Chapter 19

1K 142 18
                                    

Kali ini, aku mohon jangan melarangku lagi.

oOo

Semenjak kejadian itu, (Namakamu) semakin menghindari Iqbaal. Minimal radius lima belas langkah dan ia akan putar arah menjauhi Iqbaal. Saat ini ia melangkahkan kakinya menuju toilet, ia memperhatikan sekitarnya, malas jika nantinya akan bertemu Iqbaal.

"Kenapa ngehindar?" suara itu muncul dan mengagetkannya.

(Namakamu) tersentak dan memegang dadanya. "Kaget! Kenapa sih orang suka banget bikin jantungan?!"

"Aku nanya, kenapa ngehindar?" Iqbaal mendekati gadis itu yang berjalan dengan cepat untuk menghindarinya lagi.

"Siapa yang ngehindar sih?" (Namakamu) menjawab ketika tangannya ditarik ke belakang oleh Iqbaal.

"Kamulah. Masa aku?"

"Ya orang aku nggak ngehindar," elak (Namakamu). "Awas ih, mau pipis ini."

Iqbaal menarik tangan (Namakamu) ke arah toilet dan membuka pintu toiletnya membiarkan (Namakamu) masuk sendiri. Tidak mungkin kan Iqbaal ikut masuk juga? Kemudian Iqbaal menunggu gadis itu di luar.

(Namakamu) yang berada di dalam memegang dadanya. Jantungnya berdebar kencang. Ia bingung sebenarnya harus bertingkah seperti apa. Ingin rasanya ia cepat-cepat pulang ke Bali agar bisa melepas semua beban yang ia rasakan selama di sini. Ia merindukan keluarganya. Lalu gadis itu  membuka ponsel yang sedari tadi bergetar. Menampilkan nama Nadhif di notifikasi teratas.

Nadhif: Dmn?

Ketika (Namakamu) ingin membuka ruang obrolannya dengan Nadhif, pintu terketuk dari luar.

"(Namakamu)? Lama banget," ujar Iqbaal yang memang sedari tadi menunggunya.

"Astaga, kok dia nggak pergi?" lirihnya. "Bentar." (Namakamu) membalas ucapan Iqbaal.

"Cepetan! I wanna talk with you."

(Namakamu) mendesah malas. Ia segera keluar dari dalam toilet untuk menemui laki-laki itu. Gadis ini ingin urusannya cepat selesai.

"Ngomong di sini aja," titah (Namakamu) seraya menutup pintu toilet.

"Di depan toilet?"

"Yaudah di depan kelas."

"Apalagi di depan kelas! Rame cantik!" Iqbaal mendesah kesal.

"Di sini sepi kamunya nggak mau!"

"Ya masa di depan toilet?!"

"Ya ampun ini cuma luarnya doang. Toiletnya masuk ke pintu lagi! Ribet banget sih. Kalo gitu aku balik ke kelas aja deh." (Namakamu) melangkahkan kakinya seraya menghentak-hentakan di lantai.

Iqbaal menahan tangan (Namakamu). "Pulang sekolah bareng aku, nggak ada pulang duluan, kita perlu ngomong," tegas Iqbaal dan langsung meninggalkan (Namakamu).

Perempuan itu menatap punggung Iqbaal seraya menghela napas lelah. "Kapan selesainya sih?"

Kemudian ia berjalan kembali ke kelasnya. Di pertengahan lorong, ia mendapati laki-laki yang memang akhir-akhir ini dekat dengannya. Ia tersenyum ketika laki-laki itu melambaikan tangannya.

"Abis dari mana?" ucap Nadhif seraya berjalan mendekat.

"Toilet, lo ngapain di luar?" tanya (Namakamu) seraya melihat ke arah kelas Nadhif yang semua muridnya berada di luar kelas.

"Free class," ujar Nadhif lalu menoleh ke belakang saat dirasa ada yang mencoleknya.

"Ayo anjing katanya mau ke kantin," ujar Fauzan yang kerap disapa ojan. "Hai (Namakamu)."

Good Enough (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang