang berkaca- kaca.

"mama seharusnya gak usah kerja terus pa, mama seharusnya jadi ibu rumah tangga yang baik dirumah". Farah memeluk suaminya itu sambil menangis.

Andre pergi meninggalkan kedua orangtuanya yang masih diam di meja makan, ia memilih pergi kekamarnya untuk menenangkan diri.

Hanna membuka pintu balkon kamarnya, udara yang begitu dingin membuatnya menggosok-gosokan kedua telapak tangannya.

"kak hanna Rindu, hanna yakin kakak masih hidup. Hanna akan temuin kakak, hanna akan berangkat ke italy untuk cari kakak, setelah hanna lulus kak". ucap hanna dengan air mata yang mengalir dipipinya.

Gimana? Ga seru ya maaf deh 😕

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang