Chapter 2

11 1 0
                                    

Waktu telah berlalu. Kini langit sudah di dominasi dengan warna jingga dan sedikit dibumbui warna lavender. Matahari mulai menenggelamkan dirinya di sebelah barat, sedangkan berlawanan arah darinya mulai terlihat sinar rembulan yang akan menggantikan tugas matahari untuk menemani semua insan di bumi. Malam ini udara berhembus lebih kencang dari malam-malam sebelumnya. Hal itu sangat menguntungkan para remaja yang sedang dimabuk asmara untuk menjalankan modus andalannya kepada pasangan mereka. Tapi hal itu tidak berlaku pada Gaeun.

"Ugh, apakah malam ini akan turun hujan? Kenapa anginnya kencang sekali. Aku tidak membawa mantelku lagi. Sial."

Gaeun memeluk tubuhnya sendiri, membuatnya terasa lebih hangat. Dia sedang berada di halte dekat kantornya, menunggu Jimin yang sedang dalam perjalanan menjemputnya. Dia baru saja keluar dari kantornya, sempat ditawarkan Jungkook untuk pulang bersamanya dan Seokjin, tapi Gaeun menolak dengan sopan karena dia akan dijemput oleh Jimin. Jungkook dan Seokjin sudah pulang sejak 30 menit yang lalu, menyisakan Gaeun seorang diri disana.

Tiba-tiba dia merasakan sesuatu menyelimuti bahu hingga punggungnya. Sempat tersentak dan hampir memukul orang yang dengan lancang melakukan itu kepadanya, tapi tidak jadi karena yang muncul di hadapannya adalah orang yang dia tunggu, Jimin.

"Kau bodoh sekali. Sudah tau dingin kenapa mantelmu tidak dipakai?"

"Jika aku membawanya aku tidak mungkin kedinginan seperti ini tuan Jimin yang terhormat."

"Kalau begitu kenapa tidak tunggu di dalam saja hah? Aku kan sudah bilang akan menjemputmu di depan kantor, kenapa kau malah menunggu di halte? Lihat hidungmu sampai memerah begitu."

"Aku kan biasa menunggumu disini. Aku tidak enak jika kau sampai menjemputku di depan kantor. Kita selalu jadi pusat perhatian dan kau tau aku tidak suka itu."

"Yasudah ayo masuk mobil, aku takut kau akan mati kedinginan jika kita berlama-lama disini."


***


Gaeun POV

Jimin pun merangkul tubuhku dan menggiringku untuk masuk ke dalam mobilnya. Astaga bisakah dia berhenti bersikap seperti ini kepadaku. Tidakkah dia kasihan kepada jantungku yang selalu berdegup lebih cepat dari biasanya jika aku berada di dekatnya.

"Tetap pakai mantelku dan tidurlah. Kita makan malam dulu, akan ku bangunkan jika sudah sampai."

Aku menuruti perkataannya dan segera menyamankan posisi dudukku. Wangi tubuhnya yang menempel pada mantelnya membuat diriku rileks dan lekas tertidur.

"Gaeun. Hei bangunlah putri tidur. Kita sudah sampai dan aku sudah lapar."

"Eung.. kau berisik sekali sih."

"Kau yang susah dibangunkan. Cepatlah, kau tidak dengar cacing di perutku sudah meminta makan?"

"Baiklah baiklah maafkan aku."

Gaeun POV End


Saat Gaeun berhasil mengumpulkan nyawanya, ia keluar dari mobil menyusul Jimin. Tunggu dulu, dia mengenal daerah ini. Dia tahu dimana Jimin akan mengajaknya makan malam. Mereka berjalan kaki sekitar 3 menit dari tempat mereka memarkirkan mobil dan sampai di kedai makanan yang mereka tuju. Rumah makan yang sangat sederhana namun memiliki cita rasa yang setara dengan restoran mewah.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang