Reza terheran melihat seorang perempuan itu masuk ke apartemennya dengan alis berkerut. Ia yakin sesuatu yang buruk telah terjadi."Kenapa?" Tanya Reza menghampiri peremuan yang baru saja melempar tasnya tersebut dan duduk di sebelahnya di sofa tepat di depan televisi.
Tidak ada satu kata yang keluar dari bibir indah itu. Reza semakin yakin hal ini sangat membuat perempuannya marah atau lebih tepatnya kesal. Ia memutuskan tidak berbicara lagi karena bisa-bisa ia malah semakin merusak mood perempuan itu.
"Zaaa," rengek perempuan itu.
Reza tersenyum, ia yakin tanpa bertanya lagi pun, perempuannya akan bercerita. Mungkin hanya butuh sedikit waktu.
"Kenapa, Ve?"
Perempuan yang dipanggil Ve itu menaikkan kakinya ke atas sofa, dan berbalik menghadap ke arah Reza.
"Do you know Jenny?" Tanya Ve.
"Jenny? Jennifer Stuart? Teman kuliah kamu, kan?"
Ve menangguk. Dan ia menundukkan kepalanya dan terdiam sebentar.
"Kenapa sih, Ve?"
"Dia bilang my boobs itu kecil, Za" ucap Ve merengek sambil memegang kedua payudaranya.
Reza terdiam. Tentu saja. Ini mungkin pertama kalinya mereka berbicara tentang hal ini, hal privasi. Mimik muka perempuan bernama Veira Jessica ini terlihat kesal, mungkin karena terlalu kesal ia tidak berpikir terlalu panjang bahwa ia baru saja berbicara hal privasi kepada seorang laki-laki.
"Ini baru pertama kali loh, si Jenny nyinyirin body aku" ucap Ve.
Reza berdehem, "Ya mungkin kenyataan?"
Sedetik kemudian Reza mengutuk dirinya sendiri karena salah berbicara. Terbukti dengan bantal sofa yang kini memukuli dirinya.
"Ih, za!"
"Ini beneran, si Jenny emang sering nyinyir kan ke siapa aja, asal ceplas ceplos. Tapi tadi pertama kali si Jenny ngomongin tentang badan aku, Za. Makanya aku pertama kali kesel banget sama dia" jelas Ve.
Reza kembali berkata sambil memeluk bantal, jaga-jaga kalau Veira marah padanya. "Terus kamu bilang apa?"
"Ya aku bilang, this is the first time you saying that to me, and im kinda annoyed," jawab Ve.
"Terus?"
"Dia bilang maaf sih, tapi kaya gak niat aja minta maafnya. Tapi," ucapan Ve menggantung.
"Tapi terus aku bilang ke Jenny, liat aja nanti my boobs will get bigger lah in about two months." lanjut Ve.
Reza terdiam sebentar lalu tertawa mendengar tunangannya yang berumur 26 tahun berbicara lelucon seperti itu. Ve memang polos tapi bisa-bisanya dia bilang bahwa payudaranya akan membesar dalam dua bulan.
Ve hanya memandang Reza dengan kesal. Mana dia pegang lagi tu bantal, batinnya.
"Terus aku harus gimana coba? Udah terlanjur ngomong kaya gitu!"
"Mana aku tahu!" jawab Reza.
Tiba-tiba terlintas ide gila di otak Reza. "Eh aku tahu gimana caranya,"
"Gimana? Ah kamu jangan aneh-aneh ya! Jangan kaya si Jenny tadi malah suruh aku pake masker payudara, udah tahu aku pake masker muka aja males nya keterlaluan" jawab Ve.
"No. Ah tapi takut kamu gak mau terus marah,"
"Ih! Apaan gak? Cepet bilang" ujar Ve sambil bergeser lebih mendekat ke arah Reza.
KAMU SEDANG MEMBACA
intimazy (intimacy & craziness)
Short Story(18+) 🔞 One Shot Story or Short Story about intimacy and craziness of human desire.