III

1.1K 87 11
                                    

Tempat melarikan diri paling bagus, ya, tidak lain dan tidak bukan hanyalah di lounge. Walau dia di sebut sebagai penyelamat kepolisian Jepang. Tetap saja Shinichi juga memiliki sisi rentan dan membutuhkan pelarian sesaat dari masalah hidup.

Karena teriakan dari ayah Ran ---Kogoro Mouri--- satu jam yang lalu, membuat Shinichi yakin bahwa ia telah menghancurkan hati gadis yang pernah menguasai pikiran dan hidupnya. Hal inilah yang membuat dirinya semakin membutuhkan minum malam ini. Dia telah memboking satu balkon di dalam lounge dan mengatakan beberapa nama yang kemungkinan bakal datang pada penjaga keamanan. Setelah itu ia, Shinichi Kudo malam ini akan minum sepuasnya.

Tepukan ringan di bahu kanannya membuat kesadaran Shinichi yang melayani entah kemana akhirnya kembali fokus. Ia menoleh dan bertemu dengan senyum khas dari lelaki yang sangat mirip dengan dirinya. Seakan melihat pantulan cermin. Tatapan menenangkan yang lelaki itu berikan entah kenapa membuat hatinya lebih lega. Apa kau menghipnotisku? Kenapa malam ini kau terlihat sangat tampan, Kai.

"Wow, kenapa detektif paling sibuk di Jepang berada di sini? Tumben sekali detektif kita ada di tempat berisik dan tidak sesuai kelas seperti- aww, kenapa kau melemparku!" ucapannya terputus oleh lemparan sepatu dari pemuda berkulit cokelat yang mendarat di punggungnya. Ia menoleh dan memberikan tatapan tajam pada pemuda yang sama sekali tidak menampakkan perubahan raut wajah penyesalan. Tatapan seperti itu apanya yang menakutkan yang ada malah ia ingin sekali menusuk kedua bola mata mengesalkan itu, batin si pemuda berkulit cokelat.

"Bercandamu gak lucu, jangan mengatakan tidak berkelas sebelum pemiliknya mendengarmu dan melempar kita keluar. Ya! Kembalikan sepatuku!" kata pemuda berkulit cokelat. Tangannya menunggu si korban pelemparan yang mengambil sepatu miliknya untuk memberikan kembali padanya. Namun, dia rasa itu terlalu naif.

"Enak saja! Sudah gak sopan main lempar-lempar pakai sepatu, sekarang minta dikembalikan? Ambil saja sendiri," ejek si korban pelemparan dan melempar sepatu kulit itu ke sembarang arah.

"Bisakah kalian berdua tidak bertengkar sekali saja saat berada di dekatku?" kata pemuda yang dijadikan objek keributan, tangan kirinya memijat kening pelan, efek alkohol mulai mengambil alih.

Tujuannya datang ke sini hanyalah untuk melepas ketegangan sesaat dan kedua makhluk tidak jelas ini entah kenapa selalu saja membuat keributan saat mereka bertemu.

Shinichi yang sekarang menelungkup wajahnya di antara kedua lengannya menghela napas pelan, bertanya-tanya dalam hati mengapa ia memiliki teman seperti mereka, membuat tambah pusing saja jika memperhatikan mereka berdua.

"Shinichi-san, ada apa?" tanya si korban pelemparan, ia menarik kursi di sebelah Shinichi lalu duduk sambil meremas tangan Shinichi sekali. Tangannya hampir tanpa sadar akan mengelus rambut hitam rapi milik Shinichi sebelum ia tersadar jika ada satu lagi orang yang hadir di sini. 

"Kaito, apa tidak masalah jika kamu menemaniku sebentar di sini? Bukannya nanti kamu ada show?" Shinichi mengangkat kepalanya dan matanya tertuju pada sosok pemuda di sebelahnya lalu ia mengambil gelas dan melanjutkan minum yang tadi sempat tertunda. Pemuda berkulit cokelat ikut duduk di sisi sebelahnya setelah dia mendapatkan kembali sepatunya dan seketika menyambar botol yang sudah sisa seperempat.

Kaito menggeleng pelan ke arah Hatori dan ia meremas pelan bahu Shinichi, "Masih ada dua jam lagi sebelum tampil, tidak masalah jika sedikit terlambat sebelum persiapan akhir."

"Ada apa denganmu, Shin? Tidak biasanya seorang seperti kamu melepas stres dengan minum-minum?" Hatori, si pemuda berkulit cokelat menjauhkan botol minum dari gapaian tangan Shinichi.

"Kembalikan Hatori!" erang Shinichi. Dia menarik-narik baju Hatori, tapi karena tidak kunjung mendapat apa yang ia inginkan. Shinichi kembali menelungkupkan wajahnya.

Drive Me CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang