Aku Dan Mami 1

27 6 1
                                    

Enjoy...

Mengayuh sepeda di atas setapak jalan tanah. Angin bertupan menyapu rambut sang pelaku pengayuh. Sepeda yang berhasil dia pinjam dari seseorang itu membawanya mengelilingi tempat pelariannya kali ini, di desa Lompuluing tepatnya di kota (kota apapun yang ada dipikiran kalian😭✌️).

Pagi hari yang cerah membiarkan kulitnya yang putih diterpa silauan sinar mentari. Sudah terhitung dua hari dia berada di sini, bukan di jalan setapak yang dia telusuri ini, tapi tepatnya dia menginap di salah satu rumah warga yang sempat dia tolong pas datang kemari. Lima puluh persen karena memang ikhlas membantu, lima puluh persen karena mau minta imbalan nginap di rumah ibu dua anak itu.

Kepala sang pengayuh mengangguk-angguk ceria mengikuti nada musik yang masuk ke telinganya lewat headset tanpa beban. Mulutnya bergulir sana-sini mengikuti lantunan entah lagu apa itu.

Ia berlalu melewati warga desa Lompuluing yang berjalan kaki menuju rumah masing-masing tanda untuk istirahat dengan santai, tidak menyapa atau tersenyum dan sebagainya. Padahal orang-orang menatap aneh ke arahnya. Bagaimana tidak, berkeliling mengayuh sepeda dengan pedenya menggunakan lejjing ketat selutut dan singlet pink cerah sedikit ketat. Hal yang sedikit tabu yang hampir tidak di lakukan di desa.

Terdapat seorang istri yang hendak memukul suaminya dengan sapu ijuk karena memergokinya melihat terang-terangan sang pelaku singlet pink terang ketat yang melintas dari depan rumahnya.

Seekor, eh seorang kakek-kakek tua bangka berdiri bengong dengan mulut sedikit terbuka menyaksikan sesuatu yang lewat. Hampir saja gigi palsunya terjatuh dari singgasananya.

Sepangkalan om-om berkumis tebal penjaga ronda, bersiul dan berebutan ingin mendekat melihat perempuan yang lewat yang tampak seksi di mata mereka. Tampak seorang anak kecil meneriaki mereka dan berkata "ingat istri di rumah, Om!"

Tak ada yang Ara permasalahan, ia terlalu tidak peduli dengan sekitar, hidupnya saja banyak problem. Tidak penting saja sih memikirkan mahluk hidup di sekitarnya.

Handphone nya bergetar, berarti ada yang menelpon. Sebenarnya dia sedikit tidak berniat mengangkat panggilan tersebut, tapi kakinya seolah berhenti sendiri mengajuh pedal sepeda dan berhenti.

"Halo, Ara gamau pulang", ucapnya kepada si pemanggil yang ternyata kakak lakn- tersayang Maminya. Menurutnya begitu.

"Sorry, gada yang nyuruh situ balik, cuma mau bilang semua baju-baju kesayangan kamu, barang-barang kamu, Mami donasikan ke panti asuhan".

"APA!"

"Watefak! Gue gak budeg, Ara."

"Kok Mami gitu sih, baju aku kok di donasiin, emang salahnya baju aku apa!"

"Mami pikir kamu udah gak bakalan balik kesini lagi, daripada bajunya ga dipake mending di sumbangin katanya."

"Heh! Kalau baju jelek-jelek aku gapapa ya di donasiin, tapi kalau semua baju-baju aku, baju kesayangan aku limited edition susah didapetin! Bilang sama Mami hari ini aku pulang mau donasiin juga semua baju gamis renda-rendanya!"

"Lah, kok jadi balik sih, Ra."

"Aargh! Terus Mami kemana?"

"Mami lagi di jalan, otw panti asuhan bagi-bagi amal. Lumayan baju-baju kamu ada 10 dos besar. Belom lagi sepatu-sepatu kamu ada 5 dos, tas kamu 5 dos juga. Yang sabar yah adek, Abang. Abang gak bisa ngapa-ngapain selain bantu dengan doa, semoga ade Abang diberi ketabahan."

"Mami!!!!! Abang Laknat Lo, ferguso. Ga peduli gue, gue datang ke panti dan ambil balik semua barang milik gue!"

Tut!

Aku Dan MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang