Petrichor 1

13 2 0
                                    

“Kenapa hal kecil seperti ini bisa membuat kamu bahagia?”

“Sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak bahagia. Hal kecil seperti ini hanya perantara, karena kebahagiaan ada jika kita berpikir itu bisa membuat kita bahagia.”
~~~

Orang-orang mengatakan memiliki segalanya adalah awal dari kebahagiaan.Tapi, sepertinya itu kalimat yang salah.Karena ada sebagian orang yang tidak memiliki apapun, namun bisa bahagia. Bahkan jauh lebih bahagia dari siapapun yang memiliki segalanya.

Thalia Rosalind, gadis berumur 17 tahun. Ia punya segalanya yang ia inginkan, apapun kecuali satu. Kasih sayang seorang ayah. Ia tak mengharapkan kasih sayang ibunya. Karena sejak ia lahir, ia tak pernah tahu seperti apa ibunya. Sepertinya ,itu juga adalah alasan mengapa ayahnya tak pernah menyayangi Thalia layaknya anak-anak lain.

Walaupun begitu, Thalia tak pernah berfikir untuk menjadi gadis nakal seperti anak yang pada umumnya memiliki posisi yang sama. Ia bersyukur, setidaknya ayahnya masih ingin menghidupi nya layaknya anak. Alasan yang bisa Thalia percaya bahwa ayahnya menyayangi dirinya dengan cara berbeda.

Tapi pagi ini kepercayaan nya itu dibuat goyah. Tepat setelah ayah nya mengatakan akan menjodohkannya dengan seseorang yang sedang bekerja sama dengan perusahaan.

“Makan malam jam 8, saya sudah suruh orang untuk jemput kamu. Jangan buat saya malu,saya tidak menyekolahkan kamu untuk membuat saya malu.”

“Tapi pa-“

“Kamu tidak punya hak untuk menolak Thalia. Anggap saja ini balas budi kamu kepada saya.”

Kalimat terakhir dari ayahnya membuat nya bungkam. Ah, mengapa ia baru menyadari nya sekarang? Selama ini, ia hanya menumpang hidup dan harus ada bayaran. Thalia miris melihat hidupnya, itu diluar dari perkiraannya. Tapi, ia hanyalah Thalia Rosalind yang kehidupannya adalah milik orang lain.


~~~

Acara makan malam berlangsung begitu saja. Sebagian besar pembicaraannya adalah perusahaan, sisanya adalah perjodohan dan persiapan pernikahan. Sepanjang percakapan Thalia tak angkat bicara, ia hanya mengangguk  jika itu pun diperlukan.

Thalia sudah melihat calon suami nya. Pria berumur 27 tahun, Aldrich Kenzie Alharon. Pemilik perusahaan yang bekerja sama dengan ayahnya. Tidak buruk untuk dikatakan sebagai tipe pria ideal. Tapi, tetap saja itu menimbulkan pertanyaan bagi Thalia. Bagaimana pria seperti itu mau menerima perjodohan dengan gadis yang masih SMA?

Thalia sudah berada dirumah nya saat ini. Pertemuan tadi membuat nya lelah. Setelah berganti pakaian, Thalia ingin langsung memejamkan matanya. Tapi, niat nya terurung ketika sebuah notif pesan masuk di ponsel nya.

Ting!

Besok, pulang sekolah. Kamu saya jemput.
|22.30|

Ini siapa ya?|22.30|

Saya? Calon suami kamu
|22.32|

Bugh!

Thalia terperanjat dari ranjang nya. Oke, itu membuat nya sedikit terkejut. Mereka memang bertukar nomor, tapi Thalia tidak percaya ia akan dihubungi secepat itu. Baiklah, ia harus membalas apa. Iya? Oke? Ini membuat nya bingung.

Ooh oke… |22.37|

Pada akhirnya, Thalia hanya menjawab apa yang terlintas. Sambil  menutupi dirinya dengan selimut setelah mengirimkan pesan. Itu cukup membuat nya gugup, apalagi menyangkut masa depannya. Yang harus berakhir dengan pernikahan di masa muda.

~~~

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang