PERTEMUAN dan PERPISAHAN

97 13 2
                                    

Ghina seorang mahasiswa tingkat tiga dengan kebiasaan nongkrong di perputakaan umum di kotanya. Tapi kebiasaan ini sangat berbeda dengan sebelumnya, Ghina yang dikenal dengan kutu buku, pendiam dan tak mau berhubungan dengan laki-laki. Sekarang dia berdampingan dengan seorang laki-laki yang ia kenal di depan pintu perpustakaan.

Kisah ini berawal dari Ghina yang merupakan pelanganggan tetap perputakaan ini, hampir setiap hari duduk di ruang baca paling pojok.

Tanpa ia sadari ternyata ada sepasang mata yang selalu mengabsennya, sepasang mata itu milik laki-laki bernama Dino. Sama halnya dengan Ghina, Dino merupakan pelanggan tetap disana dari pertama kuliah sampai sekarang dia dalam tahap skripsi.

Kerena risih selalu dipandangi Ghina memilih untuk pindah tempat, tetapi Dino malah mendekatinya dan mengajaknya berkenalan.

“Hy, aku nggak bermaksud mengganggu kamu. Tapi aku sering melihatmu disini? Kamu pelanggan tetap juga disini?”

Dengan tidak terlalu tertarik, Ghina cuma menjawab dengan singkat semua pertanyaan Dino.

“Iya,”

“Perkenalkan aku Dino, mahasiswa akhir,”

“Aku Ghina, mahasiswa tingkat tiga.”

Ghina yang awalnya acuh tak acuh menjadi tertarik setelah beberapa kali bertemu dan berbicara.

Akhirnya tempat duduk ghina menjadi tempat duduk mereka berdua. Dino selalu di sana dari pagi sampai malam sampai perpustakaan tutup dan sekali-kali datang ke kampus untuk bimbingan. Sehingga kebiasaan mereka sekarang berubah, Dino maupun Ghina akan saling menunggu di meja paling depan agar mereka mengetahui siapa yang datang terlebih dahulu.

“Kamu ada kuliah besok Ghin?”

“Ada, kamu nggak mau bimbingan? Kapan wisudanya kalau nongkrong disini mulu,”

“Hahaha…., aman kalau itu Ghin, dua hari lagi aku bimbingan jadi aku datangnya kesiangan kalau nggak sore, jadi kamu bisa ngapain dulu. Jangan menunggu aku ya…. Nanti kangen.”

Dengan wajah yang berubah jengkel Ghina memandang Dino yang siap-siap mengeser kursinya agar tidak kena pukulan oleh Ghina.

Karena mereka sudah mulai nyaman, Dino selalu menggoda Ghina karena baginya itu kesenangan tersendiri melihat wajah Ghina yang selalu jengkel.

Hari yang berbeda pun datang....

Tepat hari ini Dino lah yang datang dahulu dan ia menunggu Ghina sambil membuat skripsi. Tapi hari ini Ghina tidak datang dan tidak mengabari Dino lewat via whatsapp ataupun line, di telpon pun tidak.

Dengan wajah yang putus asa Dino mencoba menelpon Ghina, tanda hp itu ada aktif tetapi nggak di angkat oleh Ghina. Dino mulai khawatir jika terjadi sesuatu padanya.

“Malam Ghin, kamu nggak datang hari ini?”

“Kok nggak ngabarin, aku nungguin lo.”

Dino selalu memerhatikan layar hpnya berharap ada balasan, tapi sia-sia saja sampai dino mau tidur pun chatnya nggak dibalas-balas.

Keesokannya...

Seperti biasa Dino kembali ke perpustakaan itu setelah melakukan konsultasi dengan dosennya. Dengan berjalan santai sambil meminum kopi mata Dino melirik seseorang yang sangat familiar dengannya, sedang duduk di mejanya dengan Ghina.

Ujung bibir Dino pun naik dan membentuk seukiran senyum, Dino berlari untuk menghampiri Ghina. Tapi naas Dino tidak melihat kiri kanan saat menyeberangi jalan, sehingga membuatnya ditabrak mobil dan kecelakaan itu pun datang.

BRAAAKKK…

Suara tabrakan itu sangat keras, sehingga membuat Ghina yang awalnya fokus dengan novel yang ia baca teralihkan dengan bunyi yang sangat keras.

Semua orang di dalam pepustakaan keluar termasuk Ghina. Ghina mulai menerobos kerumunan, setelah berhasil menerobos, Ghina terdiam di tempat dan terkejut dengan apa yang ia lihat.

“Dino…”

Hanya kata itu yang dapat ia ucapkan sebelum Dino di bawah ke dalam ambulan yang entah itu Rumah Sakit.

Ghina pun menyusul Dino kerumah sakit yang dituju, Ghina berlari menghampiri ruangan Dino, tapi jalan Ghina berhenti karena tepat di samping ranjang Dino yang sedang di tangani dokter ada keluarga Dino.

Gina membalikkan badannya dan kembali berjalan keluar, ia tidak mau mendatangi Dino bukan karena ia tidak peduli melainkan disana ada keluarganya, Ghina tidak tahu harus berbuat apa disana.

*****************************

Setelah kejadian, Ghina selalu datang ke perpustakaan dan duduk di tempat mereka biasa dan berharap suatu saat nanti Dino datang menghapirinya. Informasi yang ia dapat saat datang ke rumah sakit pada hari berikutnya, Dino dipindahkan ke rumah sakit pusat kota dan keberangkatannya tadi pagi.

Apalah daya Ghina yang hanya sekedar mengenali Dino di perpustakaan, Ghina tidak tau Dino jurusan apa, dimana tempat tinggalnya pun tidak tahu.

Sekarang Ghina hanya akan menunggu sebagai bentuk penyesalannya tidak mengabari Dino karena tidak datang sehari sebelum Dino kecelakaan.

Setahun kemudian...

Sekarang Ghina berada di tingkat keempatnya kuliah dan ia sekarang dalam tahap menyusun skripsi. Perpustakaan ini masih menjadi tempatnya menunggu Dino dan sekarang tepat setahun Ghina tidak bersama Dino.

Berhari-hari pun berlalu, tetap tidak ada kabar. Hingga ia mendapatkan kabar dari kasir yang berbicara dengan rekan kerjanya kalau orang yang kecelakaan di depan perpus ini telah meninggal seminggu yang lalu.

Ghina terdiam mendengarnya dan tersenyum, dia berterimah kasih pada Dino telah datang dalam kehidupannya walaupun sebentar. Sekarang Ghina menyadari betapa perlunya mengenal lawan jenis dan berteman dengan mereka.

Karya : Fauzia Alvino

Cerita Mini #KosalamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang