Two

4.7K 247 21
                                    

"Justin kamu ngapain?"

---------------------------------------------

Selena, dia adalah penyanyi yang sedang naik daun. Bagaimana dia bisa kenal dengan Justin? "Sayang, aku mau beli sepatu yang ini," kata nya sambil menarik Justin untuk menjauh dari ku.

Sayang? Apa gue nggak salah dengar? Selena manggil Justin sayang? Bukan nya Justin baru putus dari Britney kemarin? Dan langsung mempunyai pacar lagi? Dasar laki-laki brengsek.

Gue langsung menghampiri Ammy dan menepuk pundak nya. "Am, pergi dari sini yuk."

"Kenapa-" Gue memotong kata-kata Ammy dengan menarik tangan nya dan membawa nya keluar dari toko sepatu itu.

"Lo kenapa sih?" Tanya Ammy sambil berjalan di samping gue.

"Lo ngga liat?"

"Liat apaan?"

"Tadi ada si Justin di dalam toko sepatu itu," Jelas gue. "Dan lo tau?"

"Apa?"

"Dia jalan bareng Selena Gomez. Tadi Selena manggil Justin dengan sebutan 'sayang',"

"Hah? Demi apa lo? Selena Gomez si penyanyi dan aktris terkenal itu?" Ammy menatap gue dengan tatapan tidak percaya.

"Iya. Eh, kita mau kemana lagi nih?" Gue berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ke timezone aja, Terakhir kali kita kesana mungkin saat kita masih kecil," Kata Ammy seraya menarik tangan gue dan berlari menuju timezone.

---------------------------------------------------------------------------

Kemarin adalah saat yang sangat berharga, saat-saat gue jalan bareng Ammy. Kenapa di saat kita menghabiskan waktu dengan sahabat waktu berjalan begitu cepat? Sekarang udah waktu nya sekolah lagi, Ya tepat nya sekarang gue ada di ruang matematika.

Mr. Waters menjelaskan sesuatu di papan tulis. Gue ngga perlu merhatiin dia, karena gue emang udah belajar tentang ini di rumah.

"Mr. Bieber, tolong beri tahu saya apa jawaban dari nomer 3." Mr. Waters mengagetkan kelas dengan suara nya yang lantang.

Iya, Justin memang berada di kelas ini bersama ku. "Um.. 45?" Jawab Justin dengan ragu-ragu.

"Ms. Winter tolong kasih tau Justin jawaban yang sebenar nya."

"158," Gue menjawab nya dengan mudah.

"Tepat sekali," Mr. Waters tersenyum. "Mr. Bieber dan Ms. Winter tolong tetap disini saat bel berbunyi. Saya ingin bicara dengan kalian."

Mr. Waters kembali menerangkan tentang sesuatu. Gue menatap ke arah Justin dengan tatapan sinis (walaupun dia ngga tau jika gue ngeliatin).

Setelah 1 jam (atau yang terasa seperti beribu-ribu jam) berakhir, bel pun akhir nya berbunyi. Anak-anak rombongan keluar dari pintu dengan bahagia meninggalkan 2 anak di dalam kelas yaitu gue dan Justin.

"Kalian pasti penasaran apa yang akan saya bicarakan," Mulai Mr. Waters. "Mr. Bieber, saya lihat dari awal masuk nilai matematika mu selalu D, berbeda dengan Ms. Winter yang matematika nya selalu mendapat A+."

Gue tersenyum licik ke arah Justin. "Ya, Mungkin itu karena dia anak yang culun dan gue anak yang gaul," celetuk nya.

"Diam dulu Mr. Bieber, itu bukan tujuan saya bicara dengan kalian sekarang," Jelas nya. "Saya ingin bicara dengan kalian karena saya ingin Ms. Winter bisa men-tutor Mr. Bieber."

Tiba-tiba gue ngerasa kayak keselek sama udara. Gue? nge tutor Justin? Males banget.

"Ms. Winter harus bersedia men-tutor Mr. Bieber 3x seminggu. Jika tidak, nilai mu akan menjadi taruhan nya, Ms. Winter. Kalian bersedia kan?"

Ett, enak aja cuma gara-gara gue ngga nge tutor si Justin nilai gue jadi taruhan nya. Ih kalo kayak gini gue ngga bisa nolak dong. "Siap Mr. Waters," Jawab gue.

---------------------------------------------------------------------------

Gue berjalan menuju cafeteria. Jam istirahat gue jadi kepotong kan gara-gara si Justin. Makin benci gue sama orang yang namanya Justin Bieber.

Tiba-tiba tangan gue ditarik dengan kasar. "Eh, lo mau nge tutor gue kapan?"

Gue natap orang yang narik gue tadi, siapa lagi kalo bukan Justin Bieber. "Tau deh, Yang jelas ngga bisa hari ini gue harus photo- nemenin mama belanja. Ya, gue harus nemenin mama belanja." Bego banget gue, hampir aja keceplosan.

"Ya gue juga ngga bisa hari ini. Besok aja deh ya?"

"Yaudah."

Gue berjalan meninggalkan Justin dan mencari Ammy. Seperti biasa, dia duduk dengan Livia.

"Hey," Sapa ku.

"Kok lo lama banget? Abis ngapain aja sih?" Tanya Ammy.

"Lo gabakal percaya apa yang barusan gue alamin."

"Apaan?" Gue melihat kemeja di depan Ammy sudah terdapat sebuah Macaroni N Cheese, ternyata Ammy sudah membeli makan duluan. Lalu gue melihat Livia yang duduk di seberang Ammy dengan muka penasaran. Wah, gue ngga bisa cerita sekarang. Kalo gue cerita sekarang yang ada berita ini langsung nyebar ke satu sekolah.

"Eh tumben lo udah pesen makan duluan," Gue tersenyum grogi karena sedang mengalihkan pembicaraan.

Ammy menatap ku dengan tatapan aneh dan kembali memakan Mac N Cheese nya. "Lo ngga makan?"

"Lagi ngga mood," Gue menjawab.

-----

Aku berjalan menuju ruang Photoshoot. Aku sudah menjelaskan apa yang tadi terjadi dengan Justin kepada Ammy.

"Barbara, Akhirnya kamu datang juga," Kata Samantha saat aku memasuki ruang photoshoot. Aku melihat seorang laki-laki yang berdiri di pojok ruangan. Siapa itu?

"Barbara, Ini adalah partner photoshoot mu hari ini. Namanya Justin," Kata Sam seakan ia menjawab pertanyaan ku. Eh tunggu deh? Tadi siapa nama laki-laki itu? Jangan bilang kalau dia adalah Justin b-

"Hai, Cantik. Kenalkan, Namaku Justin Bieber"

-----------------

Hai, Gue ngaret banget ya? sorry Hahahha

Jangan lupa vote+comment ❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Undercover Model // JBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang