- PROLOG

27 9 3
                                    

  Aku tidak tau dimana ini. Tempat ini begitu asing bagiku. Tidak ada siapapun disini. Sejauh aku bisa memandang, tempat ini hanyalah sebuah gedung, mungkin tepatnya adalah sebuah gudang kuno yang disetiap sisinya mengeluarkan aura yang begitu mencekam. Tidak ada apa-apa disini. Hanya tiang-tiang yang menjulang tinggi untuk menopang bangunan ini.

     Aku mencoba untuk berdiri. Aku bisa, aku pasti bisa. Setidaknya itulah kalimat yang sejak tadi aku tanamkan dalam pikiranku.

     Sekali lagi aku mencoba berdiri, tetapi terhalang oleh rantai besi yang melingkar ditangan kiriku. Rantai itu terhubung dengan salah satu tiang yang ada digudang ini. Nafasku tercekat, aku tau ini mustahil. Tetapi aku terus saja meyakinkan diriku bahwa aku pasti bisa.

    Aku menyerah, aku sudah tak sanggup lagi. Aku menyenderkan kepalaku ke tiang. Aku sudah mencoba berdiri berkali-kali, namun bukannya lepas, rantai besi itu malah melukai tanganku yang kini mulai mengeluarkan darah. Aku menutup mataku dan menghirup udara dengan perlahan, berharap rasa sakit dipergelanganku bisa sedikit berkurang.

BRAKK

"siapa itu? " teriak gadis tak berdaya itu

BRAKK

"apa ada orang? " teriaknya lagi

"tolong, siapapun tolong aku" gadis itu terus berteriak

   Sebenarnya aku takut. Aku tidak tau siapa orang itu,atau mungkin itu bukan orang, melainkan seekor kucing yang sedang menjatuhkan sesuatu.

    Aku kalut. Aku tidak bisa berpikir jernih. Aku tetap saja berteriak meminta tolong. Berharap seseorang akan mendengar teriakanku dan datang menolongku.

Tap tap tap

    Suara langkah. Ya aku yakin itu adalah suara langkah seseorang. Aku tidak mungkin salah dengar. Telingaku masih bisa berfungsi dengam baik. Harapanku terkabul. Orang itu sekarang sudah berada dihadapanku.

"to..tolong aku, aku mohon"ucap gadis itu

"cih, menolongmu? " ucapnya

"aku tidak akan pernah sudi" lanjutnya lagi

"kau.. Kau siapa? "tanya si gadis terbata-bata

   Dia mengejakan sesuatu tanpa suara. Akupun mencoba untuk memahaminya. Aku mengikuti gerak bibirnya. Aku sempat tidak mengerti. Hingga sesuatu terlintas dibenakku. Aku membulatkan mataku terkejut sekaligua tak percaya.

"tidak, tidak mungkin" si gadis berteriak sekencang-kencangnya.

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang