Prolog

32 2 2
                                    

🍂🍂🍂

Angin dingin malam menyelimuti seorang gadis yang sedang menatap kosong ke depan . Sorotan matanya memancarkan kehampaan, kesedihan dan rasa sakit.

Sesak yang ia rasakan di dadanya, begitu sakit bagaikan sebuah pisau yang tertancap di dadanya. Begitu pahit yang ia rasakan di hidupnya, rasa sakit terus menggerogoti dirinya.

Hanya ada warna putih dan hitam dalam hidupnya, cahaya pun tak ada yang mau menerangi dirinya. Kegelapan yang ia rasakan di dalam hidupnya.

Mata coklat yang ia miliki, terlihat berusaha membendung air mata yang siap terjun membasahi pipinya. Dia memeluk dirinya dari kegelapan. Cukup sudah pertahanan yang ia coba, namun sayangnya pertahanan itu runtuh dengan basahnya pipi oleh air mata yang tanpa henti mengalir.

Mencoba menahan suara isakkannya dengan menggigit bagian bawah bibir. Sakit dan pilu yang ia rasakan, dada yang sesak terus terasa, air matanya pun masih setia membasahi pipinya.

Hujan yang turun tiba-tiba pun seakan tahu apa yang sedang gadis itu rasakan. Suara gemercik air yang terdengar menyembunyikan suara isakkan tangisnya yang belum berhenti.

Bibir mungilnya yang bergetar menahan isakkan tangisnya terlihat berusaha mengucapkan sesuatu. Walaupun terasa begitu berat.

"Ma, pa. Aish pengen di sayang sama kalian, " lirih gadis tersebut yang di ketahui bernama Aish alias aisyah dengan setengah isakkan tangisnya.

Aisyah pun tersenyum kecut ketika ia mengingat memori masa lalu yang begitu indah bagi Aisyah walaupun hanya menjadi sebuah kenangan.

*****

"Mama, papa. Lihat baguskan hasil buatan Aish. " Terlihat Aisyah kecil yang berlari menuju kedua orang tuanya, dengan semangat.

"Wahh, hebat anak Mama. Cantik sekali,"puji sang Mama kepada putrinya Aisyah.

"Itu, gambar apa sih? " Tanya sang ayah, yang pura-pura tidak paham.

"Ish, papa. Ini itu gambar papa, mama sama aku, " jelas Aisyah kepada sang papa dengan semangat.

"Ouh, kirain apa. Kok papa tinggi banget ya, terus kok kurus gitu. " Tunjuk sang papa kepada gambar Aisyah.

"Ihh, papa mah. jahat,"kesal Aisyah sambil mengerucutkan bibir mungilnya.

"Ish, papa. Jangan di dengerin sayang, gambar kamu tuh bagus banget. Papa aja yang gak ngerti," jelas sang mama yang membuat Aisyah menjadi senang dengan menujukan senyum lebar yang ia miliki.

"Makasih mama. aku sayang mama," Aisyah yang mengecup singkat pipi kiri sang mama.

"Sama papa, nggak sayang nih, "ucap sang papa dengan raut wajah yang seakan-akan sedih.

"Enggak,"ucap Aisyah yang memeletkan lidahnya, dan segera berlari.

"Awas ya kamu. " Sang papa yang langsung mengejar Aisyah.

*****

Bahagianya saat Aisyah masih kecil. Cinta dan kasih sayang selalu membanjiri dalam hidupnya. Dimanja, di peluk dan di perhatikan selalu menyertai Aisyah dari ayah dan ibunya.

Namun, itu dulu. Beda halnya dengan sekarang yang dirasakan oleh Aisyah. Terlebih lagi setelah lahir adik kecil dalam keluarga ini, membuat semakin jauh saja dari cinta dan kasih sayang yang selalu di berikan oleh Mama dan papa nya.

Tapi, Aisyah selalu ingat pesan dari guru ngajinya. "Allah dapat mengubah kejadian yang menyedihkan menjadi moment terindah".

🍂🍂🍂

Hay aku balik lagi bawa cerita baru. Soalnya yang dulu aku mau ubah, karena alur yang gak mantep dan tulisan yang acak-acakan. Jadi, aku unpublish.

#semoga suka dengan cerita ini, dan semoga kalian dapat mengambil hikmahnya.

#kritik dan sarannya jangan lupa, biar aku bisa jadi yang lebih baik lagi.

See you from author --proses belajar 😊😊

Jum'at, 5 juni 2020

Air Mata AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang