01 ; permulaan

110 11 0
                                    

Menatap diam ke arah luar kafe Hwang Sinbi mengamati jalanan yang di lalui banyaknya kendaraan, masih meredam kekesalannya setelah tiga puluh lima menit yang lalu. Mengingat kejadian ayahnya merampas uang miliknya hanya untuk membeli minuman favoritnya, soju dengan jumlah yang tidak sedikit. Sinbi harus kembali mati-matian mencari uang untuk biaya sang adik menyelesaikan ujian semester akhirnya, padahal waktunya hanya tersisa satu minggu lagi dan dirinya tidak tahu apakah dengan waktu yang terisa sempat untuk mengumpulkan kembali uangnya dengan jumlah yang tidak sedikit.

Menghela nafasnya sinbi menunduk memejamkan matanya "tolong bantu aku kali ini" gumamnya, ini adalah pertama kalinya dirinya memohon entah kepada siapa karena pada awalnya dirinya memang tidak mempercayai adanya tuhan atau dewa dan semacamnya. Dirinya hanya memohon dan terserah siapa yang akan mengabulkan untuknya yang pasti saat ini dirinya memohon dengan sepenuh hati.

Aksi memohonnya sudah dirinya selesaikan namun dirinya masih mempertahankan posisi menunduknya "apa yang kau lakukan" suara seseorang membuatnya mendongakan kepalanya untuk menatap siapa yang berbicara.

Tersenyum karena mengenal orangnya Kim Sowon, sahabatnya semenjak tahun pertama mereka di sekolah menengah atas. Bahkan sampai sekarang mereka sudah lulus dan memiliki pekerjaan masing-masing. "Lalu kau? Mengapa kau ada di sini" tanya sinbi balik mengabaikan pertanyaan sowon.

Sowon ikut bergabung duduk di depan sinbi "aku melihatmu di sini jadi ku datangi" jawabnya. Sinbi mengangguk lambat lalu menatap sowon yang baru saja memesan sesuatu yang bisa di minum, ah benar juga dirinya sudah lebih dari tiga puluh menit duduk di cafe itu tapi tidak memesan apapun yang bisa di nikmati. "Bagaimana pekerjaanmu" tanya sinbi.

"Itu baik seperti biasa" jawab sowon apa adanya, sinbi menatap dalam sowon apakah dirinya bisa bekerja sama seperti pekerjaan sowon lagi pula sowon terlihat baik-baik saja dan penghasilannya juga lumayan besar dan sangat memuaskan untuk membiayai kehidupannya. "Apakah aku bisa bekerja sama sepertimu" tanya sinbi membuat sowon menatapnya terkejut.

"Tidak bisa! Kau tidak bisa bekerja sama sepertiku, bukankah kau masih bekerja di toko" sowon menjawab dan bertanya dengan sedikit berteriak. "Aku sudah di pecat" jawab sinbi malas.

"Sinbi-ah! Bagaimana bisa kau kehilangan pekerjaan lagi" tanya sowon, yah benar inilah masalah sinbi yang kesulitan mencari uang. Dirinya selalu tidak bisa bertahan lama dalam suatu pekerjaan entah itu dirinya yang tidak cocok atau memang tempat itu yang memang sedikit menjengkelkan seperti tempatnya bekerja sebelumnya.

"Mereka yang memecatku bukan aku yang mau di pecat" jawab sinbi kesal, selalu saja dirinya yang di salahkan oleh sahabatnya ini ketika dirinya kehilangan pekerjaan.

"Jadi bawa aku ketempatmu bekerja, aku akan bekerja di sana bersamamu" wajah sowon berubah marah, bagaimana sinbi memiliki pemikiran seperti itu. Tempat bekerja sowon bukanlah tempat yang baik, menjadi seorang pelacur juga jalang yang melayani lelaki penuh nafsu. Sowon tidak mempermasalahkan dirinya yang bekerja di tempat itu tapi sinbi, dirinya tidak bisa membiarkan sahabatnya itu merasakan apa yang dirinya rasakan selama ini.

"Tidak bisa! Aku bisa mencari pekerjaan untukmu, kau tunggu saja dan jangan berpikiran untuk melakukan pekerjaan yang sama denganku" peringat sowon, sinbi mendengus kesal dirinya tau pekerjaan sowon itu bukanlah hal yang baik tapi itu cukup baik untuk menghidupi beberapa orang seperti keluarga yang memiliki masalah ekonomi yang kritis seperti dirinya.

"Aku berpikir itu tidak terlalu buruk" dengusnya sinbi kesal namun sowon mengabaikannya. "Di mana yerin" tanya sowon beralih.

Magic of the black bookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang