BGIB - 01

1.4K 44 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Pagi ini, Seperti biasa, Tiara turun dari tangga dengan cara merosot. Yang langsung dipelototi oleh Frendi. "Tiara, udah berapa kali Papah bilang. Jangan turun merosot kayak gitu! Kalo kamu jatoh gimana?"
Sedangkan si anak, memutar bola mata malas. Ia mulai duduk, dan mengambil roti berselai coklat itu dengan santai. Lalu dilanjutkan oleh susu coklat yang sudah disiapkan oleh Bundanya sedari awal.

"Semua udah siapkan sayang?" tanya Tara lembut, jiwa keibuannya benar-benar sangat pekat.

"Udah. Tapi Tiara udah lupa dimana ruang kepala sekolahnya. Paman Aldi juga belom bales chat Tiara dari semalem," bales Tiara cuek.

"Coba papah telpon dulu," kemudian Lelaki matang itu berdiri dan langsung menelpon Aldi. Yang sudah ia beri kepercayaan untuk menjadi kepala sekolah di SMA PERMATA.

"Bundaaaaaaaaa~" tau akan ada kerengekan dari Putrinya. Ibu yang masih berkulit kencang itu, langsung menuju kedapur. Tidak mengidahkan panggilan Tiara yang terkesan rengekan macem anak TK.

Tiara mendengus, lalu gadis itu mulai beranjak. Menenteng tas pada bahu kanannya. Dan mulai menelpon Roro.

"Halo Ro, lo udah dimana?"

"Hm?" Terdengar helaan napas disana, sudah jelas bahwa Roro. Baru saja bangun tidur.

"Roro lo baru bangun? Astaga! Cepetan siap-siap gue jemput abis Dian sama Nayla."

Tut.

"Sial!" lalu gadis itu mulai memasuki mobil, dan melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Entah apa yang ada dipikiran gadis itu.

Ponsel yang masih ia gengam bergetar. Membuat ia berdecak, dan mulai meminggirkan mobilnya ketepi jalan. Setelah melihat nama kontak Dian disana, Tiara langsung mengangkatnya.

"Hal—"

"Lo dimana? Cepetan kesekolah! Kita dah telat banget!" Tiara mengerutkan kening bingung.

"Maksud l—"

"Gue, Nayla sama Roro udah didepan gerbang! Dan gerbangnya udah ditutup. Makannya cepetan kesini! Kayaknya pak Rudi lagi ketoilet."

Tiara tidak menjawab, ia langsung mematikan telpon itu dan melaju dengan sangat cepat. Menyalip mobil-mobil tinggi dengan santainya, tidak perduli pada sumpah serapah yang meneriaki dirinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Maafin Roro ya Paman Aldi, Roro beneran nggak niat dateng terlambat," Roro memasang wajah semelas mungkin didepan Aldi.

Paman Aldi membuang napas kasar, "kalian baru masuk sehari aja udah telat gini! Gimana nantinya,"

Tak dapat jawaban, lelaki berusia 28 tahun itu bangkit. Menatap keempat putri temannya dingin. "Kelas kalian akan saya pilih acak! Ngak ada penolakan!" telak, itu adalah pernyataan yang tidak bisa dibantah lagi.

"Tiara, XII IPA II. Roro, XII IPA I. Nayla, IPS II. Dian, IPS III. Paman pamit dulu,"

Setelah itu, Paman Aldi pergi tanpa rasa bersalah. Keempatnya masih hening, tak ada yang membuka suara karena masih shok.

Tiara mengerjap gugup, "Mampus! Gimana nih," gadis itu berdiri, melonggok kearah luar jendela, memastikan bahwa Paman Aldi sudah pergi.

"Gue gatau lagi."

Setelah berdebat panjang lebar, akhirnya mereka memutuskan untuk kekelas masing-masing. Dengan kegugupan yang luar biasa.

Kita mulai dari Tiara,

Gadis itu sudah didepan kelas XII IPA II. Memilin milin roknya gugup, bagaimana tidak? Biasanya mereka akan ditempatkan dikelas yang sama. Selalu bersama, bahkan tempat duduk. Tapi untuk saat ini, mereka seolah mau dirubah menjadi cewek feminim. Bersikap layaknya seorang gadis. Namun tetap saja, jiwa bar-bar mereka masih tetap ada.

Menarik napas panjang, lalu membuangnya perlahan. Mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Gadis itu lantas menghirup udara sebanyak-banyaknya. Entah kemana sikap coolnya.

Detik-detik pintu mulai dibuka, jantung Tiara langsung berdetak dengan sangat cepat. Seorang guru, berjenis kelamin perempuan itu menatap dirinya dengan sangat tajam.

"Kamu anak baru?" Tiara hanya bisa mangut-mangut.

"Masuk." liat ini, guru berwajah datar ini tidak ada sopan-sopannya sama sekali. Ia belum tau saja sedang berhadapan dengan siapa.

Seolah kegugupan terhembus entah kemana, muka songongnya langsung menatap Ibu guru itu berani. "Ibu nggak punya sopan santun buat nyambut kedatangan murid baru macam saya?"

Muka Ibu guru itu langsung merah padam, memandang seorang gadis dihadapannya dengan remeh. "Kamu berani sama saya? Awal masuk saja sudah songong begini kamu, apalagi besoknya?"

"Ya lagian ibu, gak ada ramah ramah nya nyambut murid baru." jawab Tiara ketus.

"Ya sudah, saya minta maaf. Sekarang kamu masuk," karena males berdebat, Tiara akhirnya menganguk.
Kaus kaki yang ia kenakan sudah tidak terlihat, tengelam oleh sepatu putihnya. Tas yang ia sampirkan di bahu kanan, membuat ia dipandang buruk oleh seisi kelas. Terutama perempuan, mereka sudah menunjukan sifat aslinya pada Tiara.

"Nah, anak-anak kita kedatangan murid baru. Diharap tenang, sekarang, perkenalkan diri kamu."

Tiara menganguk, lalu mulai berbicara santai. "Hai, gue Tiara. Salken.."

Hah? Apa?




Tbc.

Bad Girl vs Ice BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang