DIA

22 2 0
                                    

Seseorang yang menyayangimu, akan selalu menjadi orang yang paling pertama ingin menjagamu dari kekhawatiran.

***

Aku pernah menulis kalau rasa khawatir adalah bentuk pelukan sayang yang paling hangat. Begitu hangat hingga kamu merasa terjaga dalam kebaik-baik-sajaan. Begitu hangat hingga kamu berasa begitu dicintai. Begitu hangat sehingga kamu merasa ingin terus mencintai. Atau setidaknya, bila pun rasa itu datang dari seseorang yang tidak kamu cintai, kamu pun kemudian merasa ingin bersyukur karena telah terlahir menjadi dirimu. Menerima kekhawatiran, membuat manusia merasa kehadirannya lebih nyata. Karenanya, aku tidak memiliki satu pun alasan baik yang bisa membiarkan seseorang mengabaikan rasa khawatir yang datang padanya. Bahkan bila itu datang dari seseorang yang sama sekali tidak berarti baginya.

Dia adalah seorang teman yang kukenal saat acara Pramuka dikota ku, seorang wanita lugu dengan jilbab panjang nya, wanita kelahiran asli Kerinci. Dengan muka khas anak kaki gunung melayu Kerinci, berkulit putih dan mata sedikit sipit tapi bukan oriental. Dengan paras cantik tak heran banyak pria yang ingin mengejarnya entah sekedar berkenalan atau ingin menjadi pacarnya.

Saat itu kami sama-sama duduk dikelas sembilan sekolah menengah. Sejak acara Pramuka itu, aku dan dia semakin dekat dan semakin akrab, belajar bersama adalah kegiatan yang sering kami lakukan. Dimasa itu aku hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat, namun tak bisa di pungkiri, aku mencintainya. Dia adalah tempat berbagi cerita, keluh kesah, kebahagiaan dan kesedihan. Dia juga sering bercerita tentang orang-orang yang mendekatinya, tak jarang dia bertanya padaku pria itu akan cocok atau tidak nantinya dengannya.

Setiap harinya kegiatan kami masih sama, sibuk dengan belajar karena tak lama lagi Ujian Nasional akan dilaksanakan, tak jarang kami belajar hingga larut sehingga mengharuskan ku untuk menginap di rumahnya, sebenarnya jarak rumah ku dan rumahmu tak begitu jauh hanya 45 menit saja, tapi tetap saja waktu itu aku masih terlalu kecil untuk menempuh perjalanan 45 menit di malam hari.

22 April 2013, ialah hari dimana hal-hal buruk terjadi, hari yang menjadi neraka bagi siswa SMP. Ya Ujian Nasional tak jarang menjadi momok yang menakutkan. Meski aku telah belajar mati-matian tetap saja aku masih kurang percaya diri.

Aku menahan rindu pada sahabatku. Selama UN aku sengaja tak mengunjungi Kamu, aku takut mengganggu fokusnya selama UN. Lebih baik aku belajar di rumah dan begitu pun dia. Berkirim kabar hanya lewat pesan singkat.

Ujian Nasional telah usia, kulihat semua teman ku sangat lega, ya tidak ada lagi beban yang mereka tanggung, semua telah usai. Namun aku masih belum juga bertemu Kamu. Aku mengirim pesan singkat yang isinya aku ingin mengajaknya berkemah, sudah lama tak merasakan sejuknya Bumi Sakti Alam Kerinci. Aku juga mengajak teman-teman sekolahku, dan ku ingatkan dia untuk mengajak teman-temannya juga.

Tak banyak yang ku bicaran saat perjalanan, kulihat dia sangat lelah, tak ku tanyakan kenapa padanya, namun kurasa karena dia belajar begitu keras untuk ujian nasional. Aku hanya memandangnya selama perjalanan, bulu mata lentiknya begitu indah. Aku bersyukur bisa menjadi sahabatnya.

Kami berkemah di pinggiran Danau Kerinci, dengan angin semilir yang sejuk khas dataran tinggi. Sore itu cukup cerah namun dengan angin itu, bisa kulihat dia mulai kedinginan, aku menawarkan jaket yang kukenakan padanya namun dia menolak, tak perlu ungkapnya.

Api unggun telah membara, malam ini sangat Bahagia, aku bisa menghabiskan malam bersamanya ditemani bintang-bintang diatas sana. Ya aku begitu bersemangat malam ini. Ku nyanyikan lagu-lagu yang menyanjung hati dengan gitar tua yang diwariskan oleh ayah padaku. Tak ingin ku akhiri malam ini. Mentari jangan muncul pagi esok, lusa saja.

Bahagia bisa melihat dia tertawa, begitu manis ku pandang dari cahaya yang dihasilkan oleh sang jago merah. Senyum nya, kedipadan matanya, dagunya sungguh dia adalah ciptaan tuhan yang sangat sempurna.

Malam itu dia juga bercerita tentang seorang pria yang mendekatinya dan ingin mengajaknya untuk berpacaran, dari ciri-ciri yang dia sebutkan aku tahu, wajah pria itu tampan memang dan mungkin juga baik, namun, semua orang bisa saja mengatakan bahwa mereka mencintaimu, tetapi tak semua orang mampu bersikap sebagaimana seharusnya cinta yang baik hadir di sana. Aku tak akan membiarkan mu tertelan janji dan ucapan manis. Karena aku tahu betul bahwa sesuatu yang paling tak harus di percaya di dunia ini ialah bibir manusia.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Karena 1950 Mdpl (KERINCI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang