1

19 0 0
                                    

1

Kau putuskan kisah cinta kita saat ku sedang sayang-sayangnya- Alunan lagu dari Mawar de Jongh menemaniku dan pengunjung lainnya di Secret Cafe. Sebuah cafe kecil yang letaknya tidak terlalu jauh dari kampus. Cafe yang menjadi favorit mahasiswa lain untuk mengadakan bazar atau sekedar nongkrong bermain wifi. Kebetulan hari ini komunitas mahasiswa kristen dari kampusku yang mengadakan bazar.

Aku duduk sendiri berhadapan dengan laptop hendak menulis naskah cerita yang akan aku post di akun waatpadku. Sudah sejam aku menatap lembar microsoft word kosong di hadapanku. Hanya tulisan angka 1 dan sesuatu yang berkedip-kedip. Aku tidak memiliki ide tentang cerita yang hendak ku tulis.

"Hahahaha. Kau yang kalah jadi harus berdiri" suara teman cowok angkatanku di meja sebelah turut mengganggu konsentrasiku mencari ide. Membuatku selalu tertawa dengan tingkah mereka hingga aku lupa untuk mencari ide lagi.

"Hay, Velin" Kak Musa mengambil tempat di depanku, meletakkan semua barangnya di atas meja.

"Hay kak"

"Dasar bureng (buru rengking). Emangnya udah semester berapa? Kenapa udah kerja skripsi?"

"Yang kerja skripsi siapa sih kak? Aku lagi butuh ide kak untuk waatpadku"

"Oh. Hmmm, coba tulis tentang kisah hidupku"

"Hidup kakak biasa-biasa saja. Nggak ada yang menarik" ujarku menahan tawa.

"Wah junior kurang ajar ini. Kalau gitu kisah hidupmu. Pengalaman-pengalaman liburan di rumah nenek atau apapun itu"

"Kak aku mau tulis cerita waatpad bukan kumpulan cerita anak-anak"

"Emangnya kenapa. Kamu kan masih anak kecil" ledeknya tertawa.

"Tapi, Velin ada yang membuatku penasaran" sambungnya masih tertawa.

"Hmm, apa kak? Kenapa aku pendek? Kenapa aku kecil? Atau apa?"

"Wen kemana?"

"Kok tanya aku sih kak? Emangnya aku ini penjaga Kak Wen?

"Hubunganmu dengan Wen seperti apa sih? Kalian udah pacaran belum?"

"Eh, kok malah nanya itu sih kak. Dari sekian pertanyaan kenapa malah memilih itu kak?"

"Ya, aku sih penasaran aja hubungan kalian saat ini seperti apa?" pertanyaan yang membuatku diam dan mempertanyakan hal yang sama pada diriku sendiri.

"Tahu deh kak, malas aku mikirnya"

"Coba kisah itu yang kau angkat di waatpadmu, bentar aku yang pertama bakalan baca deh" Kak Musa memberikan saran di luar perkiraanku namun ku rasa tak ada salahnya.

Aku mulai mengambil posisi terbaik dan membawa diriku kembali ke Bulan Februari tahun kemarin.

Flashback 1

Cuaca hari ini sangat panas, baskara tidak lelah memancarkan sinarnya dan enggan untuk berlalu dari singgasananya. Langit biru tanpa awan begitu indah untuk dipandang. Aku sangat suka melihat langit. Ia selalu mampu membuatku kagum dengan segala fenomena dan keindahannya. Sesekali aku berhenti dan menatap langit kemudian melanjutkan langkahku ke kampus. Aku tinggal di kos yang tidak terlalu jauh dari kampusku Fakultas Teknik Univeristas Hasanuddin.

"Pippp!!!!" bunyi klakson mobil membuatku terkejut saat menatap langit biru.

"Ahh dasar, aku udah jalan dipinggir. Jalan selebar ini masih nggak muat?" omelku dan menyingkir lebih ke pinggir lagi.

Mobil tersebut kini berhenti di sebelahku hingga aku harus semakin ke pinggir. Lama kelamaan aku bisa jatuh ke dalam selokan.

"Evelin, mau kemana?" Kak Musa menurunkan kaca mobilnya.

"Oh kak, ke kampus" jawabku.

"Kita juga mau ke kampus kok. Ayo barengan" ajak Kak Wen dari balik kemudi.

Tanpa pikir panjang lagi aku ikut dengan mereka. Kapan lagi aku dapat tumpangan gratis ke kampus.

"Evelin harum sekali" ujar Kak Wen.

"Kan udah mandi kak"

"Hahaha, betul Velin, betul banget jawabanmu" tawa Kak Musa.

Seketika suasana menjadi awkward. Tidak ada lagi pertanyaan dari kedua seniorku. Kak Musa sibuk dengan ponselnya dan Kak Wen yang fokus ke jalanan di depannya. Sementara aku kembali menikmati keindahan langit, walaupun tidak seindah saat diluar.

"Kita ke rumahku dulu ya" ujar Kak Musa yang ku balas dengan anggukan kepala.

Aku pikir Kak Musa akan ikut bersama kami ke kampus, ternyata hari ini ia tidak ada jadwal kuliah. Kak Wen memintaku untuk duduk di depan dengannya hanya karena tidak ingin dianggap supir atau mas grab oleh orang lain.

"Evelin, kita singgah jemput teman kamu dulu ya"

"Oh iya kak"

"Nggak apa-apakan? Belum terlambat?" tanyanya yang ku balas gelengan kepala.

Aku bingung saat kami melewati asrama mahasiswa kampusku, bukannya Kak Wen ingin menjemput temanku? Asramanya sudah kelewatan.

"Loh kak, katanya mau jemput temanku. Ini asramanya udah kelewatan"

"Hmm? Aku nggak ngomong loh dia tinggal dimana. Memangnya siapa temanmu yang tinggal disana?"

"Temanku kak. Kakak pura-pura nggak tahu"

"Eh kau tahu darimana?"

Aku dijebak. Aku tidak tahu harus jawab apa. Rumor tentang Kak Wen yang dekat dengan temanku memang belum menyebar. Aku tahu dari sepupunya yang kebetulan teman dekatku. Aku diam dan hanya menggelengkan kepala.

"Ketahuan suka gosipin seniornya ini" lagi-lagi aku menggeleng.

Ia terus bertanya darimana aku mengetahui tentang hubungannya dengan salah satu temanku. Aku berusaha untuk tetap menutup mulut atau mencoba mengalihkan pembicaraan. Tak semudah yang ku bayangkan, Kak Wen tetap kukuh dengan pertanyaannya dan enggan untuk mengikuti topik baru dariku.

Kami akhirnya masuk ke dalam area kampus. Aku memilih turun di depan CSA (Center  of Scintific Activity ), kebetulan kelas ku hari ini di Classroom.

"Kak, pintunya nggak mau terbuka" aku berusaha membuka pintu mobilnya.

"Astaga, kampungan banget sih kamu. Begini caranya"

Rasanya malu banget, kelihatan nggak pernah naik mobil ke kampus. Kak Wen menarik tanganku saat aku hendak turun. Ia kembali memberikan pertanyaan yang sama tentang darimana aku mengetahui hubungannya.

"Aku nggak sengaja dengar kok kak pas temanku cerita, hehe" jawabku dan melepaskan pegangannya.

Maafkan aku Kak Wen harus berbohong. Aku bergegas menutup pintu agar ia tidak bisa menjangkauku lagi. Mengucapkan terima kasih dan beranjak meninggalkannya.

"Evelin!!" teriaknya.

"Jangan terlalu percaya sama gosip yang nggak jelas"

Aku menyambungkan ibu jari dan telunjukku membentuk huruf "O" sebagai isyarat ok padanya. Ia membalas isyaratku dan melambaikan tangannya.

"Bye kak" ujarku membalas lambaiannya hingga ia akhirnya pergi menjauh.  


Aku balik lagi dengan cerita baru. Udah bertahun-tahun ya nggak main waatpad lagi. Semoga kalian suka dengan ceritaku ini. Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan vote kamu ya. :))

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FlashbackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang