Prolog.

830 70 6
                                    

Enjoy Reading.

***

Sandra tidak tahu harus melakukan apa, laki-laki di hadapannya hanya diam sambil sesekali menyesap kopi yang ada di meja, dia terlihat sibuk dengan pemikirannya sendiri, seolah Sandra adalah makhluk tak kasat mata.


Ini sudah pertemuan yang kedua tetapi sepertinya tidak ada perubahan dalam hubungan ini, Sandra bahkan tersenyum sendiri saat mengatakan hubungan ini, memangnya hubungan apa yang dia miliki dengan lelaki di hadapannya ini selain hubungan bisnis yang saling menguntungkan.


Sandra baru 18 dan akan menginjak 19 tahun. Dia baru merasakan namanya bangku kuliah selama beberapa bulan tetapi sekarang mimpinya harus musnah gara-gara laki-laki ini.

Sandra adalah anak emas dalam keluarganya, bukan karena dia anak yang paling kecil, sehingga disayang dan dimanja, tetapi karena dari ke tiga saudaranya hanya dialah yang paling penurut.


Sandra tahu apa akibatnya jika menentang ayahnya, dan Sandra masih cukup waras untuk tidak melakukannya.


Sandra tidak bisa mengatakan dirinya sangat bangga karena memiliki keluarga yang masih merupakan keturunan bangsawan, di mana adat dan tata krama serta nama baik harus dijunjung setinggi-tingginya. Sandra tahu semua yang ada di dalam keluarganya hanyalah kemunafikan, kebohongan, dan topeng yang dipasang dengan sangat kuat.


Dari dulu Sandra sudah tahu bahwa masa depan dan pernikahannya pasti sudah diatur, dia juga tahu semuanya hanya akan berpusat pada bisnis dan pencitraan. Yang tidak dia ketahui adalah pernikahannya akan terjadi secepat ini.


Well, jujur saja itu merusak rencana yang sudah Sandra bangun dengan hati-hati.

Sandra memiliki kakak lelaki, dia memanggilnya Mas David. Kakak pertamanya itu kabur saat akan dijodohkan. Andai Sandra memiliki koneksi dan keberanian lebih, ingin sekali dia melakukan hal yang sama, tetapi Sandra masih memikirkan ibunya, memikirkan apa yang akan dialami ibunya jika dia melakukan kesalahan.


Kakak keduanya bernama Ratih Ayu Brawijaya, dia sudah bertunangan dan tunangannya juga hasil dari perjodohan. Bedanya kakaknya lebih beruntung karena tunangannya sabar menunggu dan memberinya kesempatan untuk merasakan kuliah dan bekerja terlebih dahulu.


"Apa kamu punya kekasih?" tanya laki-laki itu membuyarkan lamunan Sandra seketika.


"Em ... tidak," jawabnya singkat.


Laki-laki yang bernama Alex itu memandang Sandra seperti sedang meneliti. "Aku tidak tau apa gunanya pertemuan ini, sepertinya hanya buang-buang waktu saja, lagipula seminggu lagi kita juga akan menikah, sebaiknya kamu menanyakan apa pun yang ingin kamu tanyakan padaku nanti saja, sekarang aku harus pergi." Alex tiba-tiba berdiri dan meninggalkan Sandra begitu saja.


Sandra melongo, hanya itu dan selesai? Dasar enggak sopan, kalau bukan karena ayahnya yang galak Sandra tidak akan mungkin mau menikah dengan laki-laki kurang ajar itu. Sudah dingin, kaku enggak ramah lagi, bikin mood-nya hancur saja.

Wedding Mr.ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang