______________________________________________ PROLOGUE __________
_____Welcome to this story___
_______ Happy reading ❤______
______________________________________
"Goblok! Jangan nekat anjing!"
"Bangsat lo! Jauh-jauh dari gue!"
"Diem ngga lo! Atau lo mau banyak orang yang denger dan dateng kesini"
"Gue lebih rela mereka dateng kesini anjing! Lepasin gue!"
"Lo mau semua citra baik yang selama ini lo pertontonkan di depan publik diganti dengan kabar perbuatan kayak gini?!"
"Sama sekali gue ngga keberatan dengan itu!"
"Gimana kalau penggemar fanatik lo ngga terima dan ninggalin lo?!"
"Gue ngga masalah sama itu! Bahkan gue bisa hidup tanpa mereka!"
"Oh ya?! Gimana kalo sekarang merekalah yang hidup tanpa lo"
"GOBLOK!"
"HANS! STOP!"
"HANS GUE MOHON!"
"HANS JANGAN NEKAT!"
"JAUHIN TANGAN LO DARI BADAN GUE HANS!"
"HANS JANGAN SENTUH GUE!"
"ANJING!"
"BANGKE LO HANS!"
"GUE BENCI SAMA LO HANS!"
Ketika matahari telah tenggelam.
Suara jangkrik saling bersahutan mengisi sunyi malam ini. Tak ada orang sama sekali. Tempat itu begitu hening hingga kau dapat mendengar helaan nafas dan juga detak jantungmu sendiri.
Gadis itu baru saja mendapatkan kesadarannya. Mata legam miliknya yang baru saja terbuka, langsung bertemu pandang dengan langit-langit gudang yang sangat gelap dan menyeramkan.
Gadis itu menggeram pelan kala merasakan nyeri di sekujur tubuh. Nafasnya memelan, dadanya mulai terasa sesak ketika kejadian beberapa jam lalu mulai berputar dikepalanya.
Satu hal yang dibencinya sekarang adalah, keadaannya yang tak berdaya membuktikan jika benar kejadian itu menimpanya. Kesialan itu. Benar-benar dialaminya.
Dia berusaha menguatkan diri, menahan air matanya yang akan menetes. Menghalau indra penciumannya untuk menangkap bau amis darah. Menahan agar matanya terus menatap ke langit-langit gudang gelap itu.
Perlahan gadis itu memejamkan matanya. Logika dan hatinya berperang sengit didalam sana. Anggap saja logikanya dikubu Malaikat, sedangkan hatinya ada dikubu Iblis.
Dalam kegelapan dan keheningan yang menyelimutinya. Terdengar suara tawa orang tuanya, disusul oleh tawa sahabat-sahabatnya, dan terakhir tawanya pun ikut serta didalamnya.
Hanya dengan membayangkannya saja, gadis itu mulai mendapatkan kembali semangat hidupnya. Sekarang logikanya menang telak atas pertarungan batin tadi.
Hatinya tergerak ingin segera memeluk sosok ibunya yang selalu menunggunya di meja makan. Sekarang bayangan akan para sahabatnya mulai berdatangan, percakapan mereka yang membahas masa depan bersama mulai bersahutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Bye!
Teen FictionKejadian yang dialaminya memaksa raga gadis itu untuk pergi berlari dari kenyataan. Tak ada pilihan selain lari dari kenyataan kecuali dia sanggup menjadi sosok keji. Merelakan masa remajanya dan pergi menjauh dari kasih sayang kedua orang tuanyal...