chapter 2

19 3 3
                                    

Ini gila , sungguh ini benar benar gila. Semua mata tertuju pada kami, entah apa yang mereka lihat tapi aku pastikan semua orang berkata " hei lihat pasangan baru itu" atau sejenisnya lah. Masa bodoh. Yang penting tak boleh satupun berpikiran jorok pada kami karena kami tak melakukan apapun.

Diseberang perpustakaan kulihat gengku sedang "menggosip" pasti tentang aku!. Well, aku punya geng yang aku kenal sejak SMA, kami semua memutuskan kuliah ditempat yang sama, meskipun satu dari kami mendapat beasiswa ke Australia dan berpisah dengan kami, Kami 9 orang sekarang, dan dua diantara kami berbeda fakultas sehingga sangat sulit hanya untuk berkumpul dan bergosip dengan mereka.

"Prim!" Aku berlari dan segera memeluk sahabatku itu, sebenarnya aku bisa saja memeluk mereka semua, tapi hanya prim yang berdiri saat itu

"Eh hai Ali, well kau kembali!"

"Ah, ini terlalu cepat, bahkan kami belum selesai menggosipkanmu! Sungguh kami masih senang melakukannya !" Ah karlie, dia selalu mengatakan yang sebenarnya.

"Kurang ajar kalian, jadi benar dugaanku sedari tadi kalian membicarakan aku?"

Mereka hanya menjawab dengan anggukan,gelak tawa, dan wajah sok polos yang membuatku mual, sangat mual.

"Ah bagaimana malam malammu bersama pria itu?"
Tanya ed dengan polosnya.

Bukankah aku berharap tak ada satu orangpun yang berpikiran kotor? Tapi ternyata sahabat bodohku sendiri yang melakukannya, kelewatan!

"Apa maksudmu pirang? Tidak! Aku bahkan tak ingin menyentuh pria itu"

"Apa kau gila?!" Selena membentakku dengan seringai yang ia lakukan pada kekasihnya ketika ketahuan menghamili gads lain.

"Gila? Tentu saja tidak. Kalian semua tahu, aku tak mencintainya"

"Entahlah, terserahmu, kami akan selalu mendengarkan keluh kesah bodoh pernikahanmu itu!"

Cara selalu menenangkanku

"Terimakasih"

~~~~~
Harry POV

Ah benar benar kacau. Bagaimana bisa semua orang memandangi kami dengan tatapan seperti itu? Apa mereka pikir aku telah merebut keperawanan gadis polos ini? Masa bodoh dengan semuanya. Sesaat setelah orang yang sedari tadi berjalan disampingku menemukan teman temannya, akupun segera menemukan teman temanku.

"Hei bung, Kau terlihat lebih jantan"

Sudah kuduga pasti Liam yang akan mengatakan hal seperti ini.

"Apa?!"

" ya, kau jantan karena sekarang kau mempunyai seseorang untuk dilindungi"

Ah dia benar, ternyata aku terlalu percaya diri.

"Harusnya kau mentraktir kami makan" goda si perut kardus Niall

"Hentikan bung, kau bahkan menghabiskan makanan hidangan di pesta nya kemarin."

Louis memang selalu jujur, meskipun itu membuat semua orang malu.

~~~~~~~~

ALISON POV

Jam kuliahku sudah mulai, aku bergegas menuju kelasku, Pertama yang kulakukan sebelum melangkah adalah menyiapkan mentalku, karena aku yakin dosenku ini akan bertanya tentang pernikahanku, karena kemarin kulihat dia datang bersama istrinya. Setelah mengambil nafas lalu membuangnya akupun melangkahkan kakiku dengan langkah seperti biasanya, tak boleh ada yang berbeda atau orang lain akan berpikiran buruk lagi nantinya.

Benar saja dugaanku! Dosen itu mempermalukanku , dia bertanya padaku bagaimana rasanya menjadi seorang istri. Sungguh memalukan.ternyata Harry benar, seharusnya kami masih cuti, kami harus membiarkan berita pernikahan kami tertutupi oleh gosip murahan lainnya, tapi aku terlalu enggan berada dirumah .

Baiklah, jam kuliahku berakhir itu artinya aku akan pulang bersama suamiku. Ralat- maksudku Harry supir pribadi antar jemput kuliah.

"Bagaimana hari mu?"

"Oh Harry ini sangat buruk, sungguh aku ingin muntah mengingatnya"

"Apa mereka bertanya hal hal kotor?"

" iya, beberapa."

Aku duduk di mobil samping Harry sementara Harry menyiapkan dirinya untuk menyetir. Satu dua tiga mobil melesat menuju rumah.

~~~~~~~

"hai Ali,Harry,Bagaimana kuliahnya." Ibu menyambut kami dengan celemek dan spatula ditangannya, aku pastikan dia habis masak.

"Tidak buruk bu, aku senang bertemu teman teman lagi."

"Apa?! Sungguh ini kuliah terburuk ibu, rasanya aku ingin muntah" sembur Harry menirukan gayaku ketika aku menjawab pertanyaanya sepulang kuliah sebelum naik mobil. Dasar menyebalkan.

Terlepas dari perbincangan,kami berganti baju. Kau tahu? Meskipun suami istri kami tak berganti baju ditempat yang sama. Harry dikamar dan aku dikamar mandi. Karena sekali lagi aku tegaskan,kami bukan suami istri kalau tanpa cinta.

"Harry kau sudah selesai? Aku akan keluar.

"Keluar saja"

Sial! Aku pikir dia menyuruhku keluar karena dia sudah selesai. Ternyata pria ini sedang telanjang dada dan hanya menggunakan boxer hitam tali merah. Sial! Sungguh sial

Tapi terlepas dari itu dia sangat maco! Bahkan aku tak bisa beralih dari nya selama 3 detik.

"Tenang nyonya, aku tidak telanjang"

"Terserah, aku mau makan".

~~~~~
HARRY POV

apa aku tidak salah lihat? Apa aku terlalu percaya diri? Alison benar benar terpesona denganku! Maksudku dia mematung ditempat dan memerhatikanku apakah itu bukan terpesona namanya? Ah sial! Sebenarnya aku sengaja melambat lambatkan ganti bajuku dengan membalas pesan pesan konyol dari Niall, agar aku bisa menunjukan dadaku pada alison, tapi bukannya hanya dada, aku juga menunjukkan telanjang kakiku.

Setelah selesai dengan outfitku, aku segera menyusul Alison yang menungguku didepan kamar. Sudah kuduga ia tak akan pergi sendirian karena ia tidak bisa menjawab pertanyaan ibuku sendirian. Alias dia butuh bantuan mulutku.

" ali? Ayo pergi"

~~~~~~

Aku beruntung makan malamku tak dibanjiri dengan pertanyaan konyol dari kedua mertuaku. Mereka hanya bertanya tentang SMA ku di London, itu saja.
Aku bergegas membantu ibu anne (ibunya harry, atau ibu mertuaku) untuk mencuci piring.
Sebenarnya kami punya pembantu rumah tangga, tapi untuk benda pribadi seperti baju dan piring kami melakukannya sendiri, setidaknya itulah yang menunjuan betapa terhormatnya keluarga Harry ini.

" mm sayang, jika kau tak sibuk mungkin besok pagi kau bisa membantuku memasak sarapan? " pertanyaannya membuatku jantungan, aku merasakan jantungku berdetak kencang seperti suami suami dalam sinetron yang ketahuan selingkuh.

" ah memasak ya?tentu saja bisa itu hobiku" balasku dengan menarik kedua ujung bibirku dengan terpaksa.

Sebenarnya bukan aku tak mau membantunya, tapi aku sangat malu ketika ia memintaku terlebih dahulu alias aku tak berinisiatif. Ah inilah kenapa aku tak pernah mau nikah muda. Membuatku gila .

Alison And HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang