15. Not Fine

7.8K 980 34
                                    

Arin masih gamau nemuin Doyoung sama sekali, udah berapa kali Doyoung coba buat jemput dia di apartement Yeri tapi tetep ditolak.

Hampir tiap hari Doyoung dateng ke apartement Yeri cuma buat ngeliat keadaan Arin, tapi tetep aja Doyoung gabisa nemuin Arin secara langsung.

"Gue harus gimana lagi, udah berapa kali gue bujuk tetep aja dia gamau" Doyoung kemudian mengehela napasnya kasar.

Jaehyun menatap wajah sahabatnya itu yang terlihat gusar, kemudian tangannya tergerak untuk menepuk pundak sahabatnya itu.

"Gue kemarin udah coba buat ngomong sama dia, tapi tetep Doy dia nolak mentah mentah" Kata Jaehyun.

Doyoung pun menundukan kepalanya, tangannya terkepal di atas meja. Pikirannya benar-benar kacau, Doyoung merasa bodoh atas kejadian kemarin.

Doyoung kemudian merogoh kunci mobilnya, sebelum beranjak Doyoung berpamitan terlebih dahulu pada Jaehyun.

"Gue cabut duluan Jae, gue mau ke apartement Yeri lagi" Kata Doyoung, Jaehyun pun tersenyum tipis dibarengi dengan anggukan.

"Goodluck Doy"






Di tempat lain Arin sekarang mencoba untuk masuk ke dalam rumahnya sendiri, Arin berencana untuk memgambil beberapa bajunya kemudian kembali lagi ke apartement Yeri.

Arin yakin jam segini Doyoung pasti lagi ga dirumah, dan bener aja waktu Arin buka kunci rumahnya dalam keadaan kosong dan sepi.

Arin pun perlahan mengendap menuju kamarnya dan kemudian mengambil beberapa baju yang ia masukan ke dalam tas. Ketika sudah dirasa cukup Arin pun langsung bergegas untuk keluar dari rumah.

Sekarang Arin terasa seperti maling yang sedang mengendap-ngendap dirumah orang, padahal ini rumahnya sendiri.

Langkah Arin pun terhenti ketika mendengar suara mobil yang masuk ke dalam rumahnya, Arin panik mengetahui Doyoung sudah pulang.Dengan mengambil napas panjang Arin pun langsung berlari keluar dari rumahnya, bertepatan Doyoung yang keluar dari mobilnya.

"Arin?"

Tanpa memperdulikan Doyoung yang saat ini terkejut melihat keberadaannya dirumah,Arin memilih untuk tetap berlari secepat mungkin.

Dengan kecepatan yang melebihi Arin, Doyoung mampu berlari kemudian menutup pagar rumah mereka dan berdiri menghalangi jalan sehingga Arin tidak bisa keluar.

"Minggir" Kata Arin dengan ekspresi datar, Doyoung menatap Arin dengan tatapan memohon. Arin menatap sekilas wajah Doyoung yang masih ada lebam di wajahnya.

"Rin please dengerin aku sebentar" Ucap Doyoung lirih, tangannya kini terulur untuk meraih tangan Arin namun Arin menepisnya.

"Aku harus dengerin apa lagi? Semua ucapan kamu di mobil waktu itu udah jelas" Kata Arin nafasnya sekarang terasa berat.

"Ga gitu Rin..."Pwrkataan Doyoung terhenti, ia tidak bisa menjelaskan lebih jauh. Mulutnya tiba-tiba terasa kelu.

"Gabisa jelasin kan?" Kata Arin dengan nada sarkas.

"Aku minta maaf Rin bener-bener minta maaf, aku bener-bener diluar kendali, dan soal yang kemarin maaf aku udah kasar sama kamu" Kata Doyoung, namun Arin hanya tersenyum tipis.

"Please biarin aku pergi dulu sekarang, dan gausah nyari aku lagi aku gamau liat kamu"

Kata-kata Arin seolah menjadi ultimatum buat Doyoung, Arin sama sekali ga ngebales perkataan maaf Doyoung. Arin keliatan udah muak.

Dengan terpaksa Doyoung menggeserkan posisinya dari depan pagar, memerikan jalan untuk Arin. Dan tanpa sepatah kata pun Arin meninggalkan Doyoung yang masih diam terpaku setelah mendengar ucapan terakhir Arin.



🌻🌻🌻

Walaupun Arin nyuruh Doyoung buat ga nyariin dia lagi, tapi Doyoung ga nywrah gitu aja. Dia selalu nanyain keberadaan Arin ke Yeri. Karna mau gimana pun Yeri juga pengen hubungan rumah tangga sahabatnya ini kembali seperti semula.

Tiap hari yang Doyoung pikirin cuma Arin gaada yang lain, sampe sampe Doyoung udah gainget makan sama sekali.

Sampai Akhirnya kondisi badan Doyoung yang udah drop tapi dia tetep maksain buat jemput Arin padahal hari ini lagi turun hujan. Karna posisi apartement yang parkirannya yang cuma bisa dipakai oleh penghuni maka Doyoung markirin mobilnya di luar.

Dengan tubuhnya yang basah kuyup akibat menembus hujan,Doyoung jalan terhuyung-huyung menuju apartement Yeri.Wajahnya terlihat tirus dan pucat.

Setelah sampai Doyoung langsung menekan tombol bel dari apartement Yeri dan tidak ada yang membukanya. Doyoung terus mencobanya berulang kali, tapi tidak ada respon.

Ia pun mengeluarkan hp nya dan mencoba untuk menelfon Arin, namun panggilannya malah ditolak. Kemudia Doyoung mencoba untuk menggedor pintu apartement Yeri.

"Rin please buka, aku bener-bener minta maaf"

"Aku tau sulit buat kamu maafin aku, tapi kali ini kasih kesempatan kedua buat aku"

Di dalam sana Arin memohon pada Yeri buat ga ngebukain pintunya. Ada perasaan lulur di hati Arin tapi ia mengingat lagi kejadian tempo hari yang kembali menumbuhkan rasa sakit dalam hatinya.

Doyoung pun udah keliatan lelah, ditambah Doyoung bener bener  belum makan apapun hari ini. Energi Doyoung terkuras habis, dan Doyoung butuh mencharge energinya itu, tapi cuma Arin satu satunya sumber energi Doyoung saat ini.

Akhirnya Doyoung milih buat nyerah, tubuhnya udah ga kuat buat berdiri disini lebih lama. Doyoung pun perlahan meninggalkan apartement Yeri.

Selama di jalan pulang, Doyoung masih berusaha buat fokus nyetir walaupun kepalanya sangat amat pusing dan auhu tubuhnya pun tinggi. Beruntung Doyoung masih bisa selamat sampai rumah.

Doyoung pun melangkah menuju rumahnya dengan guntai, sakit yang dirasakan oleh Doyoung berkali-kali lipat. Fisiknya juga hatinya.

Dengan perlahan Doyoung membuka pintu rumahnya yang gelap dan juga sepi,Doyoung berjalan menuju dapur untuk sekedar ngambil minum.



Tapi belum sempat Doyoung memgambil minum, badannya ambruk dan kehilangan kesadarannya.

Beruntung setelahnya suara ketukan pintu terdengar dari rumah Doyoung. Kemudian pintu rumah akhirnya terbuka.

"Lah ka ga di kunci?"

Yara kemudian meletakan sepatunya di lemari dan masuk ke dalam rumah.

"Ka ko aku telfon ga di angkat sih?" Tapi gaada jawaban dari sang Kaka.Yara pun berjalan menuju ruang tengah dan terkejut melihat sang Kaka yang tergelatak tak sadarkam diri dilantai.

"Ka Doy!"

Yara pun segera menghampiri Doyoung yang sudah terkukai lemas, tangannya dingin namun pada saat Yara  memegang jidatnya terasa panas.

"Rin! Arin!" Yara mencoba memanggil Arin, namun Yara menyadari sepertinya Arin sedang tidak berada dirumah.

Yara pun memutuskan untuk langaung menelfon Arin detik itu juga dan langsung di angkat.

"Halo? Rin? lo lagi ga dirumah?" Tanya Yara panik.

Arin pun kikuk ngedenger peertanyaan dari Yara. "I-yaa gue lagi bareng temen"

"Rin lo harus pulang sekarang, Gue nemuin Ka Doy pingsan di tengah rumah" Kata Yara yang udah kedengeran mau nangis.

Diujung sana Arin terduduk lemas sambil menutup mulutnya menggunakan tangan dan isakan tangis pun terdengar dari mulut Arin.

Husband | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang