Two.

24 4 2
                                    

Sehun hanya mendapatkan dua buah pisau dan satu gunting dari beberapa ruangan yang diperiksanya. Hampir putus asa karena tidak mendapatkan senjata yang cukup kuat untuk melindunginya dan Luhan. Itu sampai kemudian matanya menangkap satu buah pintu dengan warna coklat sebagai catnya. Sehun kemudian masuk ke ruangan itu dan menggeledah seluruh isinya. Suatu keberuntungan! Dirinya mendapatkan tiga buah pistol revolver yang masih penuh isinya. Dia juga mendapatkan dua kotak peluru cadangan. Kemudian Sehun dengan cepat menyimpan dua pistol dan peluru dalam tas yang dibawanya. Satu pistol dia pegang untuk berjaga-jaga.

Sehun terdiam memikirkan bagaimana menyelamatkan mereka berdua dari kekacauan yang sedang terjadi. Tidak ada informasi lokasi aman sejauh dirinya berjalan. Namun itu tidak membuat Sehun berpikir bahwa sesungguhnya memang sudah tidak ada lokasi aman di kota. Pasti ada. Dan mereka hanya belum menemukannya saja.

Sekarang ada hal lebih penting yang harus dipikirkan. Sehun mendapatkan tiga senjata sebagai perlindungan. Dan dirinya juga Luhan belum makan hari ini. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10.47 am. Luhan pasti lapar pikirnya. Perasaan sedih mulai menggerogoti dirinya. Luhan semakin kurus. Perasaan takut dan gelisah membuatnya kehilangan sebagian besar nafsu makannya. Dan begitu pula dengan dirinya.

Maka Sehun memutuskan, setelah ini mereka akan pergi ke supermarket untuk mengisi tenaga mereka terlebih dahulu.

Braakk!

Sampai kemudian suara pintu yang dibuka dengan paksa mengejutkan Sehun. Sehun dengan cepat berbalik dengan mengarahkan pistolnya kearah suara berasal. Takut-takut jika itu adalah mereka yang sudah mati. Namun yang didapatinya adalah sesuatu yang lebih mengerikan daripada itu.

Luhan disana. Berdiri dengan nafas satu-satu juga sebuah pistol ditangan. Wajahnya terlihat lebih berantakan dari terakhir Sehun lihat. Itu tidak bertahan lama, karena di detik selanjutnya Luhan limbung dan terjatuh pingsan. Senyum kecil di bibirnya sempat terlihat sebelum ia terjatuh.

"Luhaan!" Sehun memanggil. Tidak perduli jika teriakannya akan terdengar oleh kawanan mati tapi hidup diluar. Sehun bergegas menghampiri Luhan. Mengangkat tubuh Luhan untuk ia baringkan di sofa ruangan.

Wajah Luhan pucat. Keringat membasahi rambut juga bajunya. Dan wajahnya basah oleh air mata. Sehun bergegas memeriksa seluruh tubuh Luhan. Takut-takut jika Luhan terluka. Namun dia tidak mendapati luka apapun. Dirinya menatap Luhan. Bertanya-tanya apa gerangan yang membuat Luhan menjadi seperti ini.

Sehun mengambil satu tangan Luhan untuk ia genggam. Diciumnya tangan sang terkasih.

"Maafkan aku."

oOOo

Sehun mengusap wajah Luhan dengan kain yang sudah dibasahinya. Membersihkan debu yang menempel disana. Luhan panas. Dilihat dari fisiknya yang baik-baik saja, Sehun menduga Luhan mengalami shock sebelum dirinya pingsan. Luhan tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Luhan adalah pribadi yang kuat.

Sehun kemudian mengusap bagian tangan Luhan. Tangan itu semakin kurus. Dan dirinya tersenyum ketika mendapati lingkaran emas yang melingkar indah di jari manis Luhan. Di usapnya lingkaran tersebut. Itu adalah tanda pengikat cinta mereka. Cincin yang dirinya berikan untuk Luhan saat upacara pernikahan mereka 5 bulan lalu. Itu adalah upacara yang sangat sederhana. Hanya dihadiri oleh pihak keluarga dan beberapa tamu undangan. Namun bahagia yang mereka rasakan sungguh luar biasa. Perasaan dimana akhirnya dirimu bisa bersatu dengan orang yang kau cintai, dimana kau meyakini bahwa orang itu adalah takdir dalam hidupmu, adalah bahagia yang tiada bandingnya. Sehun merasakan itu.

Bahagia yang dia rasakan saat dirinya mengetahui bahwa dia telah menemukan takdirnya dan mengikatnya dalam ikatan suci pernikahan. Cincin ini, adalah bukti bahwa mereka adalah dua insan yang telah dipersatukan.

"Aku bersedia." Sehun menjawab mantap. Tangannya menggenggam erat tangan milik Luhan. Matanya tiada melepaskan pandangannya dari mata indah berkelip milik Luhan. Luhan tampak begitu luar biasa menawan. Warna putih yang membalut tubuhnya begitu serasi dengan rupanya. Indah, yang tak bercela.

Luhan tersenyum. Dan Sehun dapat melihat sepasang mata indahnya berkelip mendung. Pancaran bahagia tercetak jelas disana.

"Aku bersedia." Luhan berkata. Dan setetes air mata jatuh ke pipinya. Sehun ingin mengusap air mata itu, namun dia tahu ini bukan saatnya.

"Pengantin dipersilahkan untuk memasangkan cincin pernikahan."

Kemudian Sehun mengambil cincin yang sudah dipersiapkan. Memasangkannya pada jemari Luhan. Ketika cincin telah terpasang, Sehun melihat bahwa itu adalah pemandangan yang sangat indah. Dirinya merasa bahagia yang berlipat ganda. Dan ketika tiba saatnya untuk Luhan memasangkan cincin padanya, Sehun melihat tangan Luhan yang gemetar.

Sehun tersenyum. Dirinya menatap Luhan dan menganggukkan kepalanya. Memberi isyarat pada Luhan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dirinya siap menerima apapun demi cintanya. Luhan-nya.

Dikecupnya kening Luhan ketika cincin telah terpasang. "Aku mencintaimu, Luhan."

Diciumnya bibir indah milik Luhan. "Aku bersedia menanggung apapun demi dirimu. Kau hanya butuh untuk menyerahkan semuanya padaku." Kemudian dipeluknya erat Luhan. Hadirin bertepuk tangan. Bisa merasakan bahagia pengantin baru di altar sana.

Luhan membalas pelukan Sehun. Tak kalah erat. Dirinya kemudian membalas, "Terimakasih. Aku juga mencintaimu, Sehun."

Sehun tersenyum mengingat momen indah itu. Selama 5 bulan pernikahan mereka, semuanya berjalan dengan sangat baik dan indah. Tidak ada hari dimana mereka tidak merasa bahagia. Mereka selalu bahagia.

Sehun menggenggam tangan Luhan. Cincin milik mereka bersatu.

Kemudian diciumnya tangan milik Luhan. "Aku bersedia menanggung semuanya untukmu." Katanya. "Kau hanya butuh untuk menyerahkannya kepadaku, Luhan. Semua ketakutanmu, kecemasanmu, kau bisa menyerahkannya kepadaku. Dan aku akan menjagamu."

oOOo

Luhan membuka matanya. Kepalanya terasa sedikit pening.

"Hei." Dirinya kemudian mendapatkan Sehun yang tengah tersenyum padanya. Senyuman itu... Luhan bahagia karena dirinya masih bisa melihatnya. Luhan menjulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Sehun. Dan Luhan merasakan bahwa itu nyata.

"Apa yang kau rasakan?" Sehun bertanya. Tangannya menggenggam tangan Luhan yang menempel pada wajahnya.

"Kau nyata." Sehun tersenyum mendengar jawaban Luhan. Dirinya kemudian mengangguk. Membenarkan bahwa dirinya nyata bersama Luhan saat ini.

Luhan mulai menangis.

"Ssstt. Jangan menangis." Sehun berkata.

"Hiks.. kau tidak tahu betapa takutnya aku saat kau tidak bersamaku."

"Maafkan aku. Sekarang aku disini. Lihat." Kata Sehun sambil menangkup wajah Luhan yang basah oleh air mata. Dirinya kemudian tersenyum. "Lihat. Aku disini. Bersamamu."

"Kau tidak akan pergi lagi?" Luhan bertanya. Satu bulir air mata kembali jatuh dari matanya. Sehun merasakan dirinya terluka ketika melihat itu.

Sehun menempelkan belah bibirnya pada pucuk kepala Luhan. Satu tangannya ia gunakan untuk mengusap punggung Luhan sedangkan satunya bekerja pada rambut Luhan. Dirinya mengelus sayang rambut sang terkasih. "Tidak akan, sayang. Aku akan selalu disini. Bersamamu."

To Be Continued.

Nggak tau kenapa aku pengen banget update cerita ini. Semoga kalian suka ya (っ.❛ ᴗ ❛.)っ

Juga, sebenarnya aku dah selesaikan 3 bab loh w(°o°)w

Senin, 8 Juni 2020.

VIRUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang