Chapter 5

1K 137 11
                                    

Apology accepted. Trust denied.

oOo

Iqbaal kembali ke kelasnya setelah jam kedua berbunyi, ia tidak peduli gurunya itu akan marah atau tidak. Tapi yang jelas, ia tidak bisa menemukan gadisnya. Ia masuk ke kelasnya dan tidak menemukan guru yang harusnya mengajar itu. Ia melangkahkan kakinya ke arah di mana ia duduk.

Kiki yang melihat Iqbaal langsung bertanya. "Kenapa lo?"

Aldi dan Bastian yang berada di depan mereka pun menolehkan kepalanya. 

"(Namakamu) lagi pasti," ujar Bastian.

Iqbaal hanya diam seraya memainkan ponselnya. Ia hanya ingin bertemu dengan gadisnya. Tidak bisakah orang lain mengerti?

Iqbaal: Sal, (Namakamu) ketemu ga?

Lalu ia beralih ke kontak yang lain.

Iqbaal: Steff, (Namakamu) ketemu ga?

Dan membuka kontak yang satu lagi.

Iqbaal: Cass, (Namakamu) ketemu ga?

Ia mendengus sebal ketika tidak satupun dari mereka yang membalas pesannya.

"Yaudah sih, Baal. Cewek masih banyak. Lo bisa nyari lagi, contohnya Zidny. Lo balikan aja sama dia. Cocok kok. Daripada sama (Namakamu), tiap hari makan hati mulu," celetuk Bastian dengan tenang yang sebenarnya itu adalah sebuah sarkasme. Lalu laki-laki itu langsung mendapat pukulan di punggung dan kepalanya dari Aldi dan juga Kiki. "(Namakamu)nya maksud gue." gumamnya Bastian pelan.

"Tolol ya lo? Kalo kayak gitu harusnya lo ngomong sama (Namakamu)! Cowok bukan cuma Iqbaal doang! Masih banyak, dia bisa nyari yang lebih baik dari Iqbaal yang kerjaannya ngegalauin mantan mulu. Gue juga kalo jadi (Namakamu) udah gue tinggalin dia dari kapan tau. Gue bingung aja anjing dia ngapain tahan dua tahun cuma dijadiin listener Iqbaal ngegalauin Zidny?" ujar Aldi kesal. Ia benar-benar kesal dengan sahabatnya ini. Ia tidak akan membela sahabatnya jika dia memang salah.

"Gue sarkas goblok, jangan keikutan bego kayak Iqbaal kenapa sih?" jawab Bastian sewot.

"Lo tuh ngapain sih?" ujar Kiki entah kepada siapa. "Lo ngapain minta maaf berkali-kali tapi akhirnya lo ngelakuin itu lagi?" lanjutnya.

"Gue nggak minta Zidny buat nyuapin gue, dia tiba-tiba dateng ngambil tempat makan (Namakamu) terus langsung nyuapin gue," jelas Iqbaal.

"Terus lo diem aja?" ketus Bastian.

Iqbaal diam sebentar. "Ya mau gimana lagi? Mau nepis juga nggak enak."

"Bukan nggak enak, emang lo lagi keenakan disuapin sama mantan lo, tolol, makanya lo nggak nolak! Bego dipelihara, Baal. Heran gue," jawab Kiki langsung.

"Kalo hidup di zaman Soeharto, terus ada rakyat goblok kayak elo, langsung diciduk anjing." Bastian menatap Iqbaal dengan tatapan sinis.

"Kalo lo nggak bisa jagain dia, let her go. Jangan terus-terusan nahan dia, tapi lo nyakitin dia pake sikap lo yang kayak tai gini," papar Aldi dengan frontal. "Kalo lo nggak bisa jagain dia, banyak orang yang masih mau jagain dia Baal, termasuk gue."

Iqbaal langsung melayangkan bogeman kepada Aldi. Ia tidak terima jika Aldi berkata seolah-olah (Namakamu) akan menjadi milik Aldi.

"Apaan sih anjing?! Lo ngapain pake mukul-mukul gitu?" ucap Kiki sembari menahan Iqbaal dengan kedua tangannya. Sementara Bastian di sana membantu Aldi yang sedamg tersungkur.

Satu kelas pun heboh ketika melihat pertengkaran itu.

Aldi mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah sedikit. "Biarin, Bang. Biarin dia mukul gue sesuka dia. Gue ngomong kayak gitu biar lo bisa open mind! Mikir! Biar lo nggak terus-terusan mikirin mantan dan nyakitin (Namakamu) gitu aja. Gue tanya sama lo, siapa sih yang nggak mau sama (Namakamu)? Hah?! Semua cowok pasti punya rasa pengen jadian sama (Namakamu). Nah elo yang dikasih itu semua malah nyakitin dia. Waras lo?"

Good Enough (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang