Renatta melangkahkan kakinya mendekati Rico yang sejak tadi duduk menyendiri di belakang sekolah. Hari sudah mulai malam, saat ini sudah memasuki pukul 9 malam. Sejak kejadian kemarin, sepertinya Rico mengalami guncangan pada jiwanya. dia benar-benar tidak percaya atas apa yang sudah terjadi belakangan ini. Bahkan ia lebih menutup diri sekarang dan tidak banyak bicara.
Rico terlihat sangat frustrasi saat ini, Bila sebelumnya ia selalu terlihat rapi dan memedulikan penampilannya dari atas hingga bawah kini tidak lagi seperti itu. Rambutnya yang sudah terlihat acak-acakan serta pakaian sekolah yang terlihat compang-camping. Penampilannya kini berbanding terbalik dengan dirinya.
Dia tetap terlelap pada dunianya sampai tidak menyadari ada seseorang yang datang mengunjunginya. “Gimana?” Berdiri di depan Rico.
Rico mendongakkan kepalanya menatap wajah Renatta yang berada di depannya. Meskipun hari sudah gelap ia masih mampu melihat wajah gadis itu, sinar lampu taman yang tidak terlalu terang masih memancarkan sedikit sinarnya.
“Puas?” Wajahnya terlihat pasrah.
“Belom,” suaranya memelan. Menyentuh garis wajah lelaki itu secara perlahan, dan menjajarkan posisinya agar terlihat sama. “Gimana rasanya saat pikiran lu terguncang?” Senyumnya mengandung arti.
Alih-alih menjawab pertanyaan Renatta, ia hanya menatap Renatta dengan tatapan benci. “Yang lu rasain itu gak setara dengan apa yang gua rasain, paham.” Suaranya melembut.
“Mulai dari pikiran, hati bahkan fisik sudah gua rasain semua, dan semanya gara-gara lo dan mereka!” Menyentuh garis wajahnya perlahan, menurun ke arah hati lalu menyentuh tangannya dengan perlahan lanjut Renatta berdiri dengan cepat sambil menjambak rambut Rico.
“Bukan gua yang ngelakuin!”
Renatta tertawa masam. “Tetap saja! Lo ikut andil, wajah lo ini terlalu bagus kalo gue buat terluka sekarang, dan gue gak akan ngotorin tangan gue cuma buat orang kaya lo! Lo tau? Lo layak mendapatkan hal lebih dari ini. Kalo aja lo gak mulai itu semua hal ini gak akan terjadi!” Mengampit pipinya dengan satu tangannya.
“Lo tau seberapa menderitanya hidup gue selama ini? Jelas kan lo gak tau, yang harus lo inget jelas cuma satu, kalo lo itu pembunuh! Kalo saja lo gak bikin dia ngebatin gak bakal dia mati sia-sia kaya gini, tapi makasih berkat lo gua gak perlu ngotorin tangan gua buat kedua kalinya.” Senyum Renatta masam dan menghempaskan wajah Rico.
><><><
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side
Teen Fiction"Kalau aja waktu itu lo gak sakitin gua, dan temen-temen gua. Dia gak mungkin mati!" "Lo harus inget! Semua masalah ini tuh gara-gara lu! Dan lo itu pembunuh!" teriaknya.