PROLOG

135 16 10
                                    

"Telah terjadi pembunuhan kepada seorang gadis berusia 18 tahun di sebuah bangunan tua yang sudah tak terpakai di pesisir kota. Motif pembunuhan ini belum diketahui oleh polisi, karena sedikitnya barang bukti yang ada, dan hampir tidak ada saksi yang melihatnya. Dan kepada masyarakat di sekitar kejadian diminta untuk harus berwaspada, karena di perkirakan sang pembunuh masih berkeliaran di sekitar kota. Demikian hot news yang telah saya siarkan..."

"Pembunuhan?" gumam lelaki beriris mata cokelat.

Di sebuah apartemen yang berada ditengah-tengah kota, terdapat seorang lelaki yang sedang mendengarkan siaran langsung dari televisi yang menayangkan tentang berita seorang gadis yang dibunuh secara sadis.

Ia bingung dan bertanya-tanya, sedari kemarin ia tidak mengincar korban satu pun dan menyalurkan hobbynya, karena ia sedang tak ingin melakukan itu. Lantas siapa dalang dari pembunuhan itu? Apa gadis itu mempunyai masalah dengan pembunuhnya? Atau memang ada yang sengaja membunuhnya? Apa itu berarti di kota ini ada orang lain selain dirinya?

Di pikir-pikir, jika gadis itu di bunuh hanya karena sebuah masalah, mengapa tidak langsung di bunuh saja? Mengapa gadis itu dibunuh dengan cara di potong-potong menjadi beberapa bagian? Dan mengapa ia merasa cara pembunuh melenyapkan gadis itu begitu familiar di kepalanya?

***

Seorang lelaki  sedang duduk di sofa yang terdapat di tengah-tengah ruang tamu apartemennya. Ia sedari tadi melamun dan memikirkan tentang pembunuhan tersebut. Berbagai macam pertanyaan terlintas di otaknya. Karena ia benar-benar penasaran, akhirnya ia memilih pergi ke tempat kejadian dan memastikan yang sebenarnya.

Ia bangkit dari tempat duduknya menuju ke lokasi yang di siarkan oleh televisi itu. Ia pun bergegas mengambil kunci mobil dan jaketnya lalu dengan cepat pergi ke tempat kejadian.

Setelah sampai ditempat tersebut ia tidak menemukan satu orang pun di sekitar, wajar saja karena sekarang sudah pukul 02.00 am. Disekitar sini hanya terpampang garis polisi yang mengitari lokasi tersebut. Lalu ia mengitari tempat tersebut dan mencari sesuatu yang mungkin bisa menghilangkan pertanyaan-pertanyaan di otaknya.

Sedang fokus melihat dan mencari-cari sesuatu ia tiba-tiba mendengar suara langkah seseorang mendekat ke arahnya. Belum sempat ia melangkahkan kaki ingin meninggalkan tempat tersebut. Suara seseorang sudah terdengar memanggil dirinya. Suara itu terdengar tegas dan kejam.

"Hei, siapa kau?" suara lelaki tesebut.

Sebuah lengan dengan tiba-tiba mencengkal pergelangan tangannya, dengan cepat ia mengambil sebilah pisau yang terdapat di sakunya, ia selalu membawa pisau tersebut kemana pun. Lalu ia berbalik dan melihat bukan hanya satu orang saja, melainkan dua orang, lalu ia menancapkan pisau tersebut ke dada salah satu dari mereka.

"sreettt"

"aarrgghh"

Pisau itu mengenai dada seseorang itu namun yang terlihat hanya seperti bekas sayatan saja. Padahal selama ini ia tidak pernah melenceng melakukan itu.

"Ahh, jadi kau pembunuh gadis tersebut?" ucap seseorang yang beriris mata hijau sambil menyeringai, seperti sedang mengejek.

"Kalian siapa?" ia membalas dengan suara yang datar dan balik bertanya, pakaian mereka tidak terlihat seperti seorang polisi atau petugas kemanan.

"Apa pedulimu? Katakan saja bahwa kau yang membunuh gadis tersebut." ucap sesorang yang beriris mata biru dengan tenang.

"Ya, katakan saja, aku tidak akan membawamu ke polisi, justru kita senang karena akan memiliki teman, huhh, aku malas jika hanya membunuh dengan si alien ini." ucap seseorang beriris mata hijau, ia terlihat seperti senang dan terkejut sekaligus.

"Apa? Aku bukan pembunuhnya." jawab ia dengan datar kepada dua orang yang berada di depannya.

"Lalu, mengapa kau kesini?" ucap seseorang beriris mata hijau.

"Aku kesini karena..." ia bingung ingin menjawab bagaimana, jika ia menjawab karena penasaran dengan pembunuh tersebut dan berpikir di kota ini bukan hanya dia saja yang menjadi pembunuh, berarti mereka berdua akan mengetahui identitas aslinya.

"Aku tahu, kau kesini karena penasaran dengan pembunuhnya, dan bingung jika di kota ini bukan hanya kau yang memiliki bakat tersebut." tebak seseorang beriris mata hijau, seolah ia membaca pikirannya.

"Jika aku jawab iya, kau mau apa?" jawab ia dengan wajah yang sangat tenang.

"Kalau begitu, kita berteman."

***

NOTE AUTHOR:

Hallo! Hehe maaf ya kalau ceritanya kurang seru atau masih terlihat kaku, karena ini cerita pertama yang aku bikin, jadi mohon dimaklumi ya hehe.

Oh iya, cerita ini sebenarnya kolaborasi antara aku firyalput dan teman aku Fitriaayw.

Kita mutusin buat bikin akun lagi khusus cerita ini, jadi akun dan cerita ini kita berdua yang pegang.

Happy Reading yaa!!

KATILLER (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang