PELAKOR

199 19 4
                                    

"Selamat pagi, Bunda." Ale memeluk istrinya dari belakang. Menghirup aroma shampo dan lotion bersamaan.

Anya, istrinya, hanya mendelik sebal. "Yah, mandi dulu, gih."

Dengan ogah-ogahan, Ale menyambar handuk dan berlalu ke kamar mandi.

Baru saja ia akan mencuci muka, Anya sudah berteriak dan menggedor pintu.

"Yah, Roni nelpon,"

Deg ....

Ale berdehem, "Jangan diangkat, bun. Dia suka minta bareng ke kantor."

"Udah bunda angkat," balas Anya.

Kembali Ale kebingungan.

"Apa katanya?" tanyanya kemudian.

"Kok suaranya cewek, ya?"

Ale mati kutu. Dia membuka pintu kamar mandi, lantas mengambil ponsel di genggaman istrinya.

"Roni udah punya istri, ya?" Anya bertanya dengan mengernyit.

Ale was-was, dia mencoba berbicara. Meski hatinya bergemuruh takut.

"Halo?" ucapnya perlahan.

Satu detik ....
Lima detik
Sepuluh detik

Tidak ada balasan. Ale mematikan panggilan, lalu melemparkan ponsel ke tangan Anya lagi.

"Gak jelas banget," desah Ale.

"Iya."

Lelaki itu memasuki kamar mandi lagi. Berdiam di balik pintu, mengelus dadanya, bersyukur Nesha tidak berbicara lebih panjang dengan Anya.

****

"Ayah pergi dulu."

Ale mencium Farez yang sedang main dengan pengasuhnya. Sedangkan istrinya masih betah bermain hape, berselancar dengan dunia shopping online.

Mendengar suaminya mau pergi, Anya beringsut. Melepaskan hape dalam genggaman, kemudian mendekatinya dengan mesra.

"Mau ke mana?" Dia menggelayut di lengan Ale. Menghirup parfum dari kemeja manis yang dikenakannya.

Ale mengembuskan napas, "Ngopi sama Roni,"

Anya mengerucutkan bibirnya. Sudah beberapa malam Ale lembur, dan di malam minggu, ia masih keluar juga. Kadang rindu seperti dulu-dulu awal pernikahan, mereka selalu menghabiskan waktu berdua. Dan setelah hadirnya Farez, keduanya semakin lengket.

Ale yang cenderung mencintai anak-anak sangat excited dengan Farez. Tak jarang dia yang mendorong roda putranya itu berjalan-jalan di taman komplek. Atau menggendongnya dengan bangga saat menemani Anya belanja di mall.

Hingga saat Ale naik jabatan di kantornya. Dia menjadi sibuk, sering keluar kota, dan selalu bergelut dengan pekerjaannya.

Anya menemukan titik lelah. Dan dia merasa rindu Ale yang dulu.

Meski, perhatian dan kebutuhan biologis masih terpenuhi seutuhnya.

Tetap saja ia kangen berduaan dengan Ale. Suaminya yang sering dikira bujangan itu!

"Nanti mau apa pas aku pulang?"

Anya tampak berpikir.

"Nasi padang?"

"Donat?"

"Seblak?"

Anya mencubit lengan Ale, "Kamu mau buat aku gendut, ya?"

"Gendut itu cantik. Menarik. Empuk. Enak dipeluk. Ini malah gak mau," gumam Ale dengan mengelus rambut Anya.

"Hon, jadi ke Bali, kan, minggu depan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang