Part9

37 2 0
                                    

Holaaa jumpa lagiii, jangan lupa voment yaa😉

                                      •••

Pagi ini tidak seperti biasanya thalita tampak lesu seperti tidak memiliki gairah buat sekolah. Ia masih memikirkan kejadian kemarin bersama lukman.

Memikirkan apa tanggapan dari lukman terhadap dirinya, pasti ia terlihat seperti perempuan murahan pikirnya. Thalita segera menggelengkan kepalanya berharap bisa mengusir pikirannya yang tidak-tidak.

"Ck gua mikirin apa sih" gumamnya sambil menepuk-nepuk kepala

Berjalan menuju dapur bergabung dengan mama papanya yang sedang sarapan.

"Pagi mah pah" mengecup pipi kedua orangtuanya sudah jadi kebiasaan ketika pagi hendak sarapan maupun ketika akan tidur thalita akan selalu mencium kedua orangtuanya terlebih dahulu.

"Sayang kok lemes gitu? Kenapa hmm" tanya lisa mamanya.

Thalita diam tak menjawab, dia sedang tidak mood untuk bicara.

"Baby kenapa? Di tanyain mama kok ga dijawab" giliran alex papa thalita mengelus rambut hitam putrinya.

Thalita menoleh lalu bersandar di bahu sang papah, ia menikmati elusan sang papah yang menenangkan.

"Lita ga usah berangkat sekolah ya pah" mendongakkan kepalanya melihat alex.

"Kenapa hmm, kamu sakit?" Alex dengan sabar menanggapi putri satu-satunya itu

"Lita look at mom.. kalau ada masalah selesaikan dengan baik baik jangan menghindar gitu, yang ada masalah ngga akan kelar malah nambah"  lisa sudah hafal dengan tingkah laku serta mimik wajah putrinya. Ia tau ketika thalita sakit, tidak suka, ataupun sedang ada masalah.

"Benar kamu ada masalah baby?" Tanya alex lagi setelah mendengar ucapan istrinya. Selama ini ia jarang dirumah karena tuntutan pekerjaan, wajar jika tidak terlalu mengerti dengan keadaan putrinya.

Thalita hanya mengangguk lesu

"Papah antar yah sekalian ke kantor. Baby ngga boleh gitu kalau ada masalah anak papah kan berani" nasehat alex, tangannya masih terus mengelus kepala thalita yang masih menyender.

Seakan sadar thalita langsung menegakan  tubuh nya

"Papah duluan aja ntar telat, biar talita berangkat bareng alifa aja" sedikit info alifa itu sepupunya, satu sekolah namun beda kelas wajar kalau mereka terlihat tidak akrab, aslinya mah ya emang bener sih:v

"Yaudah kamu hati hati ya sayang, papa berangkat kerja dulu" beranjak dari kursi mencium kening istri serta putrinya, setelah slesai lisa mengantar alex kedepan.

Sedangkan di ruang makan thalita mengaktifkan ponsel menelfon alifa agar menjemput nya

"Halo lip gua ikut lo ya,  lo kesini jemput gua"

"Oke oke udah lama kita ngga berangkat bareng, pasti aja lo di kintilin Aris" nada bicara nya tampak antusias belum tau aslinya:v

"Hehe udah ah ntar telat, buruan lo sini" thalita tersenyum m mikirkan hal tersebut, mematikan ponsel beranjak menuju teras menunggu alifa.

15 menit

20 menit

30 menit sudah thalita menunggu namun alifa tidak menampakkan batang hidungnya, jam menunjukkan pukul 07.15 sudah pasti ia terlambat belum lagi perjalanan memakan waktu lama.

"Lita kamu kok masih belum berangkat sih, alifa mana"

"Tau deh mah tu anak mana, kebiasaan kalau diminta bantuan ya gitu dasar sepupu laknat" kesal thalita

"Udah jangan marah marah, berangkat gih pake motor hadiah dari mamah aja biar cepat sampe" mendengar hal tersebut thalita tampak antusias ia bergegas berlari menuju kamar mengambil kunci motor

"Hati hati sayang jangan ngebut" pesan lisa

                          🌞🌞🌞🌞

Terik matahari siang ini sangat menyengat kulit. Tampak seorang siswi tinggi, kulit kuning langsat berdiri hormat didepan tiang bendera, tangannya menghalau sinar matahari agar tidak kena matanya.

Suasana kelas tampak hening mendengarkan guru bahasa menerangkan, beliau dikenal dengan sosok yang kejam tidak pandang bulu jika salah ya salah tidak ada toleransi.

Di urutan bangku paling belakang, iris mata hitam menatap lekat siswi yang sedang di hukum itu, kalau bisa ingin sekali ia menggantikan posisi nya, lagian kenapa pula ia bisa telat begitu lama dari bel masuk yang sudah ditentukan

Menghela nafas kasar lukman berdiri berjalan tergesa-gesa menuju lapangan, seisi kelas menatapnya bingung, berbagai macam ekspresi yang ditunjukkan seisi kelas, sang guru yang tampaknya marah, ani dengan raut cemberut nya, sedangkan tri dengan raut ceria sekaligus khawatir. Sebab sahabat nya pingsan.

Sesampainya lukman di lapangan tanpa pikir panjang ia langsung menggendong thalita ala bridal style menuju uks.

Pelan pelan lukman membaringkan thalita di ranjang uks, setelahnya ia menyingkir memberikan ruang petugas untuk memeriksa thalita.

Petugas mulai memeriksa denyut nadi dan suhu badan thalita setelah selesai ia mulai berbicara mengenai kondisi thalita

"Thalita baik baik saja denyut nadi nya normal, mungkin karena panas matahari yang begitu menyengat sehingga membuat nya pusing. Setelah ini saya akan memberikan obatnya" jelas petugas mengakhiri nya.

"Terima kasih" ucap lukman tulus

Lukman mendudukkan dirinya di samping brankar tempat thalita berbaring, menatap thalita dalam diam, menikmati detak jantung nya yang berdegup kencang pasca kejadian di ruangan kerjanya

Perlahan lukman mengangkat tangan nya mengelus surai hitam milik thalita, lukman tersenyum melihat thalita mengerjapkan matanya sadar.

Thalita melihat sekeliling, matanya terpejam saat kembali merasakan denyut di kepala nya.

"Apa ada yang sakit?" Tanya lukman perhatian mengusap keringat dingin di pelipis thalita

Thalita menggeleng

"Makan roti ini terus diminum obatnya" sembari menyodorkan roti dan obat. Thalita hanya menurut ia lemas sekali, lukman membantu thalita agar duduk dengan posisi yang nyaman.

"Makasih" ucap thalita lemas.

Lukman hanya membalasnya dengan tersenyum

"Maaf buat tempo hari.. gua hilang kendali" lukman mengawali pembicaraan agar tidak canggung

"Iya, gua juga yang salah" balas thalita sekarang ia berani menatap mata nya

"Lit kita emm maksud gue kita bisa kan sahabatan? Biar lebih akrab"

"Mmm now i your friend"

Mereka tersenyum saling menatap, menikmati setatus baru di antara mereka

Satu langkah lebih jauh pikir thalita..

                                   

Do You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang