Part 1

66 5 2
                                    

Maira adalah cerita pertama aku di akun wp ini. Semoga suka nya dan ada yang bisa di ambil manfaatnya.

Selamat membaca. Salam sayang ❤

Oiya shalawat di atas aku rekomendasiin buat di putar. Biar lebih greget baca nya.

.

Di penjuru kampung pada malam dengan sinar bulan yang terang, lantunan ayat suci menggema dari sebuah gubuk. Hanya beralaskan tikar dan atap daun kelapa mereka begitu khidmat mendalami agama.

Hembusan pelan dari angin membelai lembut kerudung panjang perempuan yang sedari tadi memimpin bacaan Al-Qur'an. Adalah Maira Alma Syahira. Dengan arti Keindahan anak perempuan yang baik hati, penuh kasih sayang dan namanya dikenal oleh banyak orang.

Keelokan dan ketakdziman nya pada agama membuat ia di gandrungi banyak pemuda. Di usia nya yang baru menginjak 17 tahun, gadis tersebut sudah menolak lembut beberapa lelaki yang berniat melamar.

Usai shalat isya. Ia di beri amanah oleh tetua kampung, biasa di panggil Akang untuk mengajar anak-anak. Seperti malam ini. Saat surah terakhir ia bacakan bisik-bisik terdengar dari luar gubuk.

"Mai, shtt."

Gadis itu menoleh, "sebentar Din."

"Atos tabuh 8 langkung yeuh uwih yuk. Tingal jang Farhan oge kaboboan." (Udah jam 8 lebih nih pulang yuk. Lihat jang Farhan juga ketiduran)." Perkataan Dini disetujui oleh anggukan beberapa anak yang masih terbangun. Maira tersenyum.

"Acan tabuh 9. Saur Akang ...," (Belum jam 9. Kata Akang ...,) ucapan Maira terpotong oleh sanggahan Dini. "Saur Akang pami acan tabuh 9 nging waka di uwihkeun. Ih, nte kunanaon atuh. Hayu weh. Karuya atos tarunduheun." ( Akang bilang, kalo belum jam 9 jangan dulu udahan. Ih, gapapa atuh. Hayu ajah. Kasian udah pada ngantuk.) Dalam hati Maira bermonolog, sampe hafal gitu kalimat aku.

Dengan ragu Maira pun memutuskan untuk memulangkan anak didiknya. Sebelumnya ia tertawa kecil melihat tingkah Farhan yang berjalan terseok-seok karna ngantuk. Di perjalanan menuju pulang Ia dan Dini bercerita dan berakhir tertawa.

"Hey ... hey. Bade kamana gelis?"(Hey ... hey. Bade kamana gelis?) tanya Maira mengerutkan Dahi.

"Ka bumi,"( Ka bumi) jawab Dini santai.

"Liat. Itu rumah kamu. Ini rumah aku. Jangan mondok lagi atuh."

"Tuhkan tuhkan."

"Aku gamau jadi alasan Wa Ita Marah," ucapnya sedikit menggoda.

Dini yang mendengarkan memberikan seutas senyum kesal lalu menghentakan kaki berjalan ke rumah nya di samping rumah Maira.

Gadis berkerudung biru menjulur itu hanya tertawa kecil dengan kitab di dada. Ia berpikir, besok juga Dini pasti normal lagi.

.

Langit masih gelap, saat jam menunjukan angka 3 AM. Namun suara kokok ayam jantan begitu nyaring di tengah gulita.

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh ... Assalamualaikum warahmatullohi wabarokatuh.

MairaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang