Prolog

43 1 0
                                    


"Anggap aku ada, Mas!"

Sebuah ucapan yang sering dilontarkan oleh Syaira kepada sosok pria berstatus sebagai suaminya itu. Memandang Azzam dengan netra berkaca-kaca. Namun, yang didapat hanya sebuah semu belaka. Azzam tidak peduli, memilih bersikap dingin dan meninggalkan wanita itu yang hatinya pedih bercampur getir. Air mata meleleh menatap sang suami yang berlalu pergi meninggalkan dia di ruang tengah.

Azzam, sosok lelaki yang awalnya berstatus duda karena ditinggal pergi ke liang lahat oleh sang istri pertama, cinta pertamanya. Berujung pada pernikahan kedua atas paksaan orang tua karena Azzam selalu bersedih dan sulit untuk melupakan Nadia—istri pertamanya. Ditambah, desakan keinginan memiliki cucu kandung dari putra semata wayang mereka.

Pernikahan sudah berjalan sekitar dua bulan. Namun, tetap saja Azzam tidak menerima keberadaan Syaira sebagai sosok istri pengganti masa lalunya. Walau begitu, ia tetap mau menafkahi Syaira secara materi, sebagai mana tanggung jawabnya menjadi seorang suami.

Pedih, getir, dan sakit. Semua rasa itu bercampur menjadi satu hingga timbul kerapuhan di hati Syaira. Istri pengganti yang tidak dianggap kehadirannya oleh Azzam sang suami berwatak dingin.

"Mas, kapan peduli sama aku?" tanya Syaira dengan tatapan sendu.

"Kalau kamu bisa menggantikan posisi Nadia sebagai istri pertama saya," jawab Azzam melirik sang istri dengan ekor matanya.

"Kapan, Mas? Aku udah coba semampu aku. Bersikap selayaknya istri yang berbakti pada suami dalam pandangan Islam. Mencoba sebaik mungkin ngelayanin kamu dengan sepenuh hati. Tapi tetap aja gagal! Kamu tetap aja anggap aku enggak ada!" seloroh Syaira dengan air mata bercucuran. Dadanya naik turun akan emosi yang berkecamuk di hati.

"Maafkan mas."

Hanya itu yang mampu keluar dari mulut Azzam. Berpaling, tidak ingin menatap air mata sang istri. Jujur, hatinya pedih kala melihat Syaira mengeluarkan bulir kesedihan untuk yang kesekian kalinya. Namun, apa dapat dikata? Masih ada Nadia yang bertahta di relung hatinya.

"Sesempurna apa Nadia itu di matamu, Mas?" cecar Syaira dengan suara serak.

Diam.

"Mas Azzam!"

Azzam berjalan begitu saja meninggalkan Syaira yang terisak, berdiri dengan tatapan kosong. Sejahat itukah ia? Iya, pria itu menyadari bahwa dirinya jahat. Hanya ada Nadia yang bertahta di hati, istri pertama dan cinta pertamanya. Walau ada sedikit rasa tertarik pada wanita itu. Namun, berujung hilang bagai abu yang ditiup angin.

Syaira menunduk terisak. Wanita itu punya hati yang rapuh dan mudah hancur jika ada tukang pemukah. Namun, Syaira tetap kuat dan bertahan walau bertubi-tubi hati kecil itu dipatahkan oleh suaminya. Sakit, perih, rasanya dibanding-bandingkan sebagai seorang istri satu-satunya.

"Cintai aku, Mas!"

Azzam berbalik. Namun, hanya pandangan dingin yang wanita itu dapatkan. Kemudian suaminya kembali meninggalkan Syaira dengan luka memar di hati. Mampukah dia menggeser posisi Nadia sang almarhumah istri pertama itu di hati suaminya?

"Maaf, Syaira. Enggak bisa."

Kapan Azzam akan peduli dengan Syaira yang jelas-jelas saat ini telah menjadi istri nyatanya di depan mata? Apa kurangnya Syaira untuk pria itu? Mungkin, sifatnya. Ah, entahlah!

Kapan wanita itu dianggap ada?

***

Ini baru prolog, Gaes. Nanti bakalan saya lanjutin, kok!

Oh, iya! Maaf kalau pendek. Moga suka, ya! 😷 :')


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri Tak DianggapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang