°Ni°

690 116 12
                                    

AOMINE menguap untuk yang kesekian kalinya, berbaring pada atap dengan memandang langit adalah kebiasaannya. Terlebih sore saat ini adalah favoritenya dengan angin yang membuat pemuda jangkung itu mengantuk.

Namun, ketika iris biru gelapnya hendak menutup muncul wajah gadis itu yang tengah menatapnya dari lensa kacamata bulat itu "Ck, ada apa?."

"Sat-chan menyuruhku untuk–"

Aomine mendengus "Katakan saja tidak." Pupilnya beralih pada 'sesuatu' dibalik kemeja putih itu "Oi–"

Alis gadis itu berkerut, menunggu perkataan pemuda yang tengah berbaring ini. Masih memandangi wajah tegasnya, sesekali matanya menelisik postur tubuh pemuda itu "Dadamu besar juga ya."

Mungkin saja jika Momoi mendengarnya berbicara seperti itu, Aomine sudah menyiapkan punggungnya yang akan dipukul oleh Momoi namun gadis ini berbeda ia tersenyum lantas berjalan dan mengambil duduk disamping Aomine "Souka, jadi itu yang kau nilai dariku Aomine-san?."

Alis Aomine berkerut dengan pertanyaan yang kembali gadis itu lontarkan "Mukamu selalu tertekuk, apa harimu selalu semembosankan itu?."

Mendecih kemudian Aomine memejamkan matanya "Lagipula pertanyaanmu tidak sepenuhnya salah."

Hening lima menit sebelum Aomine membuka suaranya lagi "Oi, setelah aku berbicara seperti 'itu' kenapa kau tidak memukul atau menamparku?."

Gadis itu menatap Aomine yang masih memejamkan matanya, lantas mengambil buku tebalnya "Seharusnya aku melaporkanmu atas pelecehan secara verbal sih, tapi sepertinya kau pria baik walaupun otakmu dipenuhi berbagai hal kotor."

Aomine terkekeh, pria baik katanya?

"Kau sombong sehingga wajahmu selalu berkerut seperti itu, terlebih setelah aku mengetahui tentangmu dari Sat-chan bukankah sikapmu itu terlalu berlebihan Aomine-san?."

Aomine sontak merubah posisinya menjadi terduduk, matanya memicing tajam menatap sisi wajah gadis yang kini terpaku pada buku tebal yang ia baca "Kau tidak mengetahui apa-apa."

[Name] tergelak menutup buku tebalnya, ia memandang wajah kesal Aomine "Kau juga, seharusnya jangan menilai seseorang dari luarnya."

Mata pemuda itu melebar, tebakan gadis itu memang terlampau benar. Sekilas memang Aomine tidak menyukai gadis pintar didepannya ini, sangat berbanding terbalik dengan sifatnya "Hah? Wajar saja, wajahmu itu menunjukkan bahwa kau seorang kutu buku, menjijikan."

Seharusnya perkataan Aomine membuat dirinya sakit hati, namun gadis itu hanya terkekeh seraya berkata "Benar, aku memang kutu buku. Tapi, kau lebih ke seorang pengecut."

Wajah Aomine berubah kesal, berani sekali gadis ini mengatakan dirinya pengecut. Pemuda itu menyeringai, wajah keduanya hanya terpisah beberapa centi saja dengan pemuda itu yang terus mendekatkan wajahnya "Lalu kenapa?." Mata biru gelapnya memandang kedalam warna mata gadis itu.

"Itu sebabnya kau selalu kabur Aomine-san."

Gerakan Aomine terhenti, lantas ia mendecih membuang mukanya "Sudah kukatakan kau tidak tahu–"

"Setidaknya aku berada pada posisi yang sama sepertimu."

Membaringkan kembali tubuhnya, Aomine menutup sebagian wajahnya menggunakan lengannya "Pergilah, katakan pada Sat–" lagi-lagi kalimat Aomine terpotong oleh gadis itu.

"Tidak. Sepertinya aku akan menghabiskan waktuku disini untuk membaca buku. Jadi lanjutkan saja kegiatan tidur tertundamu itu."

Tidak membalas, Aomine hanya terdiam berusaha memejamkan matanya. Lima belas menit berlalu ia tidak kunjung tertidur bahkan suara halaman buku yang berpindah membuat Aomine menggerutu "Hoi–"

𝐒𝐈𝐍𝐒 𝐚𝐧𝐝 𝐕𝐈𝐑𝐓𝐔𝐄𝐒 || A. DaikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang