"Kali ini apa yang kalian perbuat?"
Frendi, Tara, Akbar, Fira, Fathan, Sila, Arga dan Selena. Sedang menatap berang keempat anaknya yang lagi-lagi berbuat ulah.
Apalagi tatapan dari ayah-ayah mereka yang terdengar begitu dingin. Binggung sekali, bagaimana bisa ibu mereka menikah dengan manusia setengah kutub itu.
"Jawab Roro!" jelas itu adalah bentakan dari Arga, yang langsung membuat Roro menunduk takut. Apalagi Selena yang berusaha menenangkan dengan mengusap lengan suaminya.
Tak berselang lama suara isakan Roro terdengar, walau kecil tapi cukup membuat Arga tersadar. Buru-buru Arga berdiri dan memeluk Roro, meminta maaf karena sudah membentak anaknya.
"Nayla coba jelasin, sayang." itu suara lembut Sila. Walau Sila memasang wajah datar, namun ia tak bisa menapikan rasa sayang terhadap anaknya.
"Cuman lempar batu kearah Fika." oke itu penjelasan yang cukup membuat kedelapan orang setengah baya itu tersentak dengan mata melotot. Cuman katanya?
"Astaga! Kenapa kamu ngelakuin itu?" mencoba tenang, walau Sila sendiri ingin sekali menjewer telinga anak semata wayangnya itu.
"Dia duluan yang nampar Nela." ucap Nayla datar. Sengaja menggunakan panggilan kesayangan agar membuat Ayah serta Mamanya luluh. Namun agaknya, tidak mempan. Sila serta Fathan masih menatap datar anaknya.
"Terus kamu bales gitu? Nela itu gak baik, sayang. Kalo kamu bales nanti dia makin keg-" ceramahan lembut Sila terpotong oleh ucapan Fathan yang bisa dikatakan mutlak.
"Udah. percuma kamu ceramah kalo mereka tetep berulah. Sekarang pilih, mau lanjut sekolah di SMA Permata? Atau di Pesantren?"
Semua diam, hening. Tak ada yang berniat menjawab pertanyaan Fathan. Keempat gadis disana seolah langsung bisu. Jelas mereka tau SMA Permata, SMA yang didirikan oleh ayah Tiara, Frendi. Yang peraturannya membuat mereka bereempat geleng-geleng. Belum lagi isinya anak rajin semua, ya gak semua sih. Namun begitu katanya.
Tapi, apa tadi kata Fathan? Pesantren? Serius? Gak. Ogah banget mereka masuk Pesantren. Yang otomatis mereka bermain sengol-sengolan.
"Lo Nay yang bilang,"
"Apansi kok gue! Lo Di,"
"Lah, ogah gue. Lo Ro,"
"Gak, gak! Lo aja sana,"
"Jadi?" suara Akbar menyentak keempat gadis berkulit mulus itu. Menatap tajam, jelas ayahnya Dian takkan melepaskan atau memasukan mereka ke Pesantren. Bisa kacau yang ada Pesantrennya.
Saling tukar pandang, akhirnya mereka mengangguk pasti sebelum menjawab kompak.
"Oke, kita mau masuk di SMA Permata!"
TBC
SIAP MENGIKUTI KISAH REMAJA DARI CERITA INI?
HARUS SIAP!
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!
KOMEN NEXT JIKA KALIAN SUKA DENGAN PROLOG INI!
☺❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl vs Ice Boy
Teen FictionREPUBLISH - VERSI, 2020. Gimana jadinya kalau Bad bersatu dengan Good? Bad Girl, Aah sudah biasa dikenal. Empat sekawan ini, selalu membuat keributan dan memiliki kegemaran merecoki Sang Ice di Sekolah mereka. Mereka juga tak kalah terkenalnya. Bahk...