Jemmy pernah jatuh dari sepeda dan berdarah-darah ketika usianya menginjak angka lima. Dan, ia ingat kala ia tergesa-gesa mendekap puteranya dan meniupi lututnya yang terluka alih-alih mengobatinya. Jemmy pernah masuk ke dalam tim drama kelas saat usianya tujuh tahun, dan bocah itu memohon padanya untuk bicara pada Miss Anne bahwa dirinya tak sudi ikut kelas drama. Kala usianya delapan tahun, Jemmy merengek minta pindah sekolah sebab ada bocah aneh yang mengganggunya di sekolah, dan alih-alih menegur bocah yang mengganggu puteranya, ia justru menghampiri ayahnya dan memukulinya di sana. Jemmy pernah di culik preman-preman nakal murahan yang hanya bisa mengancam untuk sedikit tebusan. Ia berikan segalanya, semua yang mereka minta, tapi ia tak bisa menerima kala salah satu dari mereka melukai Jemmy dan membuatnya merenggang nyawa. Dan karenanya, ia ceroboh dengan melibatkan korban lainnya. Mobilnya menabrak seorang bocah yang sepasang obsidiannya menatap pada miliknya. Jelas-jelas ia melihat darah melingkupi tubuh kecil itu, tapi Jemmy terluka parah di sampingnya. Alih-alih membawa bocah itu bersamanya, ia justru meninggalkannya.
Ia pikir, hal paling sulit yang pernah ia lakukan sebagai seorang ayah adalah melakukan segala cara untuk melindungi puteranya. Tapi, kala Jemmy menginjak usia delapan tahun, ia sadar bahwa hal paling sulit adalah menyemangati Jemmy untuk menghafalkan huruf-huruf dalam buku ceritanya. Jemmy adalah pengidap diseleksia. Entah bagaimana bocah itu tak bisa membaca huruf yang berjajar rapi di semua buku yang dia punya. Dan entah bagaimana ia tak sadar bahwa keterlambatan Jemmy dalam bicara saat usianya hampir menginjak angka 2 adalah salah satu dari tanda-tandanya. Jemmy baru bisa melafalkan kata 'dada' untuk memanggilnya kala usianya menginjak angka 2. Sedih sekali sebab ia pikir Jemmy mungkin tak akan bisa bicara.
Lebih sulit lagi, ketika ia harus menghadapi Jemmy yang mendapatkan bully. Jemmy masih sekolah dasar kala ia di telpon wali kelasnya untuk datang dan menjemput Jemmy saat itu juga. Saat ia datang, ia dapati Jemmy berdiri di hadapan wali kelasnya. Bocah itu terlihat kesal sekali, lebih-lebih kala memandang bocah satu lagi yang menangis di pangkuan seorang laki-laki. Bocah itu masih menutup mulutnya kala ia membawa Jemmy pulang ke rumah mereka. Bahkan kala ia tanya apa yang terjadi pada bocah laki-laki yang ada bersamanya, Jemmy masih bisa menjawab dengan percaya diri, "tidak tahu, bukan urusanku." Tapi, kala ia membawa bocah itu ke hadapan ibunya, dan mengulang pertanyaan yang sama, bocah itu menangis sejadinya. Bicaranya belepotan dengan mulut terbuka lebar, "dia bilang aku idiot sebab tidak bisa baca, jadi aku jotos mukanya dan aku dorong dia." Begitu katanya. Sejujurnya wali kelas Jemmy telah memberitahunya. Tapi, begitu mendengar pengakuan jujur itu keluar dari mulut puteranya, ia tak tahu hal apa yang lebih baik dari pergi dan memukuli ayah bocah yang berani mengatai Jemmy.
Sungguh, baginya Jemmy adalah sebuah permata. Mahal dan berharga. Tak peduli seberapa mahal, ia sanggup bayar untuk sekadar memilikinya. Selayaknya Sera yang tengah mengandung Jemmy saat mereka tengah menyelesaikan studi. Ia tentu tahu itu bukan bayinya, sebab Sera selalu menolaknya tak peduli seberapa keras dia meminta. Tapi, ia begitu mencintai Sera, bahkan meski tahu bahwa bayi itu bukan miliknya, ia terus berucap dan beranggapan bahwa itu adalah anaknya, buah hatinya. Sera hancur sekali kala mengetahui bahwa ada nyawa kecil yang menumpang hidup di perutnya. Tapi begitu bayi itu lahir, mereka jatuh cinta. Pada jernih sepasang sabit kecil itu kala keduanya terbuka. Mereka jatuh cinta, pada tangis kerasnya yang memangil-manggil mereka. Ia berikan nama yang indah untuknya, pun ia beri bayi itu nama keluarganya, dengan kebanggaan tiada tara. Tapi, sampai saat itu pun ia masih tak mampu menyentuh sedikit saja hati Sera.
Entah apa yang ia lakukan hingga pada akhirnya Sera bersedia dipersunting olehnya. Meski setelah belasan tahun memperkuat tali pernikahan, ia tetap gagal mempertahankannya. Sera memilih pergi sebab merasa dirinya tak cukup layak untuk mendampinginya. Tapi baginya, Sera hanya sedang mencari cara untuk melepaskan diri darinya, mencari ayah biologis Jemmy kemudian menikahinya. Mungkin saja, sebab tak ada yang tahu pasti seperti apa wanita itu berpikir tentang hidupnya.
Tak apa baginya jika Sera pergi meninggalkannya. Selagi wanita itu masih peduli pada Jemmy dan mengunjunginya sesekali. Sebab, toh ia adalah ibu Jemmy, sekalipun Jemmy menolak untuk tinggal bersamanya dengan dalih bahwa ia tak bisa menghapus rasa kecewa terhadapnya.
Jemmy tumbuh cepat sekali. Saat ia sadar, bocah itu telah lulus dari akademi FBI dan pakai lencana di bajunya. Dan siapa sangka, Jemmy temukan jalan yang membawanya pada ibu dan ayah kandungnya. Bersiap memborgol tangannya dan menjebloskannya ke penjara.
;
End
KAMU SEDANG MEMBACA
Clarity [1]
FanfictionCOMPLETED Hoseok hanya punya satu, Jimin yang didekapnya sekuat tenaga. Hoseok hanya punya satu, putra yang kepadanya ia curahkan seluruh dunia. Yang kepadanya, untuk hancur pun ia rela.