01

6 1 0
                                    

"Tugas kamu meringkas bab 3 dan 5 menjadi 4 halaman. Kerjakan di perpustakaan, ini tugas untuk tambahan nilai kamu karna kamu sering nggak masuk sekolah"

Aku mengangguk paham. Ini adalah hari pertama aku masuk setelah beberapa hari aku terbaring lemah di rumah sakit. Setelah paham dengan penjelasan yang di berikan Bu Ismi aku segera menuju perpustakaan, Bu Ismi hanya memberi ku waktu sampai setelah isturahat tiba.

Sepi, itulah saat aku tiba di perpustakaan tak heran karna ini masih jam pelajaran jadi jarang siswa yang berada di perpustakaan kecuali memang ada keperluan. Namun tak ada penjaga satupun di sini, tidak biasanya perpustakaan dibiarkan kosong seperti ini. Tak mau ambil pusing aku segera mencari tempat terbaik untuk mengerjakan tugas ku.

Sebelum menulisnya di kertas folio aku membaca-baca dan menandai mana yang penting dan harus aku tuliskan di kertas. Tangan kanan ku memegang stabilo semetara yang satunya kugunakan untuk menekan buku agar tidak tertutup.  Setelah selesai satu bab aku mulai menyalinnya kedalam kertas agar ada sedikit hasil dari usaha ku.

Baru setangah halaman aku menulis kegiatan ku terganggu oleh suara gaduh yang membuat ku merinding. Pasalnya perpustakaan ini sepi sekali, walaupun jam istirahat tiba tetap saja jarang siswa yang mau berkunjung ke sini. Bukan apa-apa tapi ada rumur yang bilang bahwa peepustakaan ini angker karna pernah ada melihat sesosok di antara sela-sela rak buku. Aku bukannya tak percaya hanya saja mungkin itu cerita iseng salah satu siswa.

Tapi lain halnya jika aku yang berada sendiri didalam perpustakaan aku juga pasti akan ketakutan dan bepikir macam-macam saat mendengar suara gaduh dari sela-sela rak buku. Aku tau aku ini penakut orangnya tapi kadang bego juga, udah tau penakut tetap aja berjalan mencari sumber suara gaduh itu.

"Aaaaaa......"

🦋🦋🦋

"J.... temenin kekantin yuk" aku yang sedang asik dengan ponsel ku tak menanggapi ajakan Titania.

"J, ayo temenin bentar aja please"

"Gue bawa bekal" jawab ku sambil mengakat kotak makan ku ke depan mukanya

"Gue juga bawa, tapi nggak bawa minum jadi mau beli minum ke kantin sama cemilan"

"Ya udah ayo" aku langsung berdiri dan berjalan mendahului Titania

"Dih kok ninggal sih"

Titania berlari menghampiriku lalu menggandeng sebelah tangan ku, salah lebih tepatnya bergelayut seperti anak kecil. Kami berbincang hal-hal tak penting selama perjalanan sesekali tertawa terbahak-bahak dengan cerita kami.

Wah...kantin terlihat ramai sekali sampai ada beberapa yang berdesak desakan. Itu sebabnya aku tak suka ke kantin dan memilih membawa bekal. Lihat saja mencari tempat duduk untuk makan saja harus gantian bahkan berebut, bisa-bisa belum mulai makan pun bel masuk sudah bunyi.

"Gue mau kesana. Lo cari minum aja gue nitip nutribost, lo mau nitip apa?" Tanya ku pada Titania

"Pilus 2, Tintam 2, Cheetos 1 yang gede rasa jagung bakar"

Aku hanya mengangguk sekilas lalu berjalan menuju penjuan makanan ringan. Untungnya disini tak terlalu padat seperti tempat yang lain karna tempat ini hanya menjual makanan ringan, hanya beberapa yang mengunjungi tempat ini. Mengambil beberapa pesanan Titania dan juga makanan untuk ku.

Setelah selesai aku menuju ke tempat penjual itu berjaga untuk membayar belanjaan ku.

"Ini bu berapa totalnya?" Tanya ku kepada Bu ijah sambil menunjukkan belanjaan yang ku bawa

"Sebentar ya mbak saya hitung dulu" Aku hanya mengguk. Sambil menghitung Bu Ijah juga memasukkan nya ke dalam kantong plastik.

"17.500 mbak" Bu Ijah mengulurkan kantong plastik berisi makanan yang kuberi

Aku menerimanya dan salah satu tanganku merogoh saku mengambil uang untuk membayar, belum juga uang ku keluar dari saku seseorang dari belakang meletakkan dua botol coca cola dan juga uang dua puluh ribu di depan Bu Ijah.

"Bu coca cola 2. Kembaliannya buat dia aja" aku menoleh ke belakang dan langsung berhadapan dengan Jihan. Jarak kami sangat dekat, lebih tepatnya Jihan yang berdiri terlalu dekat di belakang ku.

Sial ingatan itu mucul lagi, ingatan yang berusaha aku lupakan malah semakin terngiang di kepala. Apalagi dengan adanya sosok yang berperan dalam ingatan itu mucul di hadapan ku sekarang.

Padahal sudah 3 hari yang lalu kenapa aku belum bisa melupakan kejadian di perpustakaan itu. Saat aku melihatnya sedang berciuman panas dengan salah seorang teman sekelasku. Aku tidak peduli dengan siapa ia mau berciuman, yang jadi masalah kenapa harus di perpustakaan atau kenapa harus di lingkungan sekolah.

"J..." Titania membangunkan ku dari lamunan sesaat itu

"Ya?"

"Ya?"

Aku melirik Jihan canggung lalu sedikit bergeser memberi ruang di antara kami. Titania memutar bola mata bosan melihat tingkah kami.

"Gue manggil Jehan bukan elo" jawab Titania sinis

"Seharusnya lo mangiil nya Je bukan Ji. Bukan salah gue kalau gue jawab" Jihan mengangkat bahu acuh

"Gue manggi J bukan J I "

Selagi Titania beradu mulut dengan Jihan aku membayar lalu mengambil kantong plastik dan segera meninggalkannya yang masih bisa ku dengar perdebatan mereka.

"Serah elo mau gimana ngejanya tapi tetep aja pengucapannya Ji pakai I bukan E"

🦋🦋🦋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who Is J (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang