𝙈𝙚𝙣𝙜𝙚𝙣𝙖𝙡 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙨𝙞𝙖𝙥 𝙥𝙖𝙩𝙖𝙝 𝙙𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙧𝙡𝙪𝙠𝙖 ************************************************
Kamu, iya kamu, kamu adalah kenangan yang selalu aku jadikan topik dari percakapanku dengan temanku. Berawal dari mula bagaimana kamu hadir, bagaimana kamu mulai menggodaku sampai lengkung manis bibirmu kali pertama kamu dan aku menjadi "KITA", hingga detik terakhir dari kata "KITA".
Aku mulai berimajinasi dengan kata "LUKA" setelah aku mengenal cinta.
Untukmu, yang datang membawa kenyamanan dan pergi meninggalkan luka. Tanpa jeda, tanpa kode, Kamu! Yang pergimu tidak pernah diinginkan, yang senyummu masih kerap diingatan. Yang suaramu masih hangat pada tiap malam. Yang masih begitu dekat namun sekat untuk kembali menyapa terlampau tinggi.
Apa kabarmu di sana? sudahkan menemukan seseorang yang telah kamu ikat seluruhnya, yang tanpa pernah mengeluh pada setiap besarnya ego yang kamu tuangkan?
Aku berusaha ikhlas dengan keputusan terakhirmu, yang memilih pergi untuk meninggalkanku, mengakhiri pertemuan yang seharusnya tak terjadi. Aku berpikir, itu adalah pilihan yang terbaik bagimu, segera sudahi lukaku, lukaku karna terlalu mengharap keberadaanmu,yah cinta manusia. Setelah nyamanku begitu rekat, kau terbangkan hingga kau lenyapkan.
Aku sudah berusaha membiasakan semuanya seperti dulu, awal mula "KITA" hanya dua orang asing.
Aku pun berusaha kuat untuk merasa biasa saja, membiasakan namamu yang begitu, begitu, ughh sungguh sulit untukku tuliskan. Tapi jantungku begitu berdecak, perasaan tak karuan ketika mendengar namamu.
Kamu, PATAHKU.
Kamu! Yang mampu membuatku tertarik dengan bucin (budak cinta) duniawi. Memperjuangkanmu, setelah aku diperjuangkan dulu, hanya sebentar.
Kali ini aku benar-benar merasa hal aneh menyerangku,
Aku ragu, Aku akan menyebutnya ini apa? Namun yang aku takutkan selama ini, kini datang menghampiri hati
Mengetuk pintu luka. Rasa ini, begitu menyengat dan membuatku tersesat menuju patah.
Aku tak bisa membayangkan. Bagaimana bisa aku menjalani itu semua di keesokan harinya? Menjalani kehidupan yang sebelumnya begitu hangat akan hadirmu, kini hanya jejakmu. Lebih parahnya, rasa itu sudah memasuki tahap untuk menghadirkan rindu didalamnya.
"RINDU?" hahahaha.
Yang tak akan pernah mengerti
Yang tak mengenal waktu
Rindu datang dengan sendirinya
Bahkan disaat aku sudah tak kuat untuk merasakannya
Air mataku yang harus berbicara dan menjelaskan
Betapa sakitnya aku bertahan dengan rasa yang masih sungguh, berharap dengan "HALU". Aku larut dalam halu. Sungguh menyakitkan.
Penyesalannku. Hadirmu seiring penyesalanku, Air mataku kini menjadi air mata penyesalan. Hati ku kini menjadi mati rasa. Berdosakah aku? Mencintaimu begitu hebat nya? Sejauh ini, sedalam ini, sesakit ini?
Bagaimana dengan kamu? Dapatkah kamu menyadarinya? Dapatkah kamu merasakannya? Dapatkah kamu melihatnya? Kamu beruntung. Hatiku seperti tak ikhlas jika harus mencintai orang lain selain dirimu. Sudah, terlalu sakit mencintai satu orang, kadang aku berfikir untuk mencintai orang banyak, wkwkwk. Tapi aku tak sanggup, menyakiti yang tak seharusnya disakiti. Seegois itu aku mencintaimu.
Sampai waktu menyadarkanku, perasaanku yang tengah jera hingga kebal dengan kehilangan.
Aku tak lagi menuntut.
Aku tak lagi memaksa.
Aku tak lagi marah.
Sepasrah itu aku hari ini.
Biarkan, biarkan ini terjadi padaku. Ini adalah hukumanku berkat mencintai seseorang dengan cara yang salah dimataNya dan ini takdirku, akupun percaya akan hal itu.
Penyesalanku ini, semoga tak membuat diriku begitu terlambat, untuk menyudahi lukaku menyudahi hariku dengan orang yang tidak tepat, untuk kembali dan memohon ampun serta meminta kekuatan untuk mengikhlaskan rasa. Rasa yang aku hanya penikmat bukan pengatur, hanya penikmat pada siapa hati ini jatuh.
Aku selalu mencoba mencari sisa-sisa ketenangan dari hatiku, mencoba merangkak keluar dari lubang yang kamu gali. Namun belum juga aku mendapatkan ketenangan, belum juga aku sampai menyentuh cahaya.
Kamu yang sudah menendangku kembali kedasar curang "LUKA".
Hanya saja aku masih mengusahakannya, berusaha untuk menyelematkan perasaanku sendiri setelah remuk redam dihantam perasaan.
Entah sudah berapa lama aku menjadi seseorang yang kadang sangat-sangat menyedihkan.
Entah sudah berapa lama aku menjadi keras seperti batu karena terlalu berhati-hati.
Dan entah sudah berapa lama aku menjadi seringan kapas yang terbang jika disapa angin.
Tapi, aku tidak pernah berfikir untuk berhenti karena menyerah,
Berputus asa karena pernah terluka,
Marah-marah karena pernah patah,
Melukai orang lain karena pernah dilukai seseorang,
Aku sadar, bukan begitu cara mainnya.
Lega rasanya saat aku masih bisa kuat, Aku sangat lega, hatiku yang sedemikian seringnya patah. Sedemikian sering salah tempat. Oleh karena aku selalu menjadi pihak yang sering di tinggal pergi. Aku hebat:) aku yang menelan semua ini sendiri tanpa ada yg mampu merasakan rintihan keluh patahku.
Hingga, Untuk bisa sembuh dari patah itu aku mulai mencoba sedemikian rupa mencari sisa-sisa ketenangan lewat tulisan ini. Kamu, kamu motivasiku untuk menulis ini semua dan terspesial kamu adalah tokoh utama dari ceritaku yang baru kali ini aku berani untuk mempublishkannya.Aku benar-benar merasa legah:)
𝗧𝗵𝗮𝗻𝗸𝘆𝗼𝘂 𝗳𝗼𝗿 𝗿𝗲𝗮𝗱𝗶𝗻𝗴🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Patahku
Short StoryHingga, Untuk bisa sembuh dari patah itu aku mulai mencoba sedemikian rupa mencari sisa-sisa ketenangan lewat tulisan ini. Kamu, kamu motivasiku untuk menulis ini semua dan terspesial kamu adalah tokoh utama dari ceritaku yang baru kali ini aku bera...