Chapter 1

18 10 1
                                    

Lanjutt yaakk
Happy reading:))

***

Tok.. tok.. tok.

Seorang wanita cantik nan ramah mengetuk pintu yang terdapat nama Marianne disana. Wanita itu masih terlihat cantik meskipun banyak kerutan di wajahnya dan rambutnya yang sudah beruban.

"Ella bangun nak.. udah jam 5 ini.. kok tumben gak bangun sendiri. Kamu pasti habis nangis semalaman ya kemarin?"

Marianne Shaqiela Putri. Gadis dengan tubuh ideal dan mempunyai muka tirus, hidung lancip, kulit putih, bibir mungil, iris mata kelabu, dan rambut cokelat muda gelombang terurai sampai punggungnya. Gadis itu sangat cantik karena wajahnya berbeda dari wanita indo kebanyakan. Ia memiliki wajah campuran Belanda. Katanya sih ayahnya adalah orang yang masih keturunan Belanda. Setiap orang yang berjumpa dengannya pasti akan terpukau dengannya. Gadis yang memiliki mata teduh dan senyum manisnya itu mampu merebut hati siapa saja yang melihatnya. Mungkin orang yang tidak tahu latar belakang kehidupan Anna mengira gadis itu adalah orang yang beruntung. Nyatanya tidak, gadis cantik berparas bule itu memiliki masalah yang cukup rumit.

"Huaaa... Iya oma aku bangun."

Gadis cantik itu tinggal bersama dengan omanya saja. Ia bersyukur masih memiliki oma yang sabar dan pengertian terhadap dirinya. Ia sangat menyayangi omanya melebihi dia menyayangi dirinya sendiri. Apapun perkataan oma pasti ia akan menurutinya.

"Kamu kenapa lagi sih? Habis nangis lagi ya semalem? Kok telat bangun?"

"Mmm.. enggak oma aku cuma rindu aja sama opa. Rindu diajak bersepeda, terus ke sungai nangkap ikan. Apalagi waktu main ke pantai liat sunset or sunrise, Ella pingin lagi kaya gitu."

"Bener kamu cuma rindu opa? Kamu gak dibully temenmu lagi kan? Kalau kamu dibully bilang ke oma."

"Bener oma aku cuma rindu kakek kok. Temen-temenku juga udah nggak bully aku lagi semenjak ditegur sama Bu Indah. oma tenang aja ya."

"Yaudah kalau gitu habisin sarapannya kemudian kamu berangkat sekolah. Lihat tuh udah jam berapa nanti telat lagi."

"Iya oma siapp."

...

Mentari pagi tersenyum cerah sinarnya mengenai wajah dengan paras cantik nona berdarah Netherland itu. Dulu Anna pernah bertanya kepada oma tentang ayahnya. Kata oma, ayahnya adalah keturunan Belanda dan masih berdarah bangsawan Belanda. Tetapi ayah Anna sudah meninggal sejak Anna berumur 3 tahun. Saat itu Anna masih terlalu kecil untuk mengingat wajah ayahnya. Dan sampai saat ini ia belum pernah melihat wajah ayahnya yang berdarah Belanda itu. Ketika di luar rumah orang-orang memanggilnya Anna. Karena Anne adalah nama Belanda dan orang-orang disini adalah orang Indonesia tulen mereka tidak terbiasa memanggil nama Anne. Akhirnya Marianne mengenalkan dirinya dengan nama Anna. Dan Ella adalah nama kecilnya. Hanya oma dan orang terdekat Anna lainnya yang memanggil Anna dengan sebuatan Ella

"Eh minggir semuanya.. tuan puteri mau lewat tuh," ketus Vandra.

"Apa tuan puteri? Gak salah tuhh Van?" timpal Jessi.

"Iyalah tuan puteri. Tapi bagi para lelaki yang ada di club malam hahaha," ucap Vandra dengan sarkas.

"Jaga ucapanmu Vandra. Aku gak pernah kaya gitu dan aku gak pernah sama sekali pergi ke club malam," ujar Anna dengan mata yang berkaca-kaca.

"Heh Anna.. mana ada orang berbuat salah yang mau ngaku. Inget gak loh.. Ibu loh kan bekas pelacur HAHAHAHA," ujar Vandra dan keduanya tertawa dengan sarkas.

Anna sudah tidak tahan lagi. Matanya merah. Badannya panas. Dengan perasaan yang berkecamuk Anna pergi meninggalkan kedua gadis itu. Ia berbelok menuju toilet putri. Dan saat berada disana cairan bening sudah menetes keluar dari tempat asalnya membasahi pipi tirus Anna.

"An.. matamu kok merah kamu habis nangis lagi ya?" ujar Sheila dengan memegang kedua pundak Anna. 

"Hmm.. gausah dipikirin Sheil aku gapapa kok."

"Pasti gara-gara dua siluman manusia itu yaa." dengan raut wajah yang kesal dan kedua tangan Sheila yang sudah mengepal ingin meninju dua siluman manusia itu. Dua siluman manusia itu adalah panggilan yang dibuat oleh Sheila untuk menjuluki Vandra dan Jessi. 

"Eh siluman awokawok," timpal Sasa yang tiba-tiba muncul di sebelah mereka.

"Yah kan bener Sa.. kelakuannya udah kaya bukan manusia gitu."

"Iya ni.. kebangetan banget dia sama Anna."

"Bener Sa.. Dasar Vondasi dan Jeruk siem," ujar Sasa tidak kalah kesal. 

Mungkin Sasa dan Sheila sudah sangat kesal dengan kelakuan Vandra dan Jessi. Karena kedua anak itu selalu mengolok Anna. Dan omongannya yang sangat pedas akan menyakiti siapapun yang mendengarnya. Ia sudah sering mengolok Anna tentang diri Anna dan keluarga Anna. Ia memang tidak punya hati ketika ia mengolok-olok Anna. Sampai kedua anak tersebut sudah mendapat teguran dari Bu Indah, tetapi tidak ada kapok-kapoknya buat mereka. 

"Udahlah biarin nanti ya capek sendiri kan," ujar Anna dengan cuek.

Tiba-tiba dua orang pria datang ke bangku tiga wanita yang sedang mengobrol itu.

"Eh kalian berdua ngomongin apaan sih kok kita gak diajak?" 

Dhito dan Gilang yang dari perpustakaan melihat ketiga sahabat perempuannya itu tengah mengobrol dan mereka pun menghampirinya. Dhito yang tiba-tiba berbicara di sebelah Sheila, membuat Sheila terkejut.

"Ehh anjay kaget tau," ujar Sheila sambil mengelus-elus dadanya.

"Lagian ngobrol gak ajak-ajak. Lagi ngomongin apaan sih beritahu dong," rayu Dhito ke Sheila sambil mengedipkan matanya.

"Heh ini itu urusan perempuan, laki-laki gak boleh ikutan. Dan mata lo ngapain kaya gitu, kelilipan lo? Jijik tau nggak," ketus Sheila sambil bergidik ngeri melihat Dhito yang bertingkah seperti itu. Maklum yah Sheila emang orangnya gini. Kalau lagi kesal terus ada yang ganggu  jadinya ceplas-ceplos deh ngomongnya.

"Heh lu Sesel.. kita ini juga sahabatnya Anna masa kita gak boleh tau sih!" dengan wajah yang sudah kesal, Dhito pun memanggil Sheila dengan panggilan kesayangannya yaitu Sesel.

"Nama gue Sheila bukan Sesel. Dasar Maman nyebelinn!!" ujar Sheila dengan intonasi tinggi sambil memukul lengan Dhito.

"Udah-udah.. kalian itu udah gede masih aja berantem.. gak malu apa sama adik aku," akhirnya Gilang berbicara. Gilang ini memang anak yang bijaksana dan tidak bersifat kekanak-kanakan. Ia akan melerai temannya ketika bertengkar dan karena Gilang masalah yang ada akan cepat terselesaikan.

"Yah habisnya sih Maman nyebelin Gilang."

Tok tok tok

Seorang laki-laki mengetuk pintu kelas X MIPA 2. Dilihat dari wajahnya, laki-laki itu lebih tua 1 tahun dengan anak-anak yang ada di kelas itu. Karena bangku Anna berada dideretan kedua, laki-laki itu dengan jelas bisa melihat sekelompok Anna dan teman-temannya yang sedang berdebat tadi.

."Hmm.. maaf menganggu. Tetapi saya mau berbicara dengan Anna."

Lalu Anna menghampiri laki-laki itu dan berbicara di depan kelas

"Aa a ada apa ya kak? Kok mau bicara sama saya? Saya berbuat salah ya?"

"Eh enggak kok.. santuy aja. Aku cuma mau bilang kalau kamu gak sibuk nanti waktu istirahat temui aku di perpustakaan ya."

"Loh ada apa ya kak?"

"Udah temui dulu aja nanti. Yaudah yah aku balik ke kelas dulu bye.."

Kok aku deg-degan.. ada apa ya.. Batinnya

***

Huaa😭😭 maaf ya kalau gak nyambung dan masih banyak penullisan kata yang kurang tepat. Harap maklum masih belajar hehehe😁😁

Jangan lupa vote and comment yaa karena itu gratis terimakasih:)

Dan kalau ada saran boleh banget kok karena aku juga masih butuh bimbingan dari kalian️❤️

Abis ini bonus yaa

It's Own SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang