Thalia baru saja menyelesaikan kelas nya hari ini. Ia berjalan menuju gerbang ditemani teman nya, Nadin. Gadis satu-satu nya yang mau berteman dengan Thalia. Karena Thalia termasuk anak yang introvert dan pemalu, ia jadi susah bergaul. Dan itu juga termasuk perintah ayahnya.
“Ta, hari ini mau pulang bareng?”
“Hari ini aku dijemput”
Nadin menaikkan alis nya, menatap Thalia sedikit bingung.
“Tumben? Papa kamu yang jemput?” Thalia menggeleng.
“Bukan…”
“Terus?”
“I-itu, c-calon suami” Thalia menunjuk kearah seorang pria yang baru saja keluar dari mobil mewah berwarna hitam.
Seketika banyak pasang mata yang memperhatikan, termasuk Nadin. Mulut nya menganga lebar begitupun bola mata nya yang membulat sempurna. Thalia hanya menunduk ketika Aron-calon suami nya sudah berada tepat dihadapannya.
“Thalia”
Thalia menatap orang dihadapannya bergantian dengan Nadin yang berada disampingnya.
“Aku duluan ya”
“O-ok, b-bye”
Nadin melambaikan tangannya dengan canggung. Thalia hanya tersenyum.
____________________________________
20 menit berlalu, mereka berdua sampai disuatu tempat yang tak terasa asing bagi Thalia.
‘Apa aku pernah kemari?’ batin Thalia. Ia baru saja keluar dari mobil bersamaan dengan Aron.
“Kenapa kita kemari?” Thalia memperhatikan bangunan dihadapannya dengan seksama.
“Jawabannya ada didalam” Aron memiringkan kepalanya bersamaan dengan alis nya yang naik. Mempersilahkan masuk.
Mereka disambut dengan suara anak-anak yang sedang bermain ditaman kecil yang ada disana. Ya, Aron mengajak Thalia ke sebuah panti asuhan. Tentu itu menimbulkan banyak pertanyaan pada Thalia. Tapi, pria itu bilang bahwa jawaban nya ada didalam.
Tidak seperti penampilannya, Aron menunjukkan sisi hangat nya pada anak-anak itu. Bagaimana ia tersenyum sangat manis saat berbicara pada salah seorang anak, bagaimana ia mencium pipi seorang gadis kecil. Bagaimana ia bermain sambil bercanda dengan anak-anak tersebut.
Sepertinya tidak akan ada wanita yang tak luluh hatinya melihat semua itu. Dari jarak yang cukup dekat Thalia melihat semuanya dengan jelas. Jelas bahwa pertanyaannya sudah dijawab dengan sangat manis. Sulit dipercaya bahwa orang yang terlihat sangat dingin bisa sangat hangat seperti ini.
Thalia hanya tersenyum melihat hal-hal manis itu dihadapannya. Membiarkan pemandangan itu terjadi sedikit lebih lama.
Sambil berjalan perlahan, Thalia mendekati Aron yang tengah duduk santai saat tak lagi bermain dengan anak-anak.
“Jadi , maksud bapak ini? Bahwa yang terlihat belum tentu sesuai dengan apa yang diperkirakan. Saya minta maaf karena sudah salah mengira.” Thalia menundukkan pandangan nya ketanah.
“Ini masih permulaan, kamu harus tahu lebih banyak sebelum menjadi istri saya.” Aron mengusap pucuk kepala Thalia tiba-tiba, membuat gadis itu terdiam kaku karena terkejut.
“Mari, saya tunjukkan yang lainnya.”
Aron berjalan diikuti Thalia dibelakangnya, menuju suatu ruangan yang dipenuhi begitu banyak foto anak-anak didalamnya.
Aron menggapai satu foto dan memberikannya pada Thalia. Thalia menatap foto tersebut dengan bingung . Melihat satu persatu orang yang ada didalam foto tersebut .“Ini saya-“ Aron menunjuk pada salah satu anak laki-laki.
“-Dan ini kamu” Lalu, menunjuk pada salah satu bayi yang berada digendongan seorang perempuan.
~~~