First

26 10 1
                                    

Nana sedang berjalan melewati lorong menuju kelasnya. Sebelumnya di mengambil buku yang berada di loker, ia mengambil bukunya yang sengaja di tinggal di situ.

"Nana!" Panggil Ana, sahabat perempuannya sejak kelas satu SMP.

Nana membolehkan wajahnya ke arah Ana yang memanggilnya. Sambil berhenti berjalan, lalu menatap Ana sambil menyipitkan matanya.

"Ishh, jangan nyipit deh, nampaknya kayak orang Jepang!" ucap Ana saat sudah dekat dengan Nana.

"Terserah, gue juga orang Jepang, jadi nggak salah!" protes Nana lalu melanjutkan berjalan ke kelasnya.

"Lo ma gitu Na!" ucap Ana lalu mengikuti Nana yang sudah berjalan lebih dulu.

"Oh ya, lo tahu nggak kalau kita hari ini kelas gratis dari jam pertama sampai jam terakhir!" ucap Ana tell Nana.

"Ohh, eh APA lo Bilang, gratis clas s?" tanya Nana sedikit tak percaya.

"Tuh kan, pasti lo nggak bukak chat di grub kelas!" ucap Ana sambil menoyor dahi Nana.

"Lo tuh sembarangan ya, mentang-mentang lebih tua dua tahun dari gue!" ucap Nana tak suka.

"Iya-iya, Maaf!" ucap Ana, "eh btw, lo mau lanjut di mana?" tanya Ana, saat mereka sudah sampai di dalam kelas.

"Lanjut apaan?" tanya Nana bingung, sambil mengedarkan pandangannya ke sudut kelas.

Saat dia sudah menemukan pria berbadan tegap dan wajah tampannya, "Nana!" panggilnya melambaikan tangan kanannya ke Nana yang sudah berjalan mendekat.

"Yahh, gantian gue dong yang duduk sama Nana!" protes Ana saat Nana sudah duduk di kursi samping Dika.

"Suruh siapa lambat ngajak Nana, makanya nanya sama Nana itu kalau udah duduk!" ingat Dika sambil tersenyum mengejek Ana.

"Lo sombong amat sih!" ucap Ana kesal.

"Eh, Lo jadi ya kuliah di Mesir?" tanya Nana pada Ana yang sudah duduk di bangku.

"Jadi, sama Abang gue juga!" jawab Ana sedikit senang, rasa kesalnya sudah berkurang karena Nana sudah mengganti topik yang lain.

"Ohhh, lo mau kuliah di Al-Azhar beneran?" tanya Dika tak percaya.

"Bener lah, sejak kapan gue bohong!" ucap Ana lalu mencebikkan bibirnya kesal.

"Sejak gue tahu kalau lo bohong!" ucap Dika lalu tergelak, Nana yang melihatnya hanya tersenyum tipis.

"Seneng banget ya lo ngejek gue, awas aja lo kalau gue pergi nanti lo semena-mena sama Nana!" ancam Ana.

"Nggak lah, kan gue ngejaga calon istri seseorang dan pastinya itu gue!" ucap Dika dengan Percaya dirinya.

" Iso wae ko e!" ucap Ana dengan bahasa Jawa, Nana dan Dika sudah tak bingung dengan kata itu, karena sudah biasa mendengar dari mulut Ana.

"Kenapa sih gue tadi berangkat!" kesal Nana sambil menaruh menaruh di atas meja dengan tangan yang di jadikan kayu bantalan.

"Suruh siapa nggak baca pesan masuk!" jawab Ana.

"Lo semua nyebelin, kenapa nggak japri aja!" kesal Nana sambil memukul bahu Dika dengan kesal.

"Sama aja kalau di japri, pasti lo cuma baca aplikasi orange lo!" ucap Dika.

"Biar, penting bahagia!" ucap Nana dengan kesal.

"Lah trus kenapa lo kesel masuk sekolah kalau masih bisa baca tuh aplikasi?" tanya Ana.

"Enaknya rebahan An!"

AnDikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang