“TOK TOK TOK...” suara ketukan pintu dari balik kamar membuyarkan lamunanku. Entah mengapa, beberapa hari ini aku selalu memikirkan hal-hal yang entahlah, aku merindukan rumah. Sudah hampir 6 tahun aku berada dalam jeruji besi suci ini, Alhamdulillah.... banyak suka dan duka yang ku alami sepanjang 6 tahun itu, dulu aku pernah hampir ingin bebas karena lemahnya syukur yang mendampingiku dalam menjalani hidup di pesantren ini.
“Mbak Al... mbak.. bukak to pintune, kulo meh ngambil baju, ampun dikunci...” ucap seseorang yang berada di balik pintu tersebut.
“ Sebentar dek,” ucap Ale, biasanya orang-orang panggil gitu, aslinya sih nama panjangku adalah Aliana Rizki. Tapi mereka malah memanggilku dengan sebutan itu, okelah tak masalah.
“Lagi apa he mbak Al, hampir seprapat kurang sitik aku nunggu lo..” ucap Risa.
“ Mboten popo, mbeng bobok sedilit kue...” ucap Ale.
“ pun dapat antrian mandi Ris?” sambung Ale
“ Sudah dong... Meh ngganti ra?” ucap Risa
“mesti dong, ampun enten seng nyelo lo!” ucap Ale
Hanya isyarat jempol yang diberikan Risa sebagai jawabannya dari kejauhan diluar kamar. Tiba- tiba ada ketukan pintu lagi yang membuat Ale harus menunda kegiatan tidurnya.“mbak.....” suara yang gemetar dengan nada gelisah yang langsung membangunkan Ale, dan langsung menata pakaiannya.
Apa ini sudah waktunya, Ya Allah berikan hamba kekuatan, hamba sudah mempersiapkan diri untuk ini namun dalam nyatanya Hamba rapuh, benar-benar rapuh. Jangan butakan Hamba dengan kesedihan. Air mata ini tak henti-hentinya jatuh sedari masih di perjalanan. Aku langsung bergegas pulang, seketika aku mendapat kabar itu. Abi kembali ke sisi Nya, sungguh itu membuatku rapuh seketika walaupun sudah kupersiapkan sebelumnya sedari Abi masih sakit-sakitan. Abi di diagnosa penyakit Ginjal sejak sebulan yang lalu, sudah seminggu lalu aku mendapat kabar bahwa Abi membaik, namun takdir berkata lain, hari ini Allah telah mengambilnya karena bentuk kasih sayang Nya terhadap Abi. Hati ini tambah bergejolak ketika kendaraan yang kunaiki sampai pada suatu rumah yang rami orang-orang dan sudah dipasangi tenda beserta bendera kuning. Tiada yang ku hiraukan, aku langsung masuk ke dalam kamar Abi, sangat ku merasakan perih, kulihat adik- adikku dari satu persatu, Tika, Raihan, dan adikku yang bungsu yang masih berumur 2 tahun, Fahri. Kudapati Umi yang berada disebelah Abi, memeluk dan penuh dengan tangisan. Seketika badanku lemas, aku terjatuh dan bersender dipintu kamar Abiku, ‘ikhaskan hamba Ya Allah, semoga Abi meninggal dengan khusnul khotimah, amiin’
Sudah hampir 40 hari meninggalnya Abi, aku sudah memutuskan untuk sowan kepada Abah yai, dan menyudahi Aliyahku dipesantren. Walau amat berat yang kulalui, haru meninggalkan semua teman-temanku dan ma’had tercinta itu, namun apadaya, sebagai tulang punggung keluarga saat ini, aku harus berada dirumah dan mencari uang untuk makan dan membayar sekolah adik-adik ku. Aku tak mau membenani Umi, apabila aku masih dipesantren. Jalan itu kuambil dengan berat hati dan meniadakan semua anganku yang sangat pengen ku capai yaitu kuliah kedokteran, namun seketika kulupakan angan itu. Dan hanya satu yang kupikirkan saat ini yaitu bertahan hidup bersama keluargaku. Berbekal ijazah SMK jurusan Akuntansi, ku beranikan diri untuk melamar pekerjaan disana, dan kuasa Allah Yang Maha Besar.aku diterima di sana sebagai karyawan yang dapat membatu pekerjaan disana, Alhamdulillah kataku menyerta, walau hanya dapat ku belanjakan makanan dan bulanan spp adik-adikku, imbalan yang kudapatkan, beribu syukur yang kuluapkan. Tidak akan kusia-siakan kesempatan ini, aku harus bekerja dengan keras untuk tidak mengecewakan orang- orang yang telah mempercayaiku.
Kehidupanku semakin normal tatkala aku sudah bekerja diperusahaan itu, adik-adikku kembali kesekolah masing-masing dan sedikit terbantu dengan bantuan dari pemerintah untuk pembayarannya. Waktu terus berjalan dan suatu ketika umi membicarakan sesuatu kepadaku.“ Nduk, rene-o....” Kata umiku
“ Pripun mi.. ada apa manggil Ale?” kata Ale
“Nduk, sudah waktunya kamu mengakhiri dengan hanya sibuk bekerja dan memikirkan adik-adikmu, insyaallah cukup, nek namung mangan karo nyangoni sekolah seko jualan tempe, wes wektune sampeyan golek konco sing iso mengayomi lan mbahagiake awakmu nduk, Umi pengen weroh anake Umi Nikah sakdurunge Umi nusul Abi, dipundut seng Kuasa” kata umi seraya mengambil napas.
“Asline Abimu sudah punya calon kanggo awakmu, nanging takdir malah mengambil Abi sebelum Ale walimah karo calon pilihan Abi.” Sambung umi
“Nduk,....Ale sanggup to nek menuhi wasiate Abimu?” pinta Umi.
![](https://img.wattpad.com/cover/198337242-288-k814989.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Aminkan Kau Jadi Imamku
Short Story.. Yang baca judul semoga Allah mengabulkan kalau nama yang selalu kau sebut dalam doa-doamu menjadi imammu Amiiinn... .. Thanks for reading .. DAN