Alison swift ,panggil saja ali, atau alison adalah nama panggilan suamiku. Suami ? Ya aku sudah bersuami,meskipun usaiku baru 20 tahun. Tak usah kaget, aku saja masih tak percaya akan posisi yang aku duduki sekarang. Klimaks segala posisi bagi perempuan bukan? Eh tidak, satu tingkatan lagi. Aku belum menjadi ibu-atau mungkin takkan pernah . Kita lihat saja.
~~~~~~
Malam ini adalah malam pertama di hari pernikahanku. Apakah aku bahagia? Tentu saja tidak.
"Kita tidak akan melakukan apa yang suami istri harusnya lakukan kan? "
"Tentu saja harry, itu tidak akan pernah terjadi entah dimalam pertama maupun malam keseribu."
Harry hanya mengangkat alisnya pertanda bahwa ia mengerti. Sementara aku membungkus seluruh tubuhku oleh selimut. Menyembunyikan diriku dari kenyataan sialan ini. Kenyataan yang menjadikanku seorang istri disaat aku menyelesaikan semester dua kuliahku. Harusnya ini terjadi disaat s2 ku selesai.
Samar samar ku dengar bantal disampingku berpindah tempat- harry pasti mengambilnya, ia pasti akan tidur dikursi.
~~~~~
Langit masih gelap dan aku terbangun seperti biasanya, aku melakukan rutinitasku dan... oh? Apakah aku harus menyiapkan sarapan layaknya yang dilakukan istri? Atau apakah aku harus menyetrika baju bajunya? Tapi untuk apa? Dia belum bekerja dan cuti kuliah kami sampai hari senin.
"Kau sudah bangun?"tanya harry dengan suara pagi nya yang /lumayan sexy/. Hah? Apa apaan!?
"Tentu saja, aku bukan pemalas" jawabku ketus. Aku sama sekali tak ingin bersikap manis pada manusia ini, aku tak pernah membencinya, Tapi bagaimanapun aku tak terima keadaan bahwa orang ini sekarang suami ku."aku mau mandi" terangnya
"Yah aku sudah " jawabku sombong
"Oh ternyata kau sangat rajin, lalu apa sekarang? Kau bahkan tak akan masak di pagi pertama pernikahanmu, karena ibuku sudah menyuruh bibi kim untuk memasaknya.
"Oh?"
Aku bersyukur karena aku sama sekali tak ingin memasak, meskipun itu adalah hobiku. Aku sangat tak bersemangat sejak aku resmi menjadi seorang "ISTRI" itu berarti aku akan kehilangan separuh mimpiku dan semua kenyataan itu hanya membuatku pusing bukan main !
~~~~~~~~~
"Harry, ali, ayo sarapan". Suara ibu harry (atau yang mulai hari ini akan aku panggil ibu) memanggil kami dari lantai bawah.
Aku segera merapihkan rambutku dan memanggil harry yang tak mendengar suara ibunya karena aku yakin pasti dia sedang fokus terhadap novelnya.
"Hey, ibumu memanggil!"
"Eh?"
Aku turun dari kamar menuju ruang makan bersama harry dibelakangku.
"Eh ini dia pengantin baru kita !" Seru ayahku hampir membentak karena kegirangan. Dimeja makan ada orang tua harry, Gemma kakaknya , Orangtuaku, dan kakakku Austin. Keluargaku kemungkinan akan kembali besok, mereka hanya membujukku agar betah dirumah Harry ini.
Aku tak suka dengan ocehan mereka atas kami, tapi aku hanya pura pura tersenyum begitupun dengan harry yang pura pura antusias pedalah kami hanya berbicara sepatah dua patah kata. Ternyata dia pintar berbohong !
"Oh kuliah kalian 3 hari kedepan kan?ibu pikir ada baiknya jika kalian berjalan jalan dulu ke suatu tempat "
"Ah tidak ibu, itu terlalu berlebihan, sebetulnya besok kami harus kembali kuliah, ini masa masa sibuk kami, kami akan ujian akhir."
Bagus Harry, kerja yang bagus. Kau bisa menjawab semua ide buruk ibumu dengan baik.
"Oh tidak bisakah kalian menunggu sampai 3 hari lagi?" Austin menggoda kami.
Apa apaan kakak ku ini? Kenapa dia jadi ikut ikutan seperti Orang tua? Menyebalkan."mmm, tentu saja tidak, aku tidak mau kehilangan nilaiku dan kehilangan kepercayaan dosen dosenku".
Oh Harry terimakasih, kau selalu punya jutaan cara untuk menolak nya.~~~~~~
Hari pertamaku dirumah ini terasa membosankan, kami hanya menerima tamu yang tidak bisa datang dihari pernikahan kami, hanya menata kamarku dan Harry, membantu orang tua ku yang bersiap siap untuk pulang besok. Benar benar suntuk. Bahkan aku tidurpun tanpa mimpi malam ini karena betapa suntuknya hari ini."Hei Harry bangun, bukannya sekarang kuliah? " aku membangunkannya sambil mengguncang .
" apa ? Yang benar saja !" Sentaknya padaku sambil melemparkan bantal merah jambu kesayangannya."Hei? Bukankah kau sendiri yang menggoda ibu dan ayah agar mengizinkan kita kuliah hari ini?!"
"Tidak, itu gila. Aku belum sanggup mendengar ocehan teman temanku, menanggapi tatapan sinis penggemarku padamu, dan menjawab pertanyaan bodoh para dosen"
"Apa pedulimu pada tatapan sinis penggemarmu?"
"Tidak tidak. Aku takut saja mereka marah" .
Oh gila! Kenapa dia sangat percaya diri? Berapa penggemarnya memang hah? Aku tak yakin ada banyak, dikampusku banyak sekali pria tampan meskipun tak ada yang menandinginya.
"Lalu apa sekarang Harry!?" Aku mulai emosi padanya , aku ingin kuliah , aku tak mau dirumah .
"Baiklah kita pergi sekarang nyonya!"