Aku Rumput Liar 3 - Jalanan

693 77 8
                                    

Naruto mendudukkan tubuhnya dibangku taman tak jauh dari rumah sakit. Tubuhnya kelu, perih diseluruh tubuhnya. Ia perlu istirahat sebelum kembali pergi sejauh mungkin dari keluarga Uchiha. 

Sepoi angin sore menerpa wajahnya. Dingin. Udara sore dipenghujung musim gugur lumayan terasa menusuk. Naruto memeluk dirinya erat, mencari kehangatan untuk dirinya sendiri. Ia masih tak tahu harus pergi kemana sekarang. Ia tak memiliki uang sepeserpun. Dompet dan tabungan semua masih di asrama pembantu keluarga Uchiha. Ia tak mungkin kembali kesana untuk mengambil semuanya. Dan perutnya yang berbunyi nyaring melengkapi penderitaannya sore ini. Ia baru ingat, sarapan bubur rumah sakit tadi pagi adalah makanan terakhir yang ia telan. Pantas saja perutnya sudah keroncongan

Naruto beranjak dari tempat duduknya kini. Berjalan berkeliling taman dan menemukan kran air disana. Segera diteguknya air dingin yang mengalir dari kran tersebut hingga ia merasa kenyang. Setidaknya perutnya terisi dan ia kembali memiliki tenaga untuk melanjutkan perjalanannya. 

Naruto terus berjalan lambat-lambat malam itu. Keringat yang keluar dari tubuhnya membuat luka-luka disekujur tubuhnya terasa semakin perih. Entah sudah berapa jam Naruto memaksakan kakinya untuk terus melangkah, ia akhirnya menyerah juga. Tenaganya sudah terkuras habis untuk berjalan dan menahan perih. Ia duduk di sebuah halte bis. Napasnya memburu. Jam sudah menunjukkan pukul 11.15 ketika Naruto menyandarkan bahunya di kursi tunggu halte. Bis terakhir pasti sudah lewat. Itulah mengapa ia satu-sarunya yang duduk di halte itu. Ia sempat meringis saat punggungnya yang penuh luka cakar Sasuke bergesek dengan dingin bangku Halte. 

"Ibu.. sakit sekali, bu..." Gumam Naruto. Hanya semilir angin malam yang menjawab gumamannya. Air mata sudah berkumpul di ujung matanya. Air mata yang sudah sedari tadi ia tahan. 

"Aku lelah, Bu..." ucapnya kemudian.

Dan akhirnya tangisnya pun pecah. Tangis karena kelelahan berjalan dan menahan perih di tubuhnya yang ia rasakan sedari tadi. Tangis karena ketakutan akan keluarga Uchiha. Tangis karena ia tak tahu harus kemana. Tangis karena ia tak tahu apa yang harus ia perbuat sekarang. Tangis karena merasa begitu kotor dirinya setelah apa yang tuan mudanya perbuat padanya. 

Naruto memandangi jalanan yang mulai sepi. Hanya ada beberapa kendaraan melintas selama ia duduk menyendiri di halte itu. Angin dingin pergantian musim gugur ke musin dingin selalu membuat orang-orang ingin segera pulang dan berlindung di hangatnya rumah. 

Tangis Naruto kian menderai jika ingat masa kécilnya yang dulu sangat bahagia. Keluarga kaya. Ayah dan Ibunya yang selalu menyayanginya. Tak menyangka bahwa kini Ia harus berada di tepi jalan tanpa tujuan seperti ini. Ingin rasanya Naruto mengakhiri hidupnya. Mengakhiri derita dan kesakitannya kini. Menabrakkan dirinya ke salah satu kendaraan yang melaju kencang di depan matanya. Tampak sangat mudah baginya sekarang. Tak akan ada yang peduli pada kematiannya. Tak akan ada yang menangisi kepergiannya. 

Janji rumput liar yang dulu ia ucapkan bersama mendiang ibunya kembali menguatkannya. Ia tak punya muka untuk menemui ibunya jika harus berakhir tragis mati bunuh diri.

Naruto mendongakkan kepalanya. Bintang dilangit malam ini tak sebanyak biasanya, tertutup awan mendung di cuaca yang cukup dingin. Apalagi Naruto hanya mengenakan sprai rumah sakit dan hoodie kotor entah milik siapa. Naruto sedikit menggigil. Ia semakin merapatkan hoodienya. Setidaknya Halte ini menyediakan bangku untuk Naruto berbaring melepas lelah.  

Naruto hampir terlelap di bangku halte saat beberapa pemuda mabuk mengganggunya. Mencolek-colek tubuhnya untuk membangunkannya. Naruto sudah bersiap kabur dari sana. Namun salah seorang pemuda itu menahannya, menarik tangannya paksa dan memojokkan tubuhnya. Tercium aroma alkohol yang begitu kuat dari tubuh pemuda itu. 

"Lihat apa yang kita temukan?" Ucapnya sambil membelai anak rambut Naruto. 

"Kita bisa bersenang-senang malam ini" jawab yang lain. Mereka mengerumuni Naruto dan memagari tubuh Naruto agak tak bisa kabur. Bahkan salah satu diamtaranya mulai menggerayangi tubuh Naruto. 

"Lepaskan" desis Naruto dengan tatapan tajamnya. Hanya saja tatapan itu hanya menjadi bahan ejekan para pemuda itu.

Para pemuda itu kian mendekat dan menarik-narik pakaian Naruto. Naruto panik dan berteriak sekencang-kencangnya. Tak ingin kejadian tadi pagi kembali ia alami. 

"Tolooong.. Tolongg" 

"Berteriaklah gadis manis. Tak akan ada yang menolongmu. Ini sudah lewat tengah malam" kata pemuda itu dengan cengengesan. Ia lalu meraih bibir Naruto dan ditempelkannya kebibirnya. Menjilat dan memagut bibir Naruto kasar. Naruto mulai memberontak. Mendorong para pemabuk itu sekuat tenaganya. Karena mabuk, para pemuda itu terhuyung oleh dorongan Naruto, memberi celah untuk Naruto kabur. 

Naruto berlari sekuat tenaga. Ia tidak mau diperkosa lagi. Apalagi oleh brandalan pemabuk seperti mereka. Baru beberapa langkah, rambutnya dijambak oleh salah satu diantara mereka. 

"Aaarrrhhhggg" teriaknya kesakitan.

"Toloong tolooong" Naruto terus berteriak meminta bantuan berharap ada orang lewat yang peduli padanya. Mereka menarik pakaian Naruto yang merupakan sprei yang ia lilitkan. Seketika lilitan itu terlepas dan menampakkan tubuh Narutonyang penuh luka. 

Naruto ketakutan. Tubuhnya menggigil. Teringat bagaimana Sasuke memperkosa nya dengan sangat brutal. Ia ketakutan sampai tak mampu menggerakkan tubuhnya. Ia hanya bisa beringsut mundur saat para pemuda itu mendekat. 

"Aaaarrrgggghhhh... Aaaarrrgggghhhh..." Naruto berteriak kesetanan. Pandangannya kosong. Ia masih mengingat jelas setiap detik yang Sasuke perbuat padanya. 

"Ampun, tuan.. ampun.. jangan lagi... Jangan lakukan lagi... Ampun tuann..." Naruto terus meracau. 

"Hooii nona muda. Kau kenapa?"

"Ampun tuan..."

"Pegangi tangannya. Kalian bisa menikmatinya setelah aku puas dengannya" ujar salah satu dari mereka. Dua orang pergi ke masing-masing sisi Naruto dan memegagi tangannya. Naruto hanya bisa terus berteriak serak. Pandangannya meredup. Ia lelah. Pasrah pada apa yang preman ini lakukan padanya.

Tiba-tiba seorang pemuda menaiki sepeda motor berhenti tak jauh dari tempatnya. Dan menghajar para pemuda mabuk itu. Entahlah. Naruto tak dapat melihat dengan jelas kejaian yang berlangsung di depan matanya. Pandangannya mengabur dan pendengarannya berdenging. Separuh kesadarannya menguap. 

Naruto hanya samar-samar mengingat bagaimana pemuda itu menolongnya, menaikkannya keatas motor dan memboncengnya entah kemana. Naruto pasrah. Ia terlalu lelah. Membiarkan rencana Tuhan menuntunnya entah kemana. Ia pun terlelap.

😣😣😣

Sementara itu dikediaman keluarga Uchiha, Kakashi tampak menggeram marah saat salah satu anak buahnya memberi laporan terbaru mengenai Naruto. Naruto yang terluka parah itu berhasil kabur dan anak buahnya gagal menemukannya. 

"Terus sisir daerah sekitar rumah sakit. Temukan titik-titik keberadaan kamera cctv dan segera berikan laporan lengkap" perintah Kakashi mutlak.

"Baik, kapten"

Kakashi meraup mukanya kasar. Melepaskan frustasi akan pekerjaannya. Sialan. Bagaimana dia harus menjelaskan semua ini kepada nyonya Uchiha. 

To be continued




Note :
Hai para pembaca... Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca ceritaku. Jangan lupa tekan tanda bintang dan tinggalkan komen yaa... Vita selalu membaca semangat yang kalian tulis..
Terima kasih semua...

Aku Rumput LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang